Widget HTML #1

Download LK KB 2 Modul Al-Qur'an dan Hadis Materi Pendekatan dan Metode Penafsiran Al-Qur'an

Hai Sobat PPG PAI yang berbahagia, berikut GuruPenyemangat.com sajikan contoh lembar kerja yang berisikan resume tugas pada bagian modul KB 2 Modul Al-Qur'an dan Hadis Materi Pendekatan dan Metode Penafsiran Al-Qur'an.

LK berikut dilengkapi dengan denah atau peta konsep yang bisa Sobat jadikan referensi untuk memenuhi tugas pendalaman materi PPG PAI baik prajabatan maupun dalam jabatan.

Download LK KB 2 Modul Al-Qur'an dan Hadis Materi Pendekatan dan Metode Penafsiran Al-Qur'an
Download LK KB 2 Modul Al-Qur'an dan Hadis Materi Pendekatan dan Metode Penafsiran Al-Qur'an. Designed by GuruPenyemangat.com

PENDALAMAN MATERI
(Lembar Kerja Resume Modul)

NAMA MAHASISWA   :

KELAS         :

LPTK         : 

DOSEN PENGAMPU   :

A.   Judul Modul   : AL-QUR’AN DAN HADIS

B.   Kegiatan Belajar   : PENDEKATAN DAN METODE PENAFSIRAN

  AL-QUR’AN (KB 2)

C.   Refleksi

Konsep (Beberapa istilah dan definisi) di KB

JENIS PENDEKATAN PENAFSIRAN BESERTA CONTOHNYA

1.   Tafsir bi al-Ma’tsur

   Pendekatan yang digunakan dalam menafsirkan Alquran yang didasarkan kepada penjelasan-penjelasan yang diperoleh melalui riwayat-riwayat pada sunnah, hadis maupun atsar, termasuk ayat-ayat Alquran yang lain. Oleh karena itu, tafsir bi al-ma’tsur disebut juga tafsir bi al-riwayah.

Penafsiran ayat dengan ayat Alquran yang lain

Suatu ayat dapat ditafsirkan dengan ayat yang lain, baik ayat itu kelanjutan dari ayat yang ditafsirkan ataupun ayat yang menafsirkan berada di surat yang lain. Misalnya pada surat al-Ikhlas ayat pertama yang menjelaskan tentang ketauhidan Allah Swt, ditafsirkan oleh ayat berikutnya, yaitu ayat kedua, ketiga dan keempat. Namun ayat pertama surat al-Ikhlas tentang ketauhidan ini dapat ditafsirkan lagi oleh ayat yang lain yang berada di surat yang lain. Misalnya surat al Hasyr (QS 59;22-24) yang menjelaskan sifat-sifat Allah Swt:

Artinya: “Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dialah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang(22) Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang 3 Maha Kuasa, Yang Memiliki segala Keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan(23)Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Asmaaul Husna. Bertasbih kepada-Nya apa yang di langit dan bumi. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

Penafsiran ayat Alquran dengan hadis Nabi Saw

Ayat-ayat Alquran lebih banyak yang bersifat global (mujmal) daripada yang terperinci (tafshil). Untuk dapat memahami kandungannya tidak bisa hanya dari ayat tersebut. Oleh karena itu, di sinilah hadis Nabi Saw berfungsi sebagai tafsir terhadap ayat-ayat Alquran. Misalnya, ayat tentang perintah salat disampikan dalam Alquran secara umum tanpa menyertakan penjelasan tatacaranya. Berikut bunyinya:

Artinya: "Dan dirikanlah sholat, tunaikan zakat dan rukuklah bersama orang-orang yang ruku”. (QS. Al-Baqarah: 43) Ayat tersebut kemudian ditafsirkan oleh hadis Nabi Saw:

Artinya: “Salatlah sebagaimana kalian melihat aku sholat, maka apabila telah tiba waktu sholat hendaklah salah seorang di antara kalian mengumandangkan azan dan orang yang lebih tua di antara kalian menjadi imam.” (HR. Bukhari)

Penafsiran ayat Alquran dengan keterangan sahabat Nabi saw. dan tabi’in.

Setelah mendapatkan penjelasan melalui riwayat hadis, kemudian bisa diperkaya dengan penjelasan para sahabat dan tabi’in. Keterangan dari para sahabat atau tabi’in penting karena mereka adalah orang-orang yang dekat 4 bersama Nabi Saw dan sangat memahami situasi dan kondisi bagaimana Alquran itu diturunkan. Contohnya seperti tafsir terhadap Surat al-Baqarah )QS 2: 3):

Artinya: “(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib…”

Tafsir bi al-Ra’yi atau tafsir bi al-Dirayah

   Al-Ra’yi berarti pikiran atau nalar, karena itu tafsir bi al-ra’yi adalah penafsiran seorang mufassir yang diperoleh melalui hasil penalarannya atau ijtihadnya, di mana penalaran sebagai sumber utamanya. Seorang mufassir di sini tentu saja adalah orang yang secara kompeten keilmuannya dan telah dianggap telah memenuhi persyaratan sebagai mufassir. Istilah tafsir bi al-ra’y pada dasarnya muncul untuk membedakan dengan tafsir bi al-ma’tsur. Perbedaan tersebut dalam konteks bahwa bukan berarti secara operasional dalam melakukan penafsiran Alquran para sahabat tidak menggunakan nalar, melainkan karena keistimewaan mereka yang tidak dimiliki oleh generasi sesudahnya (Shihab, 2013: 363). Sehingga sekalipun para sahabat sebagai generasi awal penerima Alquran menafsirkan Alquran dengan nalar dan bimbingan nabi, maka ulum al-qur’an tidak menyebutnya dengan tafsir bi al-ra’y.

Tafsir bi al-Isyarah atau Tafsir Isyari

   Tafsir Menurut bahasa kata isyari berasal dari kata asyara-yusyiru-isyaratan yang berarti memberi isyarat atau tanda dan berarti pula menunjukkan. Sedangkan menurut istilah tafsir isyari adalah suatu upaya untuk menjelaskan kandungan Alquran dengan menakwilkan ayat-ayat sesuai isyarat yang tersirat dengan tanpa mengingkari yang tersurat atau zahir ayat 

Senada dengan definisi tersebut menurut Shubhi al-Shalih tafsir isyari berarti menjelaskan kandungan Alquran melaui takwil dengan cara menggabungkan yang tersurat dan tersirat. Secara lebih spesifik M. Quraish Shihab menjelaskan bahwa dalam tafsir isyari terdapat upaya penarikan makna ayat yang didasarkan pada kesan yang ditimbulkan oleh lafaz ayat, di mana dalam benak para mufassir telah memiliki pencerahan batin atau hati dan pikiran. Hal itu dilakukan tanpa mengabaikan atau membatalkan makna secara lafazh (Shihab, 2013: 373).

Abdul Wahid (Wahid, 2020) menyebutkan syarat-syarat diterimanya sebuah tafsir isyari sebagai berikut: 1. Tidak bertentangan dengan makna lahir (pengertian tekstual) Alquran. 2. Penafsirannya didukung atau diperkuat oleh dalil-dalil syara’ lainnya. 3. Penafsirannya tidak bertentangan dengan dalil syara‘ atau rasio. 4. Penafsirannya tidak menganggap bahwa hanya itu saja tafsiran yang dikehendaki Allah, bukan pengertian tekstual ayat terlebih dahulu. 5. Penafsirannya tidak terlalu jauh sehingga tidak ada hubungannya dengan lafadz. Sebagai contoh untuk penafsiran dengan pendekatan isyari ini seperti penafsiran al-Alusi terhadap surat Al-Baqarah (QS 2: 238) sebagai berikut:

Artinya: “Peliharalah salat-salat dan salat wustha serta tegakkan untuk Allah karena ketaatan.”

Al-Alusi menafsiri al-salat al-wustha pada ayat di atas dengan penjelasan lima macam shalat sebagai berikut:

Artinya : “Sesungguhnya shalat itu ada lima, yaitu 1) Shalat sirr dengan menyaksikan maqam ghaib, 2) shalat nafs, yaitu dengan cara memadamkan hal-hal yang dapat mengundang keragu-raguan, 3) Shalat qalb, dengan senantiasa berada dalam penantian akan munculnya cahaya kasyf (penyingkapan), 4) shalat ruh dengan menyaksikan wasl (pengabungan/peyatuan dengan Allah); 5) Shalat badan dengan cara memelihara panca indera dan menegakkan ketentuanketentuan hukum Allah.”

Metode Tahlili (Analitis)

   Metode tahlili adalah suatu metode dalam menjelaskan ayat Alquran dengan cara menguraikan ayat demi ayat, surat demi surat, sesuai tata urutan dengan penjelasan yang cukup terperinci sesuai dengan kecenderungan masing-masing mufassir terhadap aspek-aspek yang ingin disampaikan. Misalnya, menjelaskan ayat disertai aspek qira’at, asbab al-nuzul, munasabah, balaghah, hukum dan lain sebagainya. 

Contoh kitab tafsir yang disusun dengan metode ini adalah kitab Tafsir Jami li Ahkam Alquran karya al-Qurtubi, kitab Tafsir Jami’ al-Bayan fi Tafsir Alquran karya Ibnu Jarir at-Thabari, Tafsir Alquran al-Adzim karya Ibnu Katsir dan kitab Tafsir Alquran alKarim karya at-Tusturi. Berikut adalah contoh penafsiran dalam kitab tafsir Ibnu Katsir terhadap Surat al Ahzab ayat 30:

Artinya: “Hai istri-istri Nabi, siapa-siapa di antaramu yang mengerjakan perbuatan keji yang nyata, niscaya akan dilipatgandakan siksaan kepada mereka dua kali lipat. Dan adalah yang demikian itu mudah bagi Allah.”

Metode Ijmali (Global)

   Metode ijmali adalah sebuah metode dalam menjelaskan ayat Alquran dengan cara mengemukakan makna yang bersifat global dengan bahasa yang ringkas supaya mudah dipahami. Di sini mufassir menjelaskan pesan-pesan pokok dari ayat secara singkat tanpa menguraikan panjang lebar.

Metode ini seperti yang lazim dilakukan oleh Jalal alDin al-Suyuthi dan Jalal al-Din al-Mahalli dalam kitabnya Tafsir Jalalain dan Muhammad Farid Wajdi dalam Tafsir Alquran al-Azhim. Berikut adalah contoh penafsiran surat al-Fatihah ayat 3-7 dalam kitab Tafsir Jalalain :

Dalam penafsiran di atas tampak sekali disampaikan secara singkat dan global, misalnya kata al-rahman dan al-rahim dengan makna yang memiliki rahmat. Maksudnya yaitu yang berkehendak memberikan kebaikan kepada yang berhak mendapatkannya. Setelah itu, kemudian berganti kepada ayat berikutnya dan begitu seterusnya. Inilah tafsir dengan metode ijmali.

Metode Muqaran (Komparatif)

   Metode muqaran adalah metode menjelaskan ayat-ayat Alquran dengan membandingkan dengan ayat lain yang memiliki kedekatan atau kemiripan tema namun redaksinya berbeda; atau memiliki kemiripan redaksi tetapi maknanya berbeda; atau membandingkannya dengan penjelasan teks hadis Nabi Saw, perkataan sahabat maupun tabi’in.

Di samping itu, metode ini juga mengkaji pendapat para ulama tafsir kemudian membandingkannya. Bisa juga berupa membandingkan antara satu kitab tafsir dengan kitab tafsir lainnya agar diketahui identitas corak kitab tafsir tersebut. Tafsir Muqaran dapat juga berbentuk perbandingan teks lintas kitab samawi, seperti Alquran dengan Injil/Bibel, Taurat atau Zabur (Ar-Rumi, 1419 H: 60)

Metode Maudhu’i (Tematik)

   Metode terakhir yang lazim digunakan dalam menafsirkan Alquran adalah metode maudhu’I atau metode tematik. Metode ini berupaya menjelaskan ayat-ayat Alquran dengan mengambil suatu tema tertentu.

Kelebihan metode ini mampu menjawab kebutuhan zaman yang ditujukan untuk menyelesaikan suatu permasalahan, praktis dan sistematis serta dapat menghemat waktu, dinamis sesuai dengan kebutuhannya, serta memberikan pemahaman Alquran tentang satu tema menjadi utuh. Namun kekurangannya bisa jadi dalam proses inventarisasi ayat-ayat setema tidak tercakup seluruhnya, atau keliru dalam mengategorikan yang akhirnya membatasi pemahaman ayat.

Al-Farmawi (al-Farmawi: tth, 62) telah merinci langkah-langkah yang harus ditempuh oleh seorang mufassir ketika melakukan proses penafsiran menggunakan metode tematik, sebagai berikut: a. Menetapkan masalah yang akan dibahas. Permasalahan yang dibahas diprioritaskan pada persoalan yang menyentuh kehidupan masyarakat yang berarti bahwa seorang mufassir harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang masyarakat. b. Menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah tersebut. c. Menyusun runtutan ayat sesuai dengan masa turunnya, disertai pengetahuan tentang asbab nuzulnya dan ilmu-ilmu lain yang mendukungnya. d. Memahami korelasi ayat-ayat tersebut dalam suratnya masing-masing. Hal ini terkait erat dengan ilmu munasabat. e. Menyusun pembahasan dalam kerangka yang sempurna (membuat out line). f. Melengkapi pembahasan dengan hadis-hadis yang relevan dengan pokok bahasan. g. Mempelajari ayat-ayat tersebut secara keseluruhan dengan jalan menghimpun ayatayatnya yang mempunyai pengertian yang sama atau mengkompromikan antara yang ‘amm (umum) dengan yang khash (khusus), mutlak dan muqayyad (terikat), atau yang tampak pada lahirnya bertentangan sehingga seluruhnya dapat bertemu dalam satu muara tanpa perbedaan dan pemaksaan makna.

Daftar materi pada KB yang sulit dipahami 

Tafsir jalalain :

Syarat-syarat dan ketentuan seorang mufassir.

Daftar materi yang sering mengalami miskonsepsi dalam pembelajaran   Tetap Menafsirkan Ayat Walaupun Tidak Memenuhi Kualifikasi Sebagai Seorang Mufassir

Salah satu fenomena di lapangan yang akhir-akhir ini mulai menjadi miskonsepsi dalam pembelajaran ialah perihal melakukan penafsiran terhadap suatu ayat berdasarkan kehendak pribadi, kondisi lapangan, atau kondisi lain, padahal mereka tidak memiliki kualifikasi dan kompetensi terhadap hal tersebut. Alhasil, sering dijumpai orang-orang yang sukanya mencomot dalil 1 dan dalil lain, padahal sebenarnya dalil tersebut kandungannya yang diinginkan tidak sama.

Download LK KB 2 Modul Al-Qur'an dan Hadis Materi Pendekatan dan Metode Penafsiran Al-Qur'an Format .doc (Word)

Berikut disajikan link unduhan tugas pendalaman materi dengan format .doc. Silakan klik tombol download lalu tunggu beberapa saat:

LK KB 2 Qurdis 269kb

***

Semoga bermanfaat
Salam

Lanjut Baca:

👉Download Resume LK KB 1 Modul Al-Qur'an dan Hadis

👉Download Resume LK KB 2 Modul Al-Qur'an dan Hadis

👉Download Resume LK KB 3 Modul Al-Qur'an dan Hadis

👉Download Resume LK KB 4 Modul Al-Qur'an dan Hadis

👉Contoh Analisis Kriteria Keshahihan Hadis

👉Tugas Analisa Bahan Ajar Jurnal Tafsir, Takwil, Terjemah dan Ruang Lingkup Pembahasannya

👉Contoh Tugas Analisa Bahan Ajar Materi Metodologi Tafsir Lengkap

👉Tugas Analisa Bahan Ajar Materi Kriteria Keshahihan Hadis Menurut Al-Khatib Al-Baghdadi

Guru Penyemangat
Guru Penyemangat Guru Profesional, Guru Penggerak, Blogger, Public Speaker, Motivator & Juragan Emas.

Posting Komentar untuk "Download LK KB 2 Modul Al-Qur'an dan Hadis Materi Pendekatan dan Metode Penafsiran Al-Qur'an"