Widget HTML #1

Benarkah Ada Istilah Pacaran Islami Sebelum Menikah?

Sebelum membahas pacaran islami, terlebih dahulu kita perlu bertanya, pentingkah menjalin hubungan pacaran?

Hal ini pelu dijawab.

Bila memang jawabnya penting, sepenting apakah hubungan pacaran?

Ketika masih duduk di bangku sekolah, haruskah memiliki “pacar”?

Rata-rata orang yang memiliki pacar atau berusaha mencari kekasih karena takut dianggap tidak gaul dan dikeluarkan dari kelompok pergaulannya. Ujung-ujungnya di-bully, kan?

Bila jawabanya tidak penting, maka tidak perlu berhubungan secara ilegal seperti pacaran walau diklaim islami.

Benarkah Ada Istilah Pacaran Islami Sebelum Menikah?

Benarkah Ada Istilah Pacaran Islami Sebelum Menikah
Benarkah Ada Istilah Pacaran Islami Sebelum Menikah? Photo by Rax Arn on Unsplash

Mana ada yang seperti itu. Hanya ungkapan orang-orang saja yang kemudian tenar. Direkatkan dengan islam, padahal kan jelas-jelas pacaran itu haram!

Benar. Pacaran itu haram karena dekat dengan zina. Lalu, bagaimana jika kami pacaran lalu membaca Quran bersama di masjid, sholat berjamaah, hingga sedekah bersama-sama?

Nah. Itu talbis alias tipu muslihat iblis. Ketika dirimu sudah berpacaran, tanpa sadar kamu telah terjerat dalam perangkapnya setan dan iblis.

Syahdan, makhluk penuntun jalan ke neraka ini akan membuat kegiatan pacaran seolah-olah dibenarkan dalam Islam. Padahal? Ya tetap haram walaupun sedikit.

Kecuali memang yang dirimu maksud adalah cinta islami. Itu beda dengan pacaran islami.

Bila memang ingin cinta islami maka tidak perlu pacaran walau ada anggapan bahwa pacaran bisa dilakukan secara islami.

Tidak ada pacaran yang islami.

Namun begitu, entah ada atau tidak ada pacaran secara islami maka perlu jawaban atas pertanyaan di atas.

Pentingkah pacaran? Toh, bila memang sudah saling kenal, saling cocok, maka tidak perlu lagi yang namanya pacaran.

Kita sudah tahu bahwa awal terjalin sebuah ikatan pacaran itu berawan dari PDKT. PDKT itu apa sih?

Pendekatan untuk perkenalan, kan? Berawal dari mendekati si calon pacar, lalu bila sudah saling merespon dengan baik, sudah saling mengenal dengan baik maka selanjutnya adalah ada acara “menembak cinta”.

Duuuuaaaaar! Pake mawar merah, atau cincin perak. Ehem.

Bila diterima maka sebagai pacar dan b

ila ditolak maka sebagai teman. Nah, motif penerimaan sebagai pacar itu karena apa? Kenal dan cocok, kan? Bisa juga sekadar dicocok-cocokkan. Eh.

Bila memang berawal dari PDKT sudah dianggap lumayan untuk saling kenal maka selanjutnya tidak perlu lagi mengadakan pacaran.

Bila memang lanjut ke tahap pacaran maka yang terjadi adalah lebih dari sekedar kenalan sifat. 

Dari sini sudah tahu bahwa pacaran hanya untuk pemuasan nafsu seseorang ketika belum ada minat dan kemampuan untuk menikah.

Maka dari itulah, alangkah baiknya bila dari PDKT maka berlanjut kepada tahap serius yaitu menggapai cinta islami.

Bagaimana caranya? Adakan sebuah acara “menembak cinta” di depan orang tua si target untuk menjadikan si target sebagai kekasih resmi. Karena sudah kenal terlebih dahulu, langsung saja menikah. Ini baru cinta islami.

Seislami-islaminya pacaran, tetap ada permainan nafsu untuk kepuasan.

Ini tidak main-main. Silahkan dirimu perhatikan pacaran yang mengaku-ngaku secara islami. Ngakunya islami namun kalau chatting ada nuansa romantis.

Ucapan misal “abi” dan “umi” selalu keluar sebagai bentuk saling cinta. Bukankah hal tersebut hanyalah dalih semata agar kegiatan mereka dianggap benar?

Bila memang belum dianggap penting pacaran maka jangan melakukan PDKT.

Bila memang penting, sepenting apakah pacaran? Bukankah acara PDKT sudah cukup memberikan informasi tentang si target?

Bila memang belum cukup, maka kembali lagi pada persoalan nafsu dan pergaulan.

Adakah yang mati karena cinta terpendam atau cinta tanpa harus memiliki?

Rata-rata orang yang cintanya menyakitkan karena memang terlalu menahan-nahan perasaan padahal hubungan sudah terlanjur dekat.

Padahal kalau sudah mengungkapkan maka sudah selesai penderitaan cinta terpendam.

Bila memang sudah mengungkapkan namun tanpa harus memiliki si target, maka kita tidak perlu nangis bombai.

Banyak contoh orang-orang yang sudah mengikat sebagai pacar bahkan suami/istri namun pada akhirnya putus juga kan walau sama-sama masih cinta, kan?

Jikalau sudah putus, berarti terjadi kisah cinta tanpa harus memiliki.

Cinta islami tidak harus ada pacaran islami.

Sekali lagi, kalau ingin pacaran islami, lakukan PDKT lalu dilanjutkan dengan acara “menembak cinta” untuk mengadakan pernikahan bersama si target bila memang diterima cintanya.

Alhasil, pacaran islami itu sebenarnya tidak ada. Hanya dibuat-buat saja.

Bila belum sanggup menikah, maka tidak perlu mengadakan PDKT. Kenapa? Karena pasti nanti larinya pada ikatan pacaran.

Bila sudah pacaran yang ada nantinya malah seperti hubungan suami-istri. Itu bisa gawat, nafsu bakal semakin merajalela.

Bila ada orang yang berkata bahwa ada pacaran secara islami, katakan bohong!

Coba saja tantang mereka untuk menikah, apakah sanggup atau tidak. Bila memang sanggup, kenapa pacaran? Toh sudah mengadakan acara PDKT. Kurangnya apa?

Yang lebih utama dalam cinta islami adalah mengadakan acara taaruf setelah direstui kedua orang tua.

Jadi, enggak usah maksa lagi ya untuk mengada-adakan pacaran islami. Rumus cinta yang benar dalam Islam itu sederhana. Taaruf, Khitbah, lalu menikah. Dan semoga….SAMARA

Salam.

Lanjut Baca: Definisi Cinta Sejati yang Bakal Membuatmu Marah

Guru Penyemangat
Guru Penyemangat Guru Profesional, Guru Penggerak, Blogger, Public Speaker, Motivator & Juragan Emas.

Posting Komentar untuk "Benarkah Ada Istilah Pacaran Islami Sebelum Menikah?"