Widget HTML #1

Cerpen: Ihsan dan Buku Ensiklopedi

Cerpen Ihsan dan Buku Ensiklopedi
Cerpen Ihsan dan Buku Ensiklopedi. Gambar oleh PublicDomainPictures dari Pixabay.

Hai, Sobat Guru Penyemangat, tahukah Sobat bahwa membaca adalah jendela dunia?

Begitulah. Dengan gemar membaca, kita bakal bisa melihat, menyadari, serta mensyukuri luasnya dunia.

Semakin sering kita membaca, semakin banyak ilmu yang didapat, dan semakin banyak ilmu yang direngkuh, maka kita akan semakin sadar bahwa diri ini tidak ada apa-apanya di dunia.

O ya, berikut Gurupenyemangat.com hadirkan sebuah cerpen tentang perilaku gemar membaca.

Cerpen tentang perilaku gemar membaca berikut berkisah tentang seorang pelajar yang cinta ilmu dan buku ensiklopedi.

Mari disimak ya:

Cerpen: Ihsan dan Buku Ensiklopedi

Oleh Fahmi Nurdian Syah

“Ihsan, kamu lagi ngapain, Nak?” tanya ibu yang sedang menjahit di meja jahitnya.  

“Lagi baca buku Bu, pinjem di perpustakaan sekolah,” Ihsan yang sedang membaca sambil selonjoran di lantai dekat pintu masuk rumahnya menjawab santai.  

Ihsan memang hobi membaca ditempat itu. Menurutnya selonjoran di dekat pintu rumah yang terbuka adalah tempat yang paling enak untuk membaca, karena ada semilir angin dari luar.   

Di rumahnya sendiri, ia tidak punya banyak buku selain buku pelajaran sekolahdan beberapa buku peninggalan ayahnya. Dulu, sewaktu ayahnya masih ada, ia ingat ayahnya sering membawakannya oleh-oleh buku sepulang bekerja.

Terkadang buku cerita, mini ensiklopedi, buku agama, atau majalah anak. Lalu Ihsan pasti langsung menyambut gembira dan membacanya sehari habis.

Ayahnya selalu tertawa senang jika Ihsan lapor bahwa bukunya sudah habis dibaca.  

Kini ayahnya telah tiada, sementara ibunya yang bekerja sebagai penjahit tidak punya cukup biaya untuk membelikan Ihsan buku-buku ekstra.

Bisa menyekolahkan Ihsan saja, ibunya sudah sangat bersyukur.

Karena itu, Ihsan memanfaatkan kesempatan membaca buku perpustakaan dengan sebaik-baiknya.

Tak heran, karena sangat senang membaca dan belajar, Ihsan menjadi murid berprestasi di sekolahnya.  

*** 

“Ihsan, Alhamdulillaah, selamat ya. Kamu juara di tingkat Kecamatan!” seru pak Hamid, wali kelasnya.  

Ihsan dan temannya Rangga terpilih untuk mewakili sekolahnya dalam lomba Siswa Teladan tingkat Kecamatan. Lomba itu dilaksanakan di SD Negeri di desa sebelah.

Ihsan senang bisa mewakili sekolah, karena ia mendapat pengalaman baru berlomba bertemu siswa-siswa dari SD lainnya. 

“Alhamdulillah Pak, kalau Rangga bagaimana Pak?” sahutnya.  

"Alhamdulillah, Rangga dapat juara dua. Bapak senang sekali, akhirnya sekolah kita bisa juara di level kecamatan untuk lomba ini. Biasanya belum pernah,” ujar Pak Hamid sumringah.  

“Karena kamu juara, jadi kamu siap-siap untuk lanjut lomba ke level Kabupaten ya, kita buat kelas pemantapan khusus buat kamu.” lanjut pak Hamid semangat. 

Ihsan menatap Pak Hamid berbinar-binar. Ihsan merasa senang dan bersemangat. Ia bukan berharap mendapatkan hadiah atau menjadi terkenal dengan mengikuti lomba itu. Tetapi, Ihsan hanya ingin melakukan yang terbaik yang ia bisa.

Ilustrasi Anak Membaca Buku
Ilustrasi Anak Membaca Buku. Gambar oleh Sabrina Eickhoff dari Pixabay

Ia senang belajar, ia cinta ilmu pengetahuan. Baginya, lomba ini menjadi jembatan ia belajar lebih giat, membaca lebih banyak, dan mendapat pengalaman bidang ilmu pengetahuan yang lebih luas.

Selain itu, ia juga ingin membahagiakan ibu dan almarhum ayahnya. 

Kemenangan Ihsan di level Kecamatan diumumkan Kepala Sekolah pada upacara bendera Senin pagi. Teman-temannya langsung bersorak ikut bergembira. Rangga, Budi, dan Anto mengerubungi Ihsan selesai upacara.  

Pada lomba Siswa Teladan tingkat Kabupaten, Ihsan menghadapi soal-soal yang lebih menantang, dan saingan yang menurutnya lebih tangguh.

Mereka adalah yang terbaik dari kecamatannya masing-masing. Tapi itu tidak membuat Ihsan minder ataupun gentar. Ia teringat pesan ibunya.

“Lakukan yang terbaik, San. Apapun hasilnya, Allah yang mengatur. Yang penting kita sudah berusaha. Insya Allah, Allah beri kemudahan,” ibu membelai bahu Ihsan. 

“Nanti sewaktu kamu lomba, insya Allah ibu mau sholat Dhuha khusus untuk mendoakan kamu,” lanjut ibu.

*** 

Dua minggu setelah perlombaan dilaksanakan, Ihsan mendapat pemberitahuan bahwa dirinya lolos perlombaan Siswa Teladan tingkat Kabupaten dan melanjutkan perlombaan ke tingkat Provinsi.

Berita yang sangat menggembirakan bagi sekolah karena untuk pertama kalinya sekolah mereka yang biasanya dipandang sebelah mata bisa masuk ajang perlombaan Provinsi.  

Pada tingkat Provinsi, perlombaan lebih seru karena digelar dalam dua sesi. Pertama, lomba uji mata pelajaran dan wawasan seperti perlombaan sebelumnya.

Yang kedua, digelar juga pameran yang akan memperlihatkan hasil karya masing-masing peserta lomba.

Hasil karya dapat bertema seni atau terkait ilmu pengetahuan dan teknologi. Pameran terbuka untuk dikunjungi beberapa perwakilan dari setiap sekolah.  

Sahabat-sahabat Ihsan dengan semangat ingin ikut mengantar Ihsan lomba sekaligus ingin pula melihat pameran hasil karya para siswa teladan.

Untuk materi mata pelajaran, Ihsan dibantu Pak Hamid dan beberapa guru lainnya membahas khusus seputar materi yang diujikan.

Boleh Baca: Cerpen Tentang Pesan dari Ibu Guru Agar Dirimu Lebih Semangat dalam Belajar

Sekolah juga mendukung penuh dengan memberikan suplemen buku yang bisa Ihsan baca sebagai pengayaan materi. Namun, untuk hasil karya, Ihsan masih belum mendapatkan ide.  

“Bagaimana kalau melukis kaligrafi, San? Tulisan Arab kamu kan lumayan bagus," Pak Hamid mencoba memberi saran. 

Ihsan terdiam. Ia memang suka kaligrafi, tetapi untuk sebuah lomba Siswa Teladan, ia merasa kemampuannya belum cukup untuk memberi nilai lebih.  

“Bagaimana kalau pidato atau baca puisi San? kamu kan bagus kalau pidato di depan kelas," Rangga kali ini coba menyumbang saran. 

Ihsan menggeleng. Menurutnya justru Rangga yang lebih baik dalam hal pidato didepan kelas. 

“Nanti coba aku pikirkan di rumah ya saja pak Hamid, teman-teman.”  

Di rumah, Ihsan memandangi buku-buku peninggalan ayahnya yang berderet rapi di rak. 

“Ayah, jika ayah masih ada, tentu ayah akan memberi banyak ide buatku," bisik Ihsan dalam hati. 

Tiba-tiba matanya tertuju pada sebuah buku Ensiklopedi berwarna biru. Ia teringat betapa takjubnya ia ketika dibacakan isi buku itu oleh ayahnya. Buku tentang alam semesta.

Mata Ihsan membulat pertanda semangat. Ia sudah mendapatkan ide akan membuat apa untuk karyanya.  

*** 

Pameran hasil karya diselenggarakan di ruang Aula Kantor Gubernur. Setiap peserta mendapat nomor meja yang ditata di sekeliling ruang Aula.

Memasuki ruangan itu, Ihsan dan teman-temannya merasa sangat kagum. Mereka merasa ruang itu begitu mewah. 

Suasana ruangan begitu ramai. Tidak hanya peserta dan tim penilai, guru-guru dan perwakilan siswa dari berbagai sekolah berkumpul disini ikut menyaksikan hasil-hasil karya para siswa teladan.

Ada yang melukis dikanvas, ada yang membatik, ada yang membuat robot, ada yang membuat miniatur PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air), ada yang membuat sirkuit listrik, ada pula yang membuat maket (bentuk tiruan) gedung perkantoran lengkap dengan sistem pengaman pemadam kebakaran. 

Semua tampak keren. Sungguh sebuah pesta ilmu pengetahuan yang menyenangkan. Ihsan mendapat meja nomor 89.

Di hadapannya terpampang hasil karya yang ia buat sepenuh hatinya: miniatur tata surya yang terdiri dari matahari beserta planet-planet yang mengelilinginya.

Ia menggunakan bohlam sebagai matahari dan bola-bola planet yang dapat diputar meski secara manual.

Ketika tim penilai menghampirinya, ia dengan semangat menerangkan bagaimana sistem tata surya bekerja, bagaimana terjadinya siang dan malam juga mengenai benda-benda langit lain seperti komet, meteor, asteroid dan lainnya. 

Meski di dalam hatinya begitu banyak karya lain yang lebih hebat dari karya miliknya, tetapi ia tetap akan memberikan yang terbaik melalui penjelasannya kepada tim penguji.

Ia pun menghayati pesan ayahnya, pada susunan tata surya terdapat tanda kebesaran Allah yang menciptakan langit dan bumi. Ia menjawab semua pertanyaan penguji dengan mata berbinar.  

Di sesi istirahat makan siang, Ihsan dan teman-temannya juga Pak Hamid berkumpul memakan nasi kotak yang dibagikan panitia.  

“Aku gak habis pikir. Karya keren-keren begitu apa iya sudah diajarkan disekolah. Kita kan belum belajar tentang listrik. Tapi ada yang buat sirkuit listrik keren banget,” celetuk Anto. 

"Lah iya, aku juga pikir ada yang buat maket gedung, bagaimana buat seperti itu,” tambah Rangga.

“Sudah sudah, fasilitas mereka kan memang berbeda dengan kita, mereka dari kota ya lebih banyak ngerti yang kayak begitu, bahan-bahannya yo juga ada,” Pak Hamid menimpali anak-anak. 

*** 

Hari pengumuman tiba.

Meski tidak menempati juara pertama, Ihsan sangat bersyukur karena ia berhasil meraih juara ketiga. Pak Guru dan teman-temannya pun penuh sukacita memberi Ihsan selamat.

Boleh Baca: Cerpen Guruku Pahlawanku 

Sungguh sebuah prestasi bagi sekolah mereka yang jauh dari standar sekolah modern. Ihsan mendapat hadiah sejumlah uang dan satu set buku Ensiklopedi. Pak Camat yang terharu dengan prestasi Ihsan, memberi Ihsan beasiswa hingga lulus sekolah.  

“Alhamdulillah, Ihsan anak soleh," Ibu memeluk Ihsan.  

“San, Allah paling tau yang terbaik buat kita. Juara tiga, itu yang terbaik buat Ihsan sekarang. Ihsan harus bersyukur dengan tetap semangat selalu mengerjakan yang terbaik." Ihsan mengangguk senang. 

Ia peluk buku-buku ensiklopedinya. Ia berharap kelak dewasa ia bisa memberikan beasiswa dan buku-buku untuk anak-anak yang kurang mampu di Indonesia. Karena ia semakin menyadari, bahwa buku adalah kunci ilmu pengetahuan. 

~Selesai~

Guru Penyemangat
Guru Penyemangat Guru Profesional, Guru Penggerak, Blogger, Public Speaker, Motivator & Juragan Emas.

Posting Komentar untuk "Cerpen: Ihsan dan Buku Ensiklopedi"