Widget HTML #1

Puisi Tentang Alam dan Keindahannya

Sebagaimana yang diri ketahui, bahwa alam terbentang luas dengan segenap keindahannya. Jujur, alam ini indah walau di sekitar kita sering kali banyak cerca.

Aih, biarlah! Bukan salah alam, tapi salah para penumpangnya. Mereka barangkali terlalu sedikit bersyukur, tapi terlalu banyak berjuang. Keesokan harinya, barulah kemudian sadar dengan indahnya alam.

Alam Dan Keindahannya
Alam dan Keindahannya. Foto: Mohamed Hasan by Pixabay

Alhasil, alam dengan segenap komponennya juga bisa menghadirkan diksi-diksi indah. Berikut sajiannya.

Puisi 1: Alam Raya

Dirimu
Begitu indah
Takkan sanggup dipandang mata
Takkan sanggup digenggam
Tapi sanggup diangankan

Engkau
Bukanlah fatamorgana
Berhak untuk dikejar
Berhak untuk dimiliki
Berhak untuk terjaga

Alam
Menaburkan senyum indah
Menaburkan semangat yang membara
Menaburkan cahaya kehidupan

Alam raya
Kau padukan beban  menjadi satu
Kau ajarkan keberkahan
Kau ajarkan kemurkaan

Kau lukiskan banyak kehidupan
Kau jadikan keindahan sebagai kekuataan
Kau jadikan keseimbangan sebagai kelemahan
Kau anugerah dari sang pencipta

Kau mengandung rahasia
Yang semakin diusik
Semakin sukar untuk dipahami
Semakin sukar menemukan jawaban

Wahai alam
Cerita hidupmu terlalu susah dimengerti
Terlalu banyak keindahan
Tapi terlalu banyak merasakan derita
Engkau dirusak oleh tangan tangan berduri
Menyisahkan luka di hati

Wahai alam raya
Jiwa dan raga ini ingin
Memandangmu lebih lama
Walau hanya mimpi

Goresan Tangan: Mawar Sartika


Puisi 2: Teratai

Teratai
Engkau terapung di permukaan
Berjuang demi hidup di tempat asing
Bertahan dari terpaan air

Teratai sungguh malang nasibmu
Hidupmu seakan tak pernah padam
Lilin pederitaan selalu menyala

Walau kau terus menghindar
Walau kau terus bertahan
Walau kau berikan kehidupanmu
Engkau tetaplah bunga        

Akan goyah juga pendirian
Akan layu saat tiba masanya

Saat hujan berhenti,mentari menyapa
Engkau berkilau karenanya
Kelopak-kelopak bermekaran di setiap sisi
Warna-warnanya bersinar
Membuat insan terpikat

Lalu memetiknya
Membuat hati dan ragamu layu perlahan
Lalu tersapu derasnya air
Terhempas kerasnya batuan
Terpendam lalu mengilang 

Terataiku yang indah
Hidupmu berakhir dengan kisah
Kisah yang terngiang di kalbu
Menjadi pelajaran bagi kehidupan

Terataiku yang menawan
Nan pandai memikat kalbu
Hidupmu berakhir karena keindahanmu sendiri

Goresan Tangan: Mawar Sartika


Puisi 3: Bunga yang Terlupakan

Sesejuk embun pagi
Aku berdiri di taman
Taman yang indah
Berbau harum semerbak

Di taman itu
Bunga tumbuhmekar
Menyejukkan suasana
Namun apabila bunga gugur tak berguna
Tak satupun ingin menyentuhnya

Taman yang indah
Bunga-bunga tumbuh
Mekar  tanpa batas
Engkau sinarkan keindahan
Engkau taburkan wangian yang memikat kalbu

Namun saat masa berganti
Saat mekar berubah layu
Saat kumbang pergi menjauh
Kau tersampingkan
Kau terlupakan

Di tepi taman
Jiwaku bagaikan tertusuk duri
Hatiku bagaikan terjebak di ranjau
Air mataku mengalir
Seperti hujan turun di lautan  

Di sana
Terlihat seorang kakek
Menjual seikat bunga
Bunga yang memesona
Kepalanya ditutupi baret
Bajunya lusuh termakan waktu
Tapi bermakna bagi kejayaan Negara

Sang kakek bukanlah insan biasa
Rupanya memang tak sempurna
Raganya tak sekuat baja

Tapi semangatnya bagian api membara
Dirinya berkorban demi kebebasan Negara
Dirinya berjuang tanpa diketahui

Saat ini
Hatiku begitu pilu
Melihat sang bunga bangsa
Duduk menunggu
Kasih dari orang lain

Hati kecilku berkata
Inikah dinamakan menghargai sang pahlawan
Membiarkannya menunggu sebuah kasih

Hatiku berkata
Bagaimana bisa
Aku hidup bahagia di tanah perjuangan
Sedangkan sang pejuang
Terus berjuang mencari sesuap nasi

Goresan Tangan: Mawar Sartika


Puisi 4: Senja di Sungai Musi

Burung pipit duduk di atas batu
Memandangi alam raya nan indah
Memandangi hamparan langit sore

Gemercik air
Beriak–riak mengalir
Dari hulu ke hilir

Sore berlalu senja tiba
Senja memanglah indah
Namun tetap saja sendu akan datang

Dari tepi terlihat
Seorang ayah bersama anaknya
Meraba-raba berjalan masuk ke air
Menjala ikan untuk dimakan

Dari atas batu
Air sungai membentuk pusaran
Anak itu terhanyut oleh pusaran
Sang ayah mencari
Dari hulu hingga ke hilir

Tak terdapati
Burung pipit hanya terdiam
Dirinya hanya mampu memejamkan matanya
Tak berniat membukanya lagi

Senja yang indah
Berubah menjadi sendu
Sang ayah duduk tak berdaya
Air mata tumpah ruah
Membanjiri sungai

Sore berganti malam
Senja benar benar telah berubah
Bintang tak lagi berwujud
Gerimis melanda langit kelam

Anak yang hilang
Ditemukan tak bernyawa
Anak yang malang
Tersakiti karena perpisahan
Pergi setelah bertemu

Langit yang sendu
Menjadi saksi nyata
Melihat sang ayah
Menangis tak berdaya
Penyesalan tak berujung

Goresan Tangan: Mawar Sartika

Baca juga:

Guru Penyemangat
Guru Penyemangat Guru Profesional, Guru Penggerak, Blogger, Public Speaker, Motivator & Juragan Emas.

Posting Komentar untuk "Puisi Tentang Alam dan Keindahannya"