Widget HTML #1

Pengalaman Pembelajaran yang Membuat Murid Memaknai Materi, Lengkap dengan Prinsipnya

Menurut Sobat, apa sih pengalaman pembelajaran yang membuat murid bisa memaknai materinya? Kira-kira prinsip apa saja yang anda terapkan waktu itu?

Bulan demi bulan, atau tahu demi tahun mengajar, tentu ada segunung pengalaman yang bisa diceritakan oleh seorang guru. Entah itu pengalaman manis, pengalaman membuat siswa menangis, atau bahkan pengalaman miris. Eh

Tidak selalu seperti itu, kok. Hehe. Dalam mengajar, tentu ada tersibak pengalaman yang berkesan, utamanya ialah berkesan bagi si murid. Kekadang bagi kita yang mengajar hal tersebut ialah biasa-biasa saja, namun siapa sangka hal tersebut berbekas di hati siswa.

Nah berikut GuruPenyemangat.com bakal mencoba untuk menceritakan pengalaman pembelajaran seperti apa yang membuat murid memaknai materinya.

Mari disimak ya:

Pengalaman Pembelajaran yang Membuat Murid Memaknai Materinya

Pengalaman Pembelajaran yang Membuat Murid Memaknai Materinya
Pengalaman Pembelajaran yang Membuat Murid Memaknai Materinya. Dok. GuruPenyemangat.com

1. Pembelajaran di Luar Kelas

Pengalaman pembelajaran yang bagiku sangat berkesan dan meninggalkan bekas yang “wah” bagi peserta didik ialah saat aku menerapkan pembelajaran di luar kelas. Bahasa kerennya yaitu pembelajaran model “Tadabbur Alam”.

Tidak hanya mengusung belajar di luar kelas, aku juga mendesain pembelajaran ini agar siswa secara berkelompok bisa mengamati fenomena, keadaan, serta kejadian alam yang kemudian dikaitkan dengan materi.

Ibarat kata, seperti lembar kerja minimalis lah kira-kira.

Kebetulan sekolah tempat aku mengajar dekat dengan persawahan, sungai, hingga kebun-kebun warga. Karena aku merasa suasana kelas terlalu suntuk dan “sempit” oleh ilmu, maka aku coba saja mengajak mereka keluar kelas.

Bagaimana respon para siswa?

Mereka nyatanya lebih segar, lebih ceria, dan cenderung lebih semangat. Saat aku perhatikan siswa secara individu, mereka tampaknya lebih berani untuk mengungkapkan pandangan dan gagasan mereka terutama di depan teman-temannya.

Sebagai seorang guru sekaligus observer, tentu saja aku menambahkan nilai + terhadap siswa yang seperti ini.

Mengapa demikian? Karena siswa tersebut telah berpartisipasi dan terlibat aktif dengan pembelajaran, dan sekaligus mereka pula sedang memaknai arti atau kandungan dari materi ajar.

2. Pembelajaran Menggunakan Metode Baru

Pengalaman pembelajaran berikutnya yang berkesan dan bermakna bagi murid-muridku ialah pembelajaran dengan menggunakan metode baru. Baru di sini bukan dalam artian bahwa aku menemukan sesuatu yang hebat melainkan baru dari segi kreasi dan inovasi.

Ya, karena aku adalah seorang guru PAI, maka pembelajaran yang terlintas di benak anak-anak hanyalah pembelajaran di kelas, di mushola, di masjid, mengaji, atau semisalnya.

Namun pernah aku cob acara mengajar yang berbeda yaitu menggunakan metode pohon sejarah.

Ya, saat itu ketika mengajar di SMP aku dihadapkan dengan tantangan materi yang sulit yaitu bab sejarah Islam. Sontak saja aku berpikir bahwa pasti siswa bakal bosan jika pembelajarannya disajikan dengan cara yang biasa.

Di sanalah kemudian timbul ideku untuk menghadirkan pembelajaran dengan metode pohon sejarah. Para siswa secara berkelompok aku minta untuk mencari ranting, membuat daun dari kertas origami, kemudian menuliskan pokok-pokok sejarah di setiap daun yang mereka tempel.

Bagaimana kesan para siswa?

Awalnya siswa bingung mengapa kok saat belajar PAI harus repot-repot cari ranting kering dan kertas origami, tapi ketika praktik siswa malah lebih ceria dan bahkan tampak lebih aktif dalam pembelajaran.

Hebatnya lagi, saat presentasi mereka terlihat sangat lancar dalam mengucap nama-nama tokoh Islam hingga secarik momentum yang terkait dengan peradaban Islam.

Dari sana aku merasa bahwa pengalaman mengajar dengan metode yang belum pernah dicoba kepada siswa bakal membuat siswa mampu memaknai materi ajar secara lebih mendetail. Hal ini karena ada kesan yang bagus yang tertinggal di benak mereka.

Boleh Baca: Langkah-langkah Mengatasi Kemalasan Belajar, Boleh Dicoba!

3. Pembelajaran Menggunakan Media Pembelajaran Baru

Saat aku baru saja pindah tugas mengajar ke SD, lokasinya sungguh di luar dugaanku. SD tempat aku bertugas ternyata tidak didukung dengan fasilitas yang memadai. Bahkan lebih parahnya lagi, di desa tersebut sama sekali tidak ada sinyal internet.

Ada pengalaman pembelajaran yang saat berbekas di benakku maupun benak siswa. Ya, waktu itu tepatnya tahun 2019 aku pertama kali mengajar di kelas 6 dengan menggunakan media LCD Proyektor, atau yang lebih akrab dengan infokus.

Aku membuat media PowerPoint yang dipadukan dengan video dan audio.

Tahukah Sobat seperti apa respon anak-anak?

Ternyata mereka menyebut tayangan infokus tersebut dengan istilah “Layar Tancap”. Beberapa hari berlalu, para siswa pun sering berkisah kepadaku seraya bertanya; “Pak, kapan kita belajar dengan layar tancap lagi?”

Sungguh kala itu aku sempat ingin tertawa karena lucu, namun ketika aku mendalaminya lebih lanjut ternyata mereka tidak hanya ingat dengan si layar tancap melainkan juga selipan materi yang sudah aku ajarkan. Sungguh pengalaman yang berkesan bagiku.

4. Pembelajaran Menggunakan Storytelling

Apakah Sobat suka mengajar dengan cara bercerita?

Semenjak bertugas di SD, aku mulai sering bercerita, baik itu cerita fiksi, non fiksi, atau bahkan tentang fenomena. Hal ini bukan tanpa alasan, karena para siswa SD menurutku lebih cepat tanggap dan ingat ketika mereka mendengar cerita.

Namun ceritaku di sini bukanlah guyonannya Emak-Emak yang ketika mengendarai motor lampu sennya ke kanan lalu ia belok ke kiri, ya!

Storytelling yang kumaksud ialah cerita yang mengandung nilai-nilai pembelajaran, nilai-nilai akhlak dan juga karakter.

5. Pembelajaran dengan Menggunakan Games dan Guru Ikut Terlibat

Dunianya anak SD ialah dunianya bermain. Rasanya kita tidak bisa memungkiri hal tersebut. Maka darinya aku beberapa kali sering menghadirkan games di tengah-tengah pembelajaran, entah itu sebagai ice breaking atau malah sebagai instrument evaluasi pembelajaran.

Bagaimana hasilnya?

Setelah beberapa kali menerapkan games seperti Cerdas Cermat, Team Games Tournament, Teka-Teki Silang, Dadu dan Kupon Soal hingga game berbasis internet seperti Kahoot dan Canva, ternyata respon anak-anak lebih “wow” lagi dan mereka malah lebih semangat belajar.

Mengapa demikian? Karena hal-hal tersebut masih baru di benak mereka dan merupakan pengalaman yang tidak terlupakan.

Percayalah, antusiasme siswa bukanlah tanpa bekas. Meski tampaknya mereka lebih memperhatikan jenis media atau gambar-gambar yang kita sajikan, tapi sebenarnya mereka juga memaknai dan bakal terus mengingat pembelajaran tersebut.

Boleh Baca: Mengapa Kegiatan Belajar dan Bermain Harus Dibagi? Ternyata Ini Alasannya

Prinsip-prinsip yang Sering Saya Terapkan dalam Pembelajaran

Prinsip-prinsip yang Sering Saya Terapkan dalam Pembelajaran
Prinsip-prinsip yang Sering Saya Terapkan dalam Pembelajaran. Dok. GuruPenyemangat.com

Ada banyak prinsip-prinsip dalam pembelajaran, namun yang sering saya terapkan saat mengajar di kelas utamanya yaitu:

1. Prinsip Keaktifan

Yang pertama dan paling penting menurutku ialah prinsip keaktifan. Mengapa? Kalaulah ketika mengajar lalu kemudian yang aktif hanya gurunya, maka boleh aku katakan bahwa pembelajaran tersebut sungguh membosankan, melelahkan dan dekat dengan kegagalan.

Kok gitu? Karena siswanya pasif maka dapat dipastikan bahwa tidak ada proses belajar di sana. Yang ada hanyalah proses transfer pengetahuan dan belum tentu dari kegiatan tersebut ada kesan yang tertinggal di benak siswa.

2. Prinsip Motivasi

Prinsip pembelajaran berikutnya yang penting yaitu motivasi. Dalam belajar siswa perlu kita beri dorongan alias stimulus yang nantinya bisa memancing mereka untuk lebih aktif di kelas. 

Entah itu aktif saat bertanya, menyampaikan gagasan, atau bahkan berkomentar semuanya adalah poin penting dalam pembelajaran.

Siswa tidak harus menyukai semua mata pelajaran, namun ketika mereka termotivasi dengan belajar, maka kita bisa mendekati mereka dari sesuatu yang mereka sukai tersebut sekaligus bisa kita kembangkan materi ajar dari sana.

Boleh Baca: Kesan dan Kesan Belajar Online

3. Prinsip Kreasi dan Inovasi

Bagiku, mengajar itu adalah tantangan. Mengajar di kelas A dan kelas B itu berbeda tantangan, keadaan, hambatan, juga kesenangan. Maka darinya diperlukan adanya prinsip kreasi dan inovasi untuk mendulang kesuksesan dalam belajar.

Inovasi tidak melulu tentang sesuatu yang mewah, luar biasa, atau bahkan bikin pusing kepala. Inovasi dimulai dari proses amati, tiru, dan modifikasi. Entah itu yang terkait dengan metode, model, strategi, hingga pendekatan pembelajaran.

4. Prinsip Perhatian

Capek-capek menjelaskan tapi siswa tidak memperhatikan alias menaruh perhatian? Aduh, rasanya makin lelah saja ya hidup ini. Hehe. Maka darinya perhatian itu sangat penting.

Prinsip perhatian dalam pembelajaran ialah bagaimana seorang guru bisa mengajak siswa untuk tertarik, menaruh perhatian, hingga aktif turut serta dan terlibat dalam berbagai kegiatan belajar.

5. Prinsip Kebutuhan

Nah ini yang terakhir dan juga penting, yaitu kebutuhan. Di zaman sekarang ini siswa bakal sulit untuk diajak belajar ketika mereka tidak butuh.

Bila kita lihat, siswa sangat cepat sekali terampil menggunakan gadget atau laptop, tapi sayangnya kedua alat teknologi ini kadang hanya digunakan untuk keperluan games saja.

Tapi mengapa anak bisa menguasainya secepat itu? Karena siswa butuh. Dan sekarang, coba saja kalua guru bisa menghadirkan pembelajaran yang dibutuhkan siswa, maka siswa akan serius, fokus, dan ambisius dalam belajar, kan?

***

Pengalaman guru mengajar itu berbeda-beda. Banyak faktor yang memengaruhinya, tapi menurutku hanya satu hal yang menyatukannya.

Apa itu? Ialah semangat berbagi ilmu dan kebaikan.

Salam.
Ozy V. Alandika

Lanjut Baca: 11 Hal yang Harus Disediakan Sekolah Supaya Pembelajaran Lebih Nyaman

Guru Penyemangat
Guru Penyemangat Guru Profesional, Guru Penggerak, Blogger, Public Speaker, Motivator & Juragan Emas.

Posting Komentar untuk "Pengalaman Pembelajaran yang Membuat Murid Memaknai Materi, Lengkap dengan Prinsipnya"