Widget HTML #1

Puisi Tentang Malam dan Pemimpi Kecil: Semua Berawal dari Mimpi Kecil di Kota Bintang

Malam menyajikan segenap warna langit yang kelam. Meski begitu, tidak sedikit hamba yang menantikan hadirnya terang bulan, munculnya binar bintang, serta sedikit hembusan angin penyejuk sepi.

Malam pula menjadi ajang persiapan bagi para pemimpi. Hari itu dia mungkin masih kecil, tapi di hari esok? Siapa yang tahu.

Semua orang boleh bermimpi dan mimpi tersebut sering dihadirkan di malam hari. Sejatinya puncak asa adalah pada sepertiga malam terakhir, tapi hanya sedikit, bukan?

Ternyata gelapnya bumi seakan menjadi ajang seleksi mana pemimpi yang serius, dan mana pengharap yang hanya berangan kosong.

Alhasil, izinkan gurupenyemangat.com hadirkan segenap diksi merdu tentang malam. Barangkali akan menguatkan irama-irama harap sang pemimpi kecil.

Puisi Tentang Malam dan Pemimpi Kecil
Puisi Tentang Malam dan Pemimpi Kecil. Gambar oleh Henryk Niestrój dari Pixabay

Puisi 1: Malam yang Paling Bersinar adalah Malam Kita

Malam yang paling bersinar itu adalah malam kita. Di mana rembulan bersinar jauh namun cahayanya terang seakan jutaan lentera menemani. 

Malam kita, adalah malam yang menakjubkan. Di antara jutaan bintang dan butiran pasir tiada batasnya.

Angin sepoi-sepoi yang menyentuh lembut tubuh kita, melenyapkan air mata kita hingga tiada sisa. Bersama kembang api yang menghiasi sunyinya waktu ini.

Bentuk, penampilan kita terlihat jelas nan indah dari sana. Bayangan yang hilang di bawah sinar matahari, sembari kedua tangan berpegangan erat. 

Langit kelam yang hanya ditutupi bintang. Haha! Mereka menyinari kita. Ketika malam di mana semua orang tertidur, kautahu? Itu sangat indah. 

Cahaya yang jauh dari sini, menyinari cerita kita. Ombak yang menyapa sekaligus mengukir nama kita di pasir putih. Bersama dengan janjiku untuk tawa yang melekat sepanjang masa dan berbahagia.

Hingga saat fajar tiba kita menyelesaikan kenangan malam kita. Saat sang surya menyapa diciptakan kembali alur kenangan yang mengharukan. 

Hingga saat rembulan kembali menyapa, tersuarakan lagi, lagi, dan lagi tentang tawa bahagia di cahaya rembulan malam kita.

Karya: Khairia Nurlita


Puisi 2: Harap di Sepertiga Malam

Pada kelamnya sepertiga malam, kuterbangun dari lelapnya mimpi. Terlangkah kaki membasuh air suci ke permukaan kulit dingin. Dengan lentera sebagai penerangan seadanya.

Pada kelamnya sepertiga malam. Kukenakan perhiasan paling indah menurutku. Perhiasan yang kukenakan saat hendak menemui Sang Pencipta. 

Perhiasan yang menjadi andalanku saat kulantunkan pujian untuk-Nya.

Pada kelamnya sepertiga malam. Kuselanjarkan sajadah sebagai tempat kumemuji Tuhan yang Kuasa. Kulontarkan niat tanda kuberserah diri kepada-Nya.

Kutundukkan kepala dalam sujudku memuji keindahan nama-Nya. Kulantunkan ayat-ayat indah-Nya, sebagai nyanyian merdu di malam sunyi.

Pada kelamnya sepertiga malam. Kuangkat kedua tanganku. Meminta ampunan akan kekhilafan dan kesalahan yang tiada tara.

Sembari berurai air mata meminta perlindungan dari kejahatan dunia, mengharap rida dan surga di kehidupan kekal nanti.

Pada kelamnya sepertiga malam. Kulantunkan indah sholawat menjunjung kekasih Allah. Terpejam mata mengharap syafaat dan pertemuan di akhir kehidupan nanti. 

Pada kelamnya sepertiga malam, kuakhiri pertemuanku kepada Sang Pencipta dengan 'Lailahailallah' sebagai tanda akan selesai tangisan malamku. 

Dan 'Alhamdulillah' sebagai penutup akan teringatnya diriku akan Allah yang Maha Besar.

Karya: Khairia Nurlita


Puisi 3: Pertempuran Mimpi dengan Langit

Sinar rembulan indah menghiasi malam ini. Merenungkan hati di tengah kelip nya bintang Cassiopeia. Terlamun tentang taman Dandelion di pucuk senja. Tempat di mana ditaruhnya hati insan penakluk mimpi.

Terlelap di keheningan fajar. Sibuk bergelut di galaksi bertajuk Andromeda. Memperebutkan tahta kemenangan dari surya yang akan menyapa.

Cuitan pipit pertanda mentari menyapa. Tetesan embun yang menyemangati raga untuk memulai menghilangkan mimpi. Dihilangkan sang mimpi untuk menciptakan sebuah hal baru, kejayaan namanya.

Terik matahari menyambut istirahatnya sang pejuang. Kembali membawa diri tersandar di beringin tua, dengan sinar pelik memancar menyilaukan mata.

Terpikir tentang pertempuran yang masih belum terselesaikan, di mana merajut cita-cita di atas mimpi yang nyata.

Hingga sampai senja menanti. Sudah berada diri di ujung senja ini. Membawa mahkota Aphrodite sebagai tanda kemenangan. Dan tongkat Acacia sebagai keberhasilan dalam perjuangan menciptakan nyatanya impian dan harapan.

Karya: Khairia Nurlita


Puisi 4: Pemimpi Kecil

Pagi berkabut asap saat pertama membuka mata. Terjaga sepanjang malam menjadi pemimpi kecil. Hanya mimpi yang dimiliki, Harapan yang mendominasi, Perjuangan yang tiada henti.

Apa yang kau pikirkan, tentang pemimpi kecil sepertiku? 

Gubuk kecil sebagai penopang, tanggapmu. Sebutir dua butir harapan yang tak akan terjadi benarnya menurutmu. Perjuanganku yang kau anggap sia - sia. Tawamu mendominasi mencerca mimpiku.

Banyak hal negatif, terputar kenangan buruk tentang begitu banyak duri yang tertancap. 

Akankah tetap bertahan dengan tubuh menggigil di dinginnya musim? 

Nama yang selalu ditertawakan. Dengan berani, kuhantam mereka yang meremehkan.

Bahkan, jika surga pun tak dapat berpihak. Akan kubuat semua menjadi jalan dan milikku. 

Lemparkan lagi!
Batu?
Ranjau?
Duri?
Besi panas sekali pun, tak lagi kutakut jika menghantam wajahku.

Karena keyakinan memantapkan batin, jiwa, raga dan hatiku. Hingga selalu terputar di kepalaku 

"Semua berawal dari mimpi kecil di kota bintang. Cercaan menghantam menguatkan mimpi menjadi besar. Tak ada mimpi yang nyata tanpa harapan yang dikobarkan. Dan tak ada harapan yang terwujudkan tanpa doa, ikhtiar dan tawakal."

Karya: Khairia Nurlita

Baca juga:

Guru Penyemangat
Guru Penyemangat Guru Profesional, Guru Penggerak, Blogger, Public Speaker, Motivator & Juragan Emas.

Posting Komentar untuk "Puisi Tentang Malam dan Pemimpi Kecil: Semua Berawal dari Mimpi Kecil di Kota Bintang"