Widget HTML #1

Cerpen Hari Pendidikan Nasional: Sang Pemetik Ilmu

Hai Sobat Guru Penyemangat, selamat menyambut Hari Pendidikan Nasional ya!

2 Mei adalah tanggal yang bersejarah. Bukan hanya momentum untuk kembali menggali nilai-nilai teladan dan kebaikan dari Ki Hajar Dewantara melainkan juga sebagai titik balik bagi kita untuk semakin peduli dengan pendidikan.

Berikut ada cerpen bertema Hari Pendidikan Nasional dengan judul "Sang Pemetik Ilmu" yang berkisah tentang cara memaknai Hardiknas.

Mari disimak ya:

Cerpen: Sang Pemetik Ilmu

Karya: Ozy V. Alandika

Cerpen Hari Pendidikan Nasional
Cerpen Hari Pendidikan Nasional. Designed by GuruPenyemangat.com

“Denis, nanti pulang sekolah langsung ikut Ayah ke ladang ya. Bantu Ayah dan Ibu memetik kopi.”

Hari itu adalah Hari Pendidikan Nasional. Ayah sudah memprediksi bahwa anak kesayangannya, Denis bakal pulang lebih awal. Adalah anugerah tersendiri bagi keluarga petani kopi ini, karena dengan Denis yang pulang cepat, pekerjaan mereka sedikit lebih ringan.

Namanya juga petani kopi. Kadang opsi untuk mempekerjakan tetangga memungut kopi adalah pilihan yang bisa diambil, namun mengingat bahan-bahan pokok harganya sudah semakin mencekik, maka bekerja bersama anggota keluarga sungguh lebih baik.

Denis pun berpikiran begitu. Meskipun masih duduk di bangku kelas 6 SD, namun ia sudah mulai berpikir ke depan. Ia sudah mulai memikirkan keberlanjutan pendidikannya, yaitu bersekolah di SMP favorit di Kabupaten Kepahiang.

“Oke, Ayah. Berarti nanti kita makan siang di ladang, Yah?”

“Iya, Nak.”

Ayah Denis menebak bahwa Denis bakal pulang sekolah sekitar pukul 09.00 WIB. Sudah pasti bakal begitu, karena biasanya para guru akan menghadiri upacara peringatan Hardiknas di Kecamatan atau di Kabupaten.

Tanggal 2 Mei sendiri juga adalah tanggal yang bersejarah. Meskipun tidak ditetapkan sebagai hari libur, namun momentum tahunan ini adalah titik balik yang tepat bagi negeri ini untuk kembali menggaungkan pendidikan, mimpi, visi, misi, serta evaluasi baik dari sisi pemerintah, sekolah, guru, siswa, hingga para orang tua.

Setidaknya, begitulah pandangan Ayah tentang Hari Pendidikan Nasional. Ayah malah berpandang cukup ekstrim. Baginya pribadi, terkadang kemunculan baliho, spanduk, hingga pernak-pernik Hardiknas lainnya itu sungguh hanya menghabiskan uang saja. Toh karena selama ini peringatan hari-hari besar cumalah sekadar seremonial belaka.

Minim tindak lanjut. Yang ada hanyalah para pejabat yang berkoar-koar menyampaikan visi, misi, harapan, hingga hal-hal yang sudah dicapai selama ini. Padahal? Aih, entahlah. Mungkin Ayah saja yang agaknya terlampau pesimis.

*

“Lah, kok pulangnya lebih cepat, Nak? Perasaan Ayah sekarang baru jam setengah sembilan, kan?”

Ayah kaget, ternyata Denis malah pulang lebih awal. Ayah mengira bahwa Denis akan tiba di ladang kopi sekitar pukul 10 pagi. Kalau tahu begitu, biar saja Denis istirahat sebentar dan bermain bersama teman-temannya sebelum berangkat ke kebun kopi, pikirnya.

“Iya, Yah. Tadi ketika bel masuk sekolah, guru-guru langsung mengadakan kegiatan halal bihalal kemudian dilanjutkan pengumuman untuk belajar di rumah.”

“Okelah kalau begitu. Denis santai saja dulu, istirahat sebentar. Di dalam bakul dekat karung kopi itu ada cemilan, pilus.”

“Tidak apa-apa, Yah. Nanti saja Denis makannya. Kan enak tuh makan nasi dengan lauk sambal dan pilus.”

“Okelah kalau begitu. Gaskeeun! Kita petik kopi yang merah-merah ini, setelahnya kita jemur. Ketika sudah kering nanti, langsung kita beli seragam SMP ya Nak.”

“Siap laksanakan, Yah!”

Bagi Denis, makan bersama Ayah dan Ibu di ladang, tepatnya di bawah pohon kopi adalah kenikmatan yang luar biasa. Ditemani dengan api dan asap pengusir nyamuk, entah mengapa semua lauk yang dibawa terasa lebih enak daripada makan siang di rumah.

*

Menjelang siang, Denis, Ayah, dan Ibu pun beristirahat dan segera makan siang. Lauk hari itu adalah sambal ikan teri dari sungai, pucuk selada, dan pilus. Sebenarnya bukan ikan teri tapi namanya di sini adalah ikan tobi-tobi.

“Yah, karena sekarang masih moment Hardiknas, menurut Ayah apa sih makna Hari Pendidikan Nasional itu?” tanya Denis sembari menepuk kakinya yang baru saja dihinggapi nyamuk.

“Bagi Ayah sih sederhana. Hari Pendidikan Nasional itu ya seperti ini, hari di mana Ayah masih sehat, masih semangat, dan senantiasa berjuang untuk menjemput rezeki supaya Denis bisa sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Pendidikan kan merupakan hak tiap-tiap warga negara, jadi dengan adanya Hardiknas maunya Ayah ada kepekaan dari pemerintah untuk mengurangi pembiayaan di sekolah.”

“Kalau menurut Ibu, Bu?”

“Kalau menurut Ibu, Hari Pendidikan Nasional itu bukan setiap tahun melainkan setiap hari. Ketika setiap hari Ibu melihat Denis belajar, melihat buku catatan Denis, memeriksa nilai Denis, hingga mengamati perkembangan Denis, ketika itu pula Ibu merasa bahwa itulah sebenarnya Hari Pendidikan Nasional, karena pendidikan utama, madrasah yang paling awal sejatinya bukanlah sekolah negeri maupun swasta melainkan Ibu sendiri.”

“Yes, akhirnya tugas Denis selesai!”

“Oalah, ternyata itu tugas kamu toh. Dasar ya, anak Ayah!”

“Hehe, kalau Denis tanyanya serius biasanya kan Ayah mikir-mikir dulu, dan lama pula jawabnya. Apalagi Ibu. Bukannya dijawab, nanti malah Denis disuruh nyari jawabannya sendiri di Google.”

“Hahaha.”

Ayah, Ibu, dan Denis pun tertawa lepas. Penat dan panas di siang hari itu seakan menjadi sejuk bukan karena tertutup daun kopi, melainkan juga dibarengi dengan makna Hari Pendidikan Nasional yang menyentuh hati.

***

Nah demikianlah tadi sajian GuruPenyemangat.com berupa cerpen dengan judul “Sang Pemetik Ilmu”.

Cerpen ini ditulis untuk memaknai Hari Pendidikan Nasional yang diperingati setiap tanggal 2 Mei. Berbeda kepala, berbeda pula cara pandang kita terkait dengan Hardiknas. Meski begitu, harapan masih tetap sama yaitu untuk kemajuan diri, keluarga, bangsa, dan negara Indonesia.

Selamat Hari Pendidikan Nasional
Salam Merdeka Belajar!

Lanjut Baca: Kumpulan Puisi Bertema Pendidikan yang Singkat dan Menyentuh Hati

Guru Penyemangat
Guru Penyemangat Guru Profesional, Guru Penggerak, Blogger, Public Speaker, Motivator & Juragan Emas.

Posting Komentar untuk "Cerpen Hari Pendidikan Nasional: Sang Pemetik Ilmu"