Fabel: Kisah Cacing dan Ulat yang Peduli Lingkungan
Fabel Kisah Cacing dan Ulat yang Peduli Lingkungan. Dok. Gurupenyemangat.com |
Hai, Sobat Guru Penyemangat, seberapa besar rasa pedulimu terhadap lingkungan?
Semoga semakin besar dan terus membesar, ya. Lingkungan adalah tempat tinggal kita, tempat kita tersenyum, tertawa, bahagia, juga berkarya.
Lingkungan adalah titipan Allah yang diamanatkan kepada kita sebagai khalifah di bumi, dan tugas kita adalah menjaga dan merawatnya dengan sebaik-baiknya.
O ya, pada postingan berikut Guru Penyemangat telah kedatangan kiriman fabel dengan tema peduli lingkungan nih.
Fabel berikut berikisah tentang cacing dan ulat yang saling bekerja sama dalam menyukseskan kegiatan peduli lingkungan sekitar.
Penasaran? Mari disimak ya:
Fabel: Kisah Cacing dan Ulat yang Peduli Lingkungan
Oleh Devani Imario Putri
Di suatu sore hari setelah hujan gerimis, muncul di permukaan cacing yang menggeliat di tanah.
Ia dengan teman-teman yang lain baru saja selesai bekerja membantu Pak Tani untuk menggemburkan tanah agar tumbuhan di sekitarnya tetap subur, asri, serta segar.
Mereka selalu giat merawat tanah dan tanaman. Mereka sangat mencintai dan peduli pada lingkungan di sekitar mereka.
"Teman-teman, ayo, mulai besok kita akan pindah ke sawah lain, ya! kita bantu Pak Tani menanam padi agar tanahnya semakin subur," sorak cacing itu.
"Iya, siap, tetap semangat! kita pasti bisa melakukannya!" seru cacing lain dengan optimis.
Setelah selesai bertugas, mereka kembali masuk ke tanah untuk pulang ke rumah masing-masing.
Akan tetapi cacing bernama Cici justru memilih menyusuri tanah ke tempat yang cukup jauh untuk menikmati suasana sore hari yang teduh hingga berhenti di suatu tempat.
Ia kemudian melihat pemandangan yang cukup menakutkan. Banyak tumbuhan sudah layu, timbunan tanah yang dikeruk menyisakan lubang besar, dan tanah yang begitu gersang.
Ia pun bertemu dengan seekor ulat yang tampak murung dan sedih.
"Kenapa kamu sedih, Ulat?" tanya Cici.
"Sebelumnya tempat ini adalah hutan, tapi sekarang banyak pohon yang sudah ditebang manusia sehingga aku sudah tidak memiliki rumah dan makanan," cerita si ulat dengan muka sedih.
"Kenapa mereka menebang pohon itu?" Cici heran banyak sekali pohon sudah ditebang dan tumbuhan yang mati.
"Mereka membuat bangunan besar, lihatlah asap dan limbah kotor keluar dari bangunan itu!" balas ulat dengan rasa kesal melihat rumah yang ditinggalinya dirusak.
Ilustrasi Lingkungan yang Rusak dan Kotor. Dok. Gurupenyemangat.com |
"Astaga, karena itulah lingkungan ini jadi rusak dan tidak subur lagi!" ucap Cici terkejut.
"Iya, dan banyak hewan yang harus pergi untuk mencari rumah baru, seperti aku sekarang yang malah bingung harus pergi ke mana? Tupai malah sudah sudah pergi meninggalkanku duluan," keluh si ulat semakin sedih.
Cici merasa sangat kasihan pada si ulat. Ia pun memberikan bantuan dengan mengajaknya untuk tinggal di tempatnya saja.
"Ulat, ayo ikut bersamaku. Aku akan membantu untuk menemukan tempat tinggal barumu di daerahku dan memberimu makanan," kata Cici dengan tersenyum ramah.
"Wah, benarkah? terima kasih, Cacing. Kamu baik sekali!" wajah ulat berubah menjadi senang.
"Oh, iya, siapa namamu? aku Cici," ucap Cici memperkenalkan diri.
"Aku Kipi," balas ulat.
Kipi pun mengikuti Cici ke tempat tinggalnya. Kipi sangat takjub melihat hijaunya pohon dan tanaman yang berada di sekitar rumah Cici.
Cici lalu menunjukkan Kipi rumah barunya di sebuah pohon lebat dekat dengan tanah tempat tinggalnya.
Boleh Baca: Fabel Kemarau yang Meresahkan Hewan Rawa
"Kipi, kamu sekarang boleh tinggal di sini bersamaku. Aku ada di bawah tanah ini dan kamu bisa merambat ke atas pohon ini. Jika kamu butuh bantuan lain, tinggal panggil namaku saja," Ucap Cici.
"Iya, Cici, terima kasih banyak kamu sudah memberi aku rumah baru. Di sini sangat sejuk dan indah sekali. Aku suka," jawab Kipi memuji rumah barunya.
"Ya, syukurlah jika kamu suka. Kalau begitu aku akan masuk ke tanah ya. Aku ingin istirahat karena besok aku ada pekerjaan yang harus dilakukan," ungkap Cici pada Kipi.
"Iya, Cici. Silakan beristirahat dulu. Sekali lagi aku sangat berterima kasih."
Cici pun mengganguk senang. Ia lalu kembali ke rumahnya untuk bersiap-siap bekerja untuk membantu petani menyuburkan tanah saat menanam padi bersama teman-temannya besok pagi.
"Wah, nyaman sekali! akhirnya aku bisa punya tempat tinggal, bahkan bisa makan daun enak dan segar. Syukurlah, aku tidak mati kelaparan." Ucap Kipi sambil menaiki tanamannya dan langsung menyantap daun secukupnya.
Ia tidaklah rakus karena Kipi juga tidak tega kalau tanaman ini akan layu dan mati jika terlalu banyak ia gigiti.
Hingga esoknya Kipi merasa tidak enak badan dan tubuhnya terasa kaku yang menandakan ia akan berubah menjadi kepompong.
"Pagi, Kipi," Cici mendongak untuk melihat Kipi yang berada di atas tepatnya di sebuah pohon.
"Pagi, Cici," ucap Kipi lemah sembari menempel di daun tanaman.
"Kenapa Kipi? apa kamu sedang sakit?,” tanya Cici
"Tubuhku terasa kaku semua. Cici, sepertinya tidak lama lagi, aku akan berubah menjadi kepompong."
" Wah, kalau begitu kamu harus siap-siap! bertahanlah, kamu pasti akan menjadi kupu-kupu yang cantik!," hibur Cici pada Kipi yang terdengar lemah.
"Terima kasih, Ci. Semoga saja aku bisa bertahan dan menjadi kupu-kupu yang bisa selalu ikut membantumu merawat tanaman."
"Iya, sekarang kamu beristirahatlah. aku akan selalu menemanimu di sini hingga kamu terbang menjadi seekor kupu-kupu. aku akan berdoa agar kamu baik-baik saja dan menjagamu di bawah sini." ucap Cici tanpa bertatap muka langsung dengan Kipi.
"Kau memang sahabat sejati yang paling setia dan mengerti aku," balas Kipi lalu memejamkan matanya.
Hari demi hari telah dilalui. Cici selalu menunggu Kipi bahkan tiap pagi dan sebelum tidur ia selalu menyampaikan ucapan selamat pagi dan malam meski Kipi selalu diam.
Cici juga setiap hari menceritakan kesehariannya namun tidak ada balasan.
Kipi masih terbungkus oleh kepompong. Ia terus menunggu jawaban dari Kipi yang barangkali sudah berubah jadi kupu-kupu.
Cici sekarang sangat merasa kesepian ketika Kipi telah menjadi kepompong, namun juga berharap Kipi segera berubah jadi kupu-kupu.
"Selamat malam, Kipi. Semoga besok kamu bisa jadi kupu-kupu cantik," ucap Cici setelah menghela nafas panjang. Tiba-tiba, tak disangka ada suara yang menjawab hingga Cici pun terperanjat.
"Malam, Cici!" teriak Kipi bersembunyi dengan hinggap di balik pohon.
"Kipi, apakah itu kamu? di mana kamu? Kipi?" Cici kebingungan sambil mendongak ke atas lalu sekelebat bayangan di belakangnya melintas dengan begitu cepat.
"Aku di sini, coba cari aku," balas Kipi sambil tertawa usil.
"Kipi, apa kamu sudah jadi kupu-kupu? ayolah, jangan bersembunyi. Aku ingin melihatmu," Cici terus menoleh ke kanan dan kiri untuk mencari keberadaan Kipi.
Boleh Baca: Fabel Si Marmut dan Gong Hitam
Dan dari arah atas Kipi pun menampakkan diri. Ia mengepakkan sayap coklat indahnya di hadapan Cici. Cici pun terkesima.
"Wah, Kipi! kamu akhirnya jadi kupu-kupu yang sangat indah! selamat, ya! aku sangat senang sekali bisa bertemu denganmu lagi!" puji Cici melihat Cici setelah lama tak jumpa.
"Iya, Cici aku juga sangat senang bisa melihatmu lagi. Dengan menjadi kupu-kupu, aku bisa selalu membantumu merawat lingkungan. Jangan sampai lingkungan rusak seperti rumahku dulu,” ucap Kipi penuh haru.
“Iya, Kipi. Ayo, kita sama-sama menjaga lingkungan agar tidak terjadi lagi kerusakan seperti rumahmu dulu. Kita akan jadi teman selamanya." Cici tersenyum bahagia.
Cici dan Kipi sebagai dua sahabat sejati sekarang bisa kompak untuk bekerja sama merawat lingkungan.
Kipi akan berusaha melakukan penyerbukan pada tanaman di sekitarnya agar bisa berbunga indah dan berbuah lebat.
Sementara Cici akan menggemburkan tanah agar tanaman bisa tumbuh subur. Mereka pun saling membantu untuk melestarikan lingkungan lagi dengan sepenuh hati agar tidak rusak seperti rumah Kipi.
Tamat.
Nah, demikianlah tadi sajian cerpen yang sudah dikirim Agan Devani ke Guru Penyemangat.
Dari kisah di atas, secarik pesan moral yang bisa kita petik yaitu; diperlukan kerja sama yang apik untuk mewujudkan lingkungan yang nyaman, arsi, subur, dan sejuk.
Lebih daripada itu, sikap peduli bukanlah materi yang bisa dihapal dan dipraktikkan dalam satu hari melainkan butuh pembiasaan.
Semoga bermanfaat ya.
Salam.
Posting Komentar untuk "Fabel: Kisah Cacing dan Ulat yang Peduli Lingkungan"
Posting Komentar
Berkomentarlah sesuai dengan postingan artikel. Mohon maaf, link aktif di kolom komentar tidak akan disetujui.
Diperbolehkan mengutip tulisan di blog Guru Penyemangat tidak lebih dari 30% dari keseluruhan isi (1) artikel dengan syarat menyertakan sumber. Mari bersama-sama kita belajar menghargai karya orang lain :-)