Ini 10 Langkah Tepat Bagi Guru dan Orang Tua Mencegah Pelecehan dan Kekerasan Seksual Terhadap Anak
Langkah Tepat Bagi Guru dan Orang Tua Mencegah Pelecehan dan Kekerasan Seksual Terhadap Anak. Illustrated by Merdeka.com |
Dilansir dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) mengumumkan data bahwa terdapat belasan ribu kasus kekerasan terhadap anak dan perempuan sepanjang tahun 2021.
Menurut Menteri PPPA, I Gusti Ayu Bintang Darmawati juga menegaskan jika kekerasan terhadap anak meningkat selama pandemi Covid-19.
Pada kasus kekerasan terhadap anak, 45,1 persen kasus dari 14.517 dikategorikan dalam kasus kekerasan seksual yang setara dengan sekitar 6.547 kasus kekerasan seksual terhadap anak telah berhasil dilaporkan.
Memang ironis sekali jika setiap kali kita merayakan Hari Anak yang penuh makna dan suka cita, sementara di sisi lain kini semakin marak kasus kekerasan seksual.
Sontak saja hal tersebut secara otomatis bisa menggambarkan betapa memprihatinkan kondisi para korban yang masih anak-anak.
Padahal mereka sangat membutuhkan penanganan secara tepat serta harus melibatkan sinergi dukungan dari berbagai pihak baik lembaga pemerintah, pendidikan, masyarakat, hingga keluarga.
Dalam menyikapi persoalan ini, tak memandang siapapun karena mutlak menjadi tanggung jawab bersama termasuk guru dan orang tua untuk mengatasi pelecehan dan kekerasan seksual terhadap anak.
Bentuk-bentuk upaya mencegah kejahatan seksual selengkapnya bisa disimak dalam artikel sebagai berikut:
10 Langkah Tepat Bagi Guru dan Orang Tua dalam Mencegah Pelecehan dan Kekerasan Seksual Terhadap Anak
Tips Mencegah Pelecehan dan Kekerasan Seksual Terhadap Anak. Dok. Thecolumnist.id |
1. Memberikan Pendidikan Seks Sesuai Usia Anak
Sobat Guru Penyemangat, penting bagi anak untuk mempelajari pendidikan seks dari orang tua dan guru sebagai bahan informasi.
Dengan begitu, diharapkan tidak timbul asumsi aneh, perasaan takut, dan kebingungan pada diri anak dalam mengenal dan memahami pendidikan seks jika disesuaikan usianya.
Misal, dari hal dasar ketika mengajari anak tentang perbedaan jenis kelamin hingga penyuluhan edukasi seks tentang fungsi alat reproduksi di sekolah-sekolah.
2. Ajarkan Anak Tentang Rasa Malu
Sebaiknya kita jangan menganggap rasa malu itu identik dengan sikap rendah diri, ya.
Budaya rasa malu bisa ditanamkan orang tua dan guru kepada anak dengan tujuan agar anak dapat menghargai dan menjaga otoritas badannya sendiri.
Mengajari tentang arahan untuk tidak mengumbar bebas bagian tubuhnya secara terbuka dan tidak mengganti pakaian di tempat umum dirasa bermanfaat bagi anak agar bisa memahami batasan area tubuhnya.
Anak akan memahami apa yang perlu untuk dilindungi sehingga mereka bisa terbiasa untuk berpakaian yang sopan di tempat umum.
Boleh Baca: Bijaklah Menggunakan Aplikasi, TikTok pun Bisa Menjadi Pemutus Urat Malu Manusia
3. Awasi Aktivitas Anak Bermain Gadget
Sebaiknya guru dan orang tua memantau anak saat bermain gadget karena terkadang tayangan bisa mengandung unsur berbau seksual yang tidak pantas dikonsumsi.
Tayangan yang tidak pantas dikonsumsi bakal berdampak negatif pola pikir dan tingkah laku anak karena sifat anak-anak itu mudah meniru yang mereka lihat.
Jika anak menggunakan gadget, periksa seluruh aktivitas online yang telah dilakukan anak bahkan bisa memakai perangkat atau aplikasi yang berfungsi untuk memonitor akses internet anak.
Dampingi dan berikan rekomendasi konten-konten yang cocok bagi anak-anak sesuai usianya seperti ketika mendampingi anak saat menonton film.
Boleh Baca: Dear Moms, Jangan Biarkan Anak Kita Kecanduan Smartphone!
4. Beri Anak Pengertian Tentang Privasi
Guru dan Orang tua harus memberikan pemahaman yang jelas tentang sebuah privasi agar anak dapat menjaga batasan diri di zona aman.
Ajarkan apa yang boleh dilakukan dan jangan dilakukan serta konsekuensi jika melanggar batasan itu.
Harapannya ialah; anak mampu menghadapi kondisi untuk berkata jangan atau menolak secara tegas apabila ada orang lain yang menyentuh tubuhnya, menjaga batasan saat bergaul dengan lawan jenis, dan menjaga privasi pada orang asing yang baru dikenal.
5. Bangun Komunikasi Antara Guru dan Orang Tua
Berikan kepercayaan pada anak untuk selalu terbuka membicarakan kejadian yang tidak mengenakkan yang pernah dialami kepada orang tua dan guru dengan cara menunjukkan sikap jujur dan terbuka.
Jika anak luwes dalam bercerita, maka orang tua dan guru dapat mencari solusi terbaik untuk menindaklanjuti masalah anak tersebut.
Dari hasil membangun komunikasi dan rasa percaya tersebut, anak akan bersikap berani menyuarakan keberatan jika ada seseorang yang melakukan hal buruk secara seksual terhadap dirinya.
6. Mempelajari Ilmu Bela Diri
Orang tua dan guru juga bisa menyediakan fasilitas bagi anak untuk mempelajari ilmu perlindungan diri baik laki-laki atau perempuan dengan mengikuti kegiatan latihan ekstrakurikuler sekolah atau kursus bela diri.
Jujur saja, di era kekinian ilmu bela diri bisa dijadikan tameng guna mencegah terjadinya pelecehan seksual.
Dengan mempelajari ilmu dasar bela diri, anak dapat melindungi dirinya sendiri dan orang lain. Perlu diingatkan bahwa ilmu bela diri tidak dimanfaatkan untuk menyerang orang yang tidak bersalah.
7. Menciptakan Lingkungan Ramah Anak
Sobat, Guru dan Orang tua harus selalu waspada melihat keadaan lingkungan yang aman dan nyaman untuk ditempati anak.
Kita perlu meminimalisir terjadinya tindak kejahatan seksual karena predator seksual bisa dijumpai di tempat sepi dan ramai sekalipun.
Jadi, jangan sering meninggalkan anak pergi sendirian saat bermain di luar rumah dan cek selalu keberadaan anak bila pergi bermain terlalu lama.
Selain itu, baik di ruang publik, sekolah, atau pun rumah pastikan anak selalu berada dalam jangkauan guru dan orang tua.
Sekiranya terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, ada orang yang bisa melindungi. Baik itu orang tua maupun guru.
8. Membawa Alat Pelindung Diri
Upaya guru dan orang tua mengatasi pelecehan dan kekerasan seksual yang cukup ekstrem mengingat semakin tingginya kasus adalah dengan membawa alat perlindungan diri seperti semprotan cabai atau alat setrum di dalam tas.
Alat-alat tersebut dipersiapkan untuk menghadapi kemungkinan terburuk ketika menghadapi kekerasan dalam bentuk apa pun, termasuk ketika tiba-tiba kekerasan seksual terhadap anak terjadi.
Adapun orang tua yang khawatir ketika anak sudah beranjak remaja dan akan pergi beraktivitas di luar rumah juga bisa memberikan alat ini dan mengajarkan cara pakai yang baik dan benar pada anak untuk berjaga-jaga.
9. Bersikap Hati-hati Saat Bermedia Sosial
Guru dan Orang Tua perlu berhati-hati ketika mengunggah foto atau video untuk sekadar membagikan momen keseruan bersama anak di media sosial.
Terang saja, di zaman now pelaku bisa saja melancarkan aksi kejahatan seksual berupa pelecehan dan kekerasan seksual berbasis online.
Guru dan orang tua bisa segera melaporkan berbagai komentar atau tindakan lain yang mengandung pelecehan dan kekerasan seksual terhadap anak dan bisa memblokir akun pelaku.
Selain itu, bila anak menggunakan media sosial, kontrol secara bijak berbagai platform aplikasi media sosial yang diunduh anak di gadget saat berinteraksi dengan siapapun dan apa saja yang diunggah.
Boleh Baca: Gunakan untuk Hal Positif, Inilah 13 Manfaat Media Sosial yang Perlu Sobat Ketahui
10. Menerapkan metode 5D
Terakhir, guru dan orang tua wajib memahami metode 5D sebagai solusi aman, praktis, dan efektif untuk diimplementasikan baik bagi saksi maupun korban pelecehan seksual.
Metode ini meliputi 5 poin penting yakni:
- Dialihkan dari aksi kejahatan seksual yang hendak terjadi dengan mengalihkan perhatian korban maupun pelaku;
- Dilaporkan ke pihak berwenang atau orang sekitar untuk mendapat perlindungan;
- Dokumentasikan bukti tindakan pelecehan dan kekerasan seksual korban dan pelaku namun tetap pertimbangkan keamanan korban;
- Ditegur melalui ucapan yang tegas;
- dan Ditenangkan untuk para korban pelecehan seksual yang mengalami syok, trauma, hingga kehilangan kepercayaan diri.
Semoga bermanfaat ya.
Salam
Ditulis oleh: Devani Imario Putri
Referensi:
- CNN. 2022. Kasus Kekerasan Anak Terjadi Sepanjang 2021. Diakses di https://www.cnnindonesia.com/nasional/20220120030219-20-748827/14517-kasus-kekerasan-anak-terjadi-sepanjang-2021/amp pada 17 Maret 2022
- Ihsan, Dian. 2022. Orang Tua, Ini 6 Cara Edukasi Pencegahan Kekerasan Seksual Pada Anak. Diakses di https://amp.kompas.com/edukasi/read/2022/01/17/143400071/orangtua-ini-6-cara-edukasi-pencegahan-kekerasan-seksual-pada-anak pada 17 Maret 2022
- Isman S., Muhammad. 2022. Cara Sederhana Untuk Menghindari Pelecehan Seksual. Diakses pada https://m.klikdokter.com/amp/3616246/cara-sederhana-untuk-menghindari-pelecehan-seksual pada 17 Maret 2022
- Livia, Klara. 2021. Lakukan 5D Saat Menjadi Saksi Pelecehan Seksual. Diakses di https://www.idntimes.com/life/inspiration/amp/klara-livia-1/lakukan-5d-saat-menjadi-saksi-pelecehan-seksual-akuperempuan pada 17 Maret 2022
Posting Komentar untuk "Ini 10 Langkah Tepat Bagi Guru dan Orang Tua Mencegah Pelecehan dan Kekerasan Seksual Terhadap Anak"
Posting Komentar
Berkomentarlah sesuai dengan postingan artikel. Mohon maaf, link aktif di kolom komentar tidak akan disetujui.
Diperbolehkan mengutip tulisan di blog Guru Penyemangat tidak lebih dari 30% dari keseluruhan isi (1) artikel dengan syarat menyertakan sumber. Mari bersama-sama kita belajar menghargai karya orang lain :-)