Widget HTML #1

Makalah Psikologi Agama: Pengertian, Ruang Lingkup, dan Manfaat Psikologi Agama

Makalah Psikologi Agama
Makalah Psikologi Agama. Dok. Gurupenyemangat.com

Hai, Sobat Guru Penyemangat, sudah minum boba hari ini? Eh.

O ya, pada tulisan ini Gurupenyemangat.com bakal menyajikan contoh makalah mata kuliah Psikologi Agama.

Makalah berikut berisi pengertian, ruang lingkup, dan manfaat Psikologi Agama yang bisa diunduh dalam format PDF lengkap dengan catatan kaki.

Baiklah, langsung disimak saja ya:

Pengertian Psikologi Agama

Pengertian Psikologi Agama
Pengertian Psikologi Agama. Dok. Gurupenyemangat.com

Secara etimologis, psikologi diambil dari bahasa Inggris psychology yang berasal dari bahasa Yunani psyche yang berarti jiwa (soul, mind) dan logos yang berarti ilmu pengetahuan. Dengan demikian psikologi berarti ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang jiwa.

Berdasarkan penyelidikan tentang gejala kejiwaan yang mula-mula dilakukan oleh para filsuf Yunani Kuno, teori-teori dikemukakan berdasarkan argumentasi-argumentasi akal belaka, sehingga mereka mengemukakan bahwa psikologi itu adalah ilmu yang mempelajari seluk-beluk kejiwaan manusia.

Meski mereka menganggap psikologi ini adalah sebuah ilmu, namun pada waktu itu belum ada pembuktian-pembuktian yang nyata atau empiris, sehingga akal menjadi pusat argumentasi pada saat itu.

Berbeda dengan psikologi zaman sekarang, karena saat ini teori-teori psikologi sudah ada bukti empirisnya sehingga selain psikologi telah melepaskan ikatan dengan ilmu filsafat, teori-teorinya pun bisa dibuktikan ataupun dengan hanya kita memandang seseorang kita bisa menggambarkan apa yang terjadi di dalam kejiwaan orang itu, mungkin dia sedih, bimbang, kacau, ataupun sedang berduka.

Tidak cukup hanya melihat dari segi etimologisnya, psikologi memiliki beberapa definisi sebagai berikut:

  • Kartini Kartono mendefinisikan psikologi sebagai suatu ilmu pengetahuan tentang tingkah laku dan kehidupan psikis manusia.
  • Sarwito Wirawan  Sarwono mendefinisikan psikologi sebagai suatu ilmu yang mempelajari proses mental yang tampak dalam perilaku.
  • Sururin mendefinisikan psikologi sebagai suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dalam hubungannya dengan lingkungan.
  • Rita L. Atkinson dkk mendefinisikan psikologi sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan proses mental.

Melihat berbagai pengertian psikologi baik dari segi etimologis maupun terminologis (definisi-definisi) di atas, maka saya berani mengambil definisi baru bahwasannya psikologi itu adalah suatu teori yang akhirnya menjadi ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri yang berisikan pelajaran tentang tingkah laku, sikap, mental, dan kejiwaan manusia.

Boleh Baca: Ragam Faktor Pembentuk Kejiwaan Seseorang

Kemudian mengenai agama, jika dirunut pengertiannya berdasarkan asal kata, agama terdiri dari asal kata yang masing-masing berbeda yaitu: al-Din, religi, (relegere, religare), dan agama.

Al-Din berarti undang-undang atau hukum. Kemudian dalam bahasa Arab, kata ini mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, balasan, kebiasaan. Sedangkan dari kata religi (Latin) atau relegare berarti mengumpulkan dan membaca.

Kemudian religare berarti mengikat. Adapun kata agama terdiri dari a= tidak; gam= pergi, mengandung arti tidak pergi, tetap ditempat atau diwarisi turun temurun. 

Sedangkan agama di dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) sistem yg mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yg berhubungan dng pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.

Secara definitif, menurut Harun Nasution, agama adalah:

  • Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang harus di patuhi.
  • Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia.
  • Mengikat diri pada suatu bentuuk hidup yang mengandug pengakuan pada suatu sumber yang berada di luar diri manusia dan yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia.
  • Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan cara hidup tertentu.
  • Suatu sistem tingkah lkuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yaku (code of conduct) yang berasal dari sebbuah kekuatan gaib.
  • Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber pada suatu kekuatan gaib.
  • Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah dan perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam alam sekitar manusia. 
  • Ajaran-ajaran yang di wahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang Rasul.

Selanjutnya Harun Nasution merumuskan ada empat unsur yang terdapat dalam agama yaitu:

  • Kekuatan gaib, yang diyakini berada di atas kekuatan manusia. Didorong oleh kelemahan dan keterbasannya, manusia merasa berhajat akan pertolongan dengan cara menjaga dan membina hubungan baik dengan kekuatan gaib tersebut. Sebagai realisasinya adalah sikap patuh terhadap perintah dan larangan kekuatan gaib itu.
  • Keyakinan terhadap kekuatan gaib sebagai penentu nasib baik dan nasib buruk manusia. Dengan demikian manusia berusaha untuk menjaga hubungan baik ini agar kesejahteraan dan kebahagiannya terpelihara. 
  • Respons yang bersifat emosionil dari manusia. Respons ini dalam realisasinya terlihat dalam bentuk penyembahan karena didorong oleh perasaan takut (agama primitif) atau pemujaan yang didorong oleh perasaan cinta (monoteisme), serta bentuk cara hidup tertentu bagi penganutnya.
  • Paham akan adanya yang kudus (sacred) dan suci. Sesuatu yang kudus dan suci ini adakalanya berupa kekuatan gaib kitab yang berisi ajaran agama, maupun tempat-tempat tertentu.

Sedangkan agama di dalam masyarakat didefinisikan sebagai suatu ciri kehidupan sosial manusia yang universal dalam arti bahwa semua masyarakat mempunyai cara berpikir dan pola-pola perilaku yang memenui syarat untuk disebut agama.

Menurut kesimpulan Harun Nasution, intisarinya adalah ikatan. Karena itu agama mengandung arti ikatan yang harus dipegang dan di patuhi oleh manusia.

Ikatan yang dimaksud berasal dari kekuatan yang lebih tinggi dari manusia sebagai kekuatan gaib yang tak dapat ditangkap dengan panca indera, namun mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap hidup manusia sehari-hari.

Dan menurut kesimpulan saya, agama adalah suatu jalan menuju kebahagiaan yang telah ditentukan oleh Maha Pencipta yang di dalamnya terdapat pola-pola baik berupa aturan atau hubungan baik sesama manusia maupun kepada Tuhannya.

Terakhir, Psikologi Agama, jika dilihat dari penggabungan kedua kata “Psikologi” dan “Agama”, dapat diambil pengertian bahwa Psikologi Agama adalah suatu teori yang akhirnya menjadi ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri yang berisikan pelajaran tentang tingkah laku, sikap, mental, dan kejiwaan manusia dengan mengikuti jalan menuju kebahagiaan yang telah ditentukan oleh Maha Pencipta yang di dalamnya terdapat pola-pola baik berupa aturan demi tercapainya tujuan yaitu memelihara hubungan baik sesama manusia maupun kepada Tuhannya.

Sedangkan dalam buku karya Sururin, dikatakan bahwa psikologi agama adalah cabang dari psikologi yang meneliti dan menelaah kehidupan beragama seseeorang dan mempelajari seberapa besar pengaruh keyakinan agama itu di dalam sikap dan tingkah laku seseorang atau mekanisme yang bekerja di dalam diri seseorang yang menyangkut tata cara berpikir, bersikap, berkreasi, dan bertingkah laku yang tidak dapat di pisahkan dari keyakinannya, karena keyakinan itu masuk dalam konstruksi kepribadiannya.

Dan menurut Zakiah Daradjat  Psikologi Agama adalah suatu ilmu yang mempelajari kesadaran agama pada seseorang yang pengaruhnya terlihat dalam kelakuan dan tindakan orang itu dalam hidupnya.

Sedangkan menurut Kamus Psikologi, psikologi agama berasal dari bahasa Inggris psychology of religion yang merupakan sub-disiplin dalam psikologi yang menyoroti asal-usul agama, peran mereka dalam eksistensi manusia, sifat dari perilaku dan  pengalaman religius.

Jadi, kesimpulannya, Psikologi Agama merupakan cabang dari Psikologi yang mempelajari sisi kehidupan kejiwaan seseorang dengan memperhatikan hubungan antar sesamanya dan hubungan atau kedekatannya dengan Tuhan.

Semakin kuat, serasih, dan harmonis hubungan antar sesama manusia dan hubungan manusia dengan Tuhannya, semakin kuat pula jiwa keagamaan yang dimiliki oleh manusia.

Ruang Lingkup Psikologi Agama

Ruang Lingkup Psikologi Agama
Ruang Lingkup Psikologi Agama. Dok. Gurupenyemangat.com

Sebagai disiplin ilmu yang otonom, psikologi memiliki banyak ruang lingkup pembahasannya tersendiri yang dibedakan dari displin ilmu yang mempelajari masalah agama yang lainnya.

Sebagai contoh, dalam tujuannya psikologi agama dan ilmu perbandingan agama memiliki tujuan yang tidak jauh berbeda, yakni mengembangkan pemahaman terhadap agama dengan mengaplikasikan metode-metode penelitian yang bertipe bukan agama dan bukan teologis.

Bedanya adalah, bila ilmu perbandingan agama cenderung memusatkan perhatiannya pada agama-agama primitif dan eksotis  tujuannya adalah mengembangkan pemahaman dengan memperbandingkan satu agama dengan agama lainnya.

Menurut Zakiah Daradjat, ruang lingkup yang menjadi lapangan kajian psikologi agama meliputi kajian mengenai:

  • Bermacam-macam emosi yang menjalar diluar kesadaran yang ikut menyertai kehidupan beragama orang biasa (umum), seperti rasa lega dan tenteram sehabis sembahyang, rasa lepas dari ketegangan batin sesudah berdoa atau membaca ayat-ayat suci, perasaan tenang, pasrah, dan menyerah setelah berdzkir dan ingat kepada Allah ketika mengalami kesedihan dan kekecewaan yang bersangkutan.

Jadi, dapat dikatakan bahwa meskipun orang itu bukanlah seorang ulama yang sangat taat beribadah ketika mereka dekat dengan Tuhan pencipta mereka, baik melalui shalat, doa, dan dzikir, mereka mendapatkan kenyamanan, ketentraman dan kebahagiaan. Sebaliknya, meskipun seseorang itu sering naik haji, jika mempunyai sifat iri hati dan dengki, ia akan jauh dari Tuhan dan selalu merasa gelisah, karena sifatnya tersebut.

Boleh Baca: Faktor-faktor Penyebab Konversi Agama

  • Bagaimana perasaaan dan pengalaman seseorang secara individual terhadap Tuhannya, misalnya rasa tenteram dan kelegaan batin.

Perasaan ini didapat seseorang ketika ia berhubungan, melakukan pengenalan terhadap Tuhan. Tenteram hidup karena beribadah dan mentaati perintah-Nya, serta merasa lega ketika sudah berdoa dan bersyukur kepada Tuhan.

  • Mempelajari, meneliti, dan menganalisi pengaruh kepercayaan akan adanya hidup setelah mati (akhirat) pada tiap-tiap orang.

Tidak dapat kita pungkiri bahwa sistem dan tingkat kepercayaan seseorang terhadap akhirat itu sama. Jadi, di dalam psikologi agama dipelajari, diteliti, dan dianalisis terhadap masing-masing individu. Kita ambil rasionalitasnya saja misalnya dengan seseorang yang beragama Islam tidak tahu dan tidak percaya dengan adanya hari akhir, maka dapat dikatakan bahwa orang itu tidak sepenuhnya memahami ajaran atau unsur-unsur dalam agamanya.

Ketidakpercayaan itu akan mempengaruhinya dalam berkehidupan didunia misalnya dalam cara ia bertingkahlaku. Ia memprioritaskan kehidupan duniawi semata, dan tidak mementingkan akhirat. Berbeda dengan orang yang memahami dan mempercayai akhirat, pola kehidupannya akan berbeda seperti berzuhud, tidak begitu terobsesi dengan kehidupan dunia, dan sebagainya.

  • Meneliti dan mempelajari  kesadaran dan perasaan orang terhadap kepercayaan yang berhubungan dengan surga dan neraka serta dosa dan pahala yang turut memberi pengaruh terhadap sikap dan tingkah lakunya dalam kehidupan.

Hampir sama dengan perilaku di bagian 3, bahwasanya ketika seseorang sudah mengerti dan percaya dengan adanya akhirat, maka otomatis ia akan mempercayai adanya surga maupun neraka. Dengan kepercayaan ini, perilaku baik sangatlah diupayakan demi mendapatkan pahala dan demi mencapai kehidupan bahagia di akhirat.

  • Meneliti dan mempelajari bagaimana pengaruh penghayatan seseorang terhadap ayat-ayat suci kelegaan batinnya.

Mengenai pengaruh ini, kita dapat mengambil salah satu sampel profesi pekerjaan seperti ceramah agama. Sudah tentu tidak semua orang menyukai ceramah karena membosankan dan tentu karena keimanannya relatif rendah.

Ketika pendengar ceramah mendengar lantunan ayat suci Al-Qur’an dan hatinya tersentuh dan kemudian senantiasa bertasbih kepada Allah, maka ia dapat dikatakan telah melakukan penghayatan terhadap ayat-ayat Allah, begitupun sebaliknya.

Semua itu menurut Zakiah Daradjat tercakup dalam kesadaran agama (religious counciousness) dan pengalaman agama (religious experience). Yang dimaksud dengan kesadaran agama adalah bagian dari segi agama yang hadir (terasa) dalam pikiran yang merupakan aspek mental dan aktivitas agama.

Sedangkan pengalaman agama adalah unsur perasaan dalam kesadaran beragama, yaitu perasaan yang membawa pada keyakinan yang dihasilkan oleh tindakan (amaliyah) karenanya, psikologi agama tidak mencampuri segala bentuk permasalahan yang menyangkut pokok keyakinan suatu agama, termasuk tentang benar salahnya atau masuk akal tidaknya keyakinan agama.

Tegasnya psikologi agama hanya mempelajari dan meneliti fungsi-fungsi jiwa yang memantul dan memperlihatkan diri dalam kaitannya dengan kesadaran dan pengalaman agama manusia.

Kedalamnya juga tidak termasuk unsur-unsur keyakinan yang bersifat abstrak seperti tentang Tuhan, surga dan neraka, kebenaran suatu agama, kebenaran kitab suci dan lainnya, yang tak mungkin teruji secara empiris.

Manfaat Psikologi Agama

Manfaat Psikologi Agama
Manfaat Psikologi Agama. Dok. Gurupenyemangat.com

Karena psikologi agama mempelajari gejala-gejala kejiwaan agama seseorang, maka manfaatnya pun tergantung dengan kepercayaan dan terpengaruh atau tidaknya seseorang dalam hal keyakinan agama. 

Sebenarnya, psikologi agama diharapkan dapat menerangkan berbagai gejala perilaku manusia dan corek relasi serta kehidupannya, di samping mampu memanfaatkan hasil temuan psikologis untuk meningkatkan kesehatan mental dan kesejahteraan hidup manusia, serta mencegah malpraktik dan mengatasi efek-efek negatif. 

Selain itu, psikologi agama diharapkan dapat membuat perkiraan pengenai pola perilaku keagamaan manusia dalam berbagai situasi serta bagaimana akibatnya dalam kehidupan pribadi dan kehidupan sosial di masa mendatang.

Maka dari itu, utamanya manfaat psikologi agama adalah:

  • Membebaskan manusia dari gangguan-gangguan kejiwaan,
  • Membuat manusia agar mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya,
  • Membuat manusia dapat merealisasikan berbagai potensinya seperti kemampuan, sikap, sifat, keterampilan, dan lingkungan agar benar-benar menjadi bermanfaat dan aktual dalam proses keyakinan keagamaan.

Kemudian, jika memandang dari aplikatifnya, kegunaan atau manfaat psikologi agama meliputi berbagai bidang, antara lain:

1. Bidang industri

Sekitar tahun 1950-an di perusahaan minyak Stanvac (Plaju dan sungai Gerong) di selenggarakan ceramah agama Islam untuk para buruhnya. Para penceramah adalah pemuka agama setempat.

Kegiatan berkala ini dilaksanakan atas dasar asumsi bahwa ajaran agama mengandung nilai-nilai moral yang dapat menyadarkan para buruh dari perbuatan yang tidak terpuji dan merugikan perusahaan. Hasilnya, pengaruh ini dapat mengurangi kebocoran seperti pencurian, manipulasi maupun penjualan barang-barang perusahaan yang sebelumnya sukar di lacak.

Sebaliknya sekitar tahun 1979, perusahaan tekstil di Majalaya pernah melarang buruhnya menunaikan shalat Jum’at.

Menurut pimpinan perusahan waktu istirahat siang  dan shalat Jum’at mengurangi jumlah jam kerja dan akan mengurangi produksi. Tetapi setelah larangan dilaksanakan, dan buruh dipaksakan tetap bekerja, ternyata produksi menurun secara drastis. Disinilah terlihat hubungan antara tingkat produksi dan etos kerja yang ada kaitannya dengan kesadaran agama.

2. Bidang pembangunan Negara

Pendekatan ini digunakan oleh Jepang dalam membangun negaranya. Bermula dari mitos bahwa kaisar Jepang adalah Dewa Matahari (Amiterasu Omikami), mereka dapat menumbuhkan jia Bushido, yaitu ketaatan kepada pemimpin.

Mitos ini telah membangkitkan perasaan agama para prajurit Jepang dalam Perang Dunia II untuk melakukan Harakiri (bunuh diri) dan ikut dalam pasukan kamikaze (pasukan berani mati). Dan setelah usai Perang Dunia II, jiwa Bushido tersebut bergeser menjadi etos kerja dan disiplin serta tanggung jawab moral.

3. Bidang pendidikan

Yaitu dengan memanfaatkan psikoterapi dalam kehidupan. Dengan keilmuan jiwa yang bersifat spiritual tidak menutup kemungkinan bahwa seseorang akan merasa takut dengan dosa, takut dengan penciptanya. Dengan hal seperti itu, maka seseorang bisa menyadari kesalahannya terhadap pencipta.

Ketika pendidikan in dikaitkan dengan pengarajarn, maka perlu dilibatkan asas-asas keagamaan seperti: sabar, berserah diri, berdoa, dan lain sebagainya sehingga bermanfaat untuk mengembangkan pola konseling yang Islami.

Dengan begitu, psikologi agama dapat membantu seseorang dalam hal mencapai tujuan pendidikan Islam, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.

Jadi, dapat dikatakan bahwasannya psikologi agama bermanfaat untuk membantu orang-orang menjadi sehat mentalnya sekaligus meningkatkan keimanan dan ketakwaannya, menjadi mukmin yang muttaqin.

Daftar Pustaka

  • Bastaman, Hanna Djumhana. (2011). Integrasi Psikologi Dengan Islam. Yogyakarta: Yayasan Insal Kamil.
  • Hartati, Netty  dkk. (1996). Islam dan Psikologi. Jakarta: Rajawali Pers.
  • Hawi, Akmal. (2005). Ilmu Jiwa Agama. Yogyakarta: IAIN Raden Patah Press
  • Jalaluddin. (2011). Psikologi Agama.  Jakarta: Raja Grafindo Persada.
  • Jurdi, Syarifuddin. (2008). Sosiologi Islam. Yogyakarta: Teras
  • Kamus Besar Bahasa Indonesia. [Elektronik]. Aplikasi tersedia: http://ebsoft.web.id.
  • Kartono, Kartini. (tt). Psikologi Umum. Bandung: Mandar Maju
  • Melja. (2009). [online]. Tersedia: http://melfit.blogspot.com//keraguan-dan-konflik.html. 20 November 2013.
  • Purwanto. Pemikiran Masyarakat Sebagai Jiwa Agama: Identitas Keagamaan Suatu Masyarakat.  Jurnal Religio Vol. 1, Maret 2011.
  • Ramayulis. (2002). Psikologi Agama. Jakarta: Radar Jaya Offset.
  • Reber , Athur S. dan Emili S. Reber. (2010). Kamus Psikologi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
  • Saleh, Abdurahman. (2004). Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam. Jakarta: Kencana
  • Sururin. (2004). Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Download Makalah Psikologi Agama PDF

Tulisan di atas adalah ulasan Guru Penyemangat tentang pengertian, ruang lingkup, dan manfaat Psikologi Agama.

Eh, tapi Bro kok gak ada footnote-nya sih?

Tenang. Terlalu repot bila Gurupenyemangat.com pajang catatan kakinya. Walau begitu, di sini sudah disediakan link unduhan makalah Psikologi Agama yang berformat PDF.

Silakan klik link unduhan berikut bila kamu memerlukannya, ya.

Semoga bermanfaat.

Guru Penyemangat
Guru Penyemangat Guru Profesional, Guru Penggerak, Blogger, Public Speaker, Motivator & Juragan Emas.

Posting Komentar untuk "Makalah Psikologi Agama: Pengertian, Ruang Lingkup, dan Manfaat Psikologi Agama"