Widget HTML #1

Materi PAI SMP Kelas 8 Kurikulum Merdeka Bab 2: Meyakini Kitab-Kitab Allah: Menjadi Generasi Pecinta Al-Qur’an yang Toleran

Materi PAI SMP Kelas 8 Kurikulum Merdeka Bab 2
Materi PAI SMP Kelas 8 Kurikulum Merdeka Bab 2.

Hai Sobat Guru Penyemangat, apakah Sobat sudah selesai mempelajari modul ajar PAI kelas 8 SMP Kurikulum Merdeka bab 1? Jika sudah, maka kita berlanjut ke bab 2 ya!

Pada bab 2, Sobat akan mempelajari tentang pelajaran iman, tepatnya beriman kepada kitab-kitab Allah. Nah, kitab yang Allah wahyukan kepada Nabi-Nabi tidak hanya Al-Qur'an, bukan?

Ada kitab Zabur, Taurat, Injil, dan ada pula Suhuf.

Berikut ada materi ajar PAI SMP Kelas 8 Kurikulum Merdeka bab 2 tentang iman kepada kitab-kitab Allah, lengkap dengan rangkumannya.

Mari disimak ya:

Tujuan Pembelajaran

Dengan mempelajari Bab 2: Meyakini Kitab-Kitab Allah: Menjadi Generasi Pecinta Al-Qur’an yang Toleran, siswa diharapkan:

1. Melalui model pembelajaran discovery learning, kalian mampu menjelaskan makna iman kepada kitab-kitab Allah dengan benar serta memiliki rasa ingin tahu terhadap sejarah kitab-kitab Allah dan terbiasa membaca al-Qur’an setiap hari.

2. Melalui teknik Jigsaw kalian dapat menjelaskan cara mencintai al-Qur’an dan cara membangun hubungan dengan orang yang beriman kepada kitab terdahulu dengan benar serta memiliki perilaku terpuji dan bersikap toleran terhadap perbedaan dan memiliki adab terhadap al-Qur’an.

3. Melalui model pembelajaran berbasis produk, kalian dapat membuat infografs time line diturunkannya kitab-kitab Allah kepada para nabi dan rasul dengan benar serta tumbuh sikap mencintai al-Qur’an dan memiliki sikap menghargai kitab suci agama lain.

Materi Ajar PAI Kelas 8 SMP Bab 2: Meyakini Kitab-Kitab Allah: Menjadi Generasi Pecinta Al-Qur’an yang Toleran

1. Pengertan Iman Kepada Kitab Allah

Iman secara bahasa berarti pengakuan (al-iqrār) yang melahirkan sikap menerima (al-qabūl) dan tunduk (al-iżżi’ān). Sedangkan secara istilah iman berarti membenarkan dengan hati, mengikrarkan dengan lisan, dan membuktikan dengan perbuatan.

Seseorang dikatakan beriman apabila hatinya menerima dan meyakini keberadaan Allah Swt, mengikrarkannya dengan membaca dua kalimah syahadat, dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Adapun yang dimaksud dengan iman kepada kitab Allah Swt adalah membenarkan bahwa Allah Swt mempunyai kitab-kitab yang diturunkan kepada para rasul-Nya.

Kitab-kitab itu merupakan kalam Allah Swt yang berfungsi sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia. Semua kandungannya merupakan kebenaran yang wajib diikuti dan dilaksanakan.

Setiap muslim wajib beriman kepada semua kitab yang diturunkan oleh Allah Swt kepada para rasul-Nya, baik secara secara ijmali (global) maupun tafsili (terperinci).

Iman secara ijmali artinya meyakini bahwa Allah Swt telah menurunkan kitab-kitab kepada para rasul-Nya tanpa harus mengetahui nama kitab dan rasul penerimanya.

Sedangkan iman secara tafsili adalah mengimani penjelasan Al-Qur'an dan hadis yang menyebutkan kitab-kitab Allah Swt secara terperinci seperti namanya, nama rasul penerima, dan lain sebagainya. 

Dengan demikian, seorang muslim wajib beriman kepada semua kitab yang diturunkan oleh Allah Swt, baik kitab Al-Qur'an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, maupun kitab-kitab yang diturunkan kepada nabi dan rasul terdahulu.

Beriman kepada kitab Al-Qur'an berarti meyakini bahwa Al-Qur'an adalah kalam Allah Swt yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw melalui perantara Malaikat Jibril yang disampaikan secara mutawatir (bersambung) dan berpahala bagi orang yang membacanya.

Sedangkan beriman kepada kitab terdahulu berarti meyakini kebenaran semua kitab yang telah diwahyukan oleh Allah Swt kepada para rasul terdahulu. Iman kepada kitab terdahulu bukan berarti meyakini semua isi kandungan yang terdapat di dalamnya.

Akan tetapi yang dimaksud dengan beriman kepada kitab terdahulu adalah hanya meyakini isi kandungan yang sesuai dengan Al-Qur'an saja. Meskipun demikian kandungan yang tidak sesuai dengan Al-Qur'an tidak berarti salah.

Kandungan itu tetap benar, tapi hanya berlaku pada zamannya saja dan sudah dihapus dengan diturunkannya alQr’an.

2. Nama Kitab-Kitab Allah

Ada sejumlah kitab Allah Swt yang disebutkan di dalam Al-Qur'an dan hadis nabi. Sebagian disebut dengan kitab, sebagian lainnya disebut suhuf.

Kitab adalah wahyu Allah yang disampaikan kepada para rasul yang dibukukan dalam satu kumpulan utuh menjadi kumpulan wahyu.

Sementara suhuf adalah wahyu Allah yang disampaikan kepada para rasul tapi masih berbentuk lembaran-lembaran yang terpisah.

Kitab Allah yang disebutkan dalam alQr’an dan hadis adalah Taurat, Zabur, Injil, dan Al-Qur'an. Sementara suhuf yang disebutkan adalah suhuf Ibrahim dan Musa.

a. Kitab Taurat

Kitab Taurat adalah kitab yang diturunkan oleh Allah Swt. kepada Nabi Musa a.s. Allah Swt. berfrman di dalam Q.S. al-Maidah/5: 44 bahwa kitab Taurat merupakan petunjuk bagi Nabi Musa a.s. dan nabi-nabi dari Bani Israil sesudahnya, sampai kepada Nabi Isa a.s.

Mereka disebut sebagai nabi-nabi yang telah menyerahkan diri kepada Allah dengan penuh keikhlasan. Kitab Taurat diturunkan sebagai pedoman bagi Bani Israil, yang kemudian disebut sebagai bangsa Yahudi.

Kitab Taurat hanya digunakan untuk memutuskan perkara orang-orang dari Bani Israil saja, karena kitab ini memang hanya diturunkan bagi mereka.

Sepeninggal para nabi dari Bani Israil, kitab Taurat digunakan oleh tokoh-tokoh dan pendeta Yahudi sebagai undang-undang untuk memutuskan berbagai perkara orang-orang Yahudi.

b. Kitab Zabur

Kitab Zabur adalah kitab yang diturunkan oleh Allah Swt. Kepada Nabi Daud a.s. Nabi Daud a.s. merupakan salah satu nabi dari Bani Israil. Sebagai nabi dari Bani Israil, Nabi Daud menggunakan kitab Taurat untuk memutus berbagai perkara orang-orang Yahudi.

Namun kepada Nabi Daud a.s., Allah Swt. juga menurunkan kitab Zabur. Menurut Imam Qurtubi, sebagaimana dikutip dalam Tafsir Quran Kemenag, kitab Zabur tidak berisi hukum-hukum perkara seperti Taurat.

Namun kitab Zabur terdiri dari 150 surah yang berisi nasihat-nasihat, hikmah, pujian dan sanjungan kepada Allah Swt.

c. Kitab Injil

Kitab injil adalah kitab yang diturunkan oleh Allah Swt. kepada Nabi Isa a.s. Seperti halnya Nabi Musa a.s. dan Nabi Daud a.s., Nabi Isa juga merupakan nabi dari Bani Israil (Yahudi). 

Menurut Q.S. al-maidah/5: 46, Allah Swt. menurunkan Injil kepada Nabi Isa untuk menyempurnakan isi Taurat yang telah berakhir masa berlakunya.

Dalam hal ini kitab Injil berfungsi untuk membenarkan kitab Taurat yang mengandung nilai-nilai yang dapat menyelamatkan umatnya dari kesesatan dalam akidah dan amal perbuatan, seperti tauhid, yakni memberantas syirik dan berhala yang menjadi sumber khurafat dan kebatilan.

Kitab Injil juga berisi petunjuk dan pengajaran baru. Salah satunya adalah ajaran yang memberitahukan bahwa akan muncul seorang nabi, yang mempunyai sifat-sifat mulia, syariatnya lebih sempurna dan bersifat universal (menyeluruh) tidak terbatas oleh waktu dan tempat.

Dia adalah nabi penutup dan rasul terakhir, yaitu Nabi Muhammad saw.

d. Suhuf Musa dan Ibrahim

Suhuf Musa dan Ibrahim adalah lembaran-lembaran yang diturunkan oleh Allah Swt kepada Nabi Musa dan Ibrahim.

Lembaran-lembaran ini sudah hilang dan tidak diketahui isinya. Namun sebagian isi suhuf-suhuf itu ada yang diberitakan di dalam Al-Qur'an dan hadis. Misalnya ajaran suhuf Nabi Musa a.s. dan Ibrahim a.s. yang terdapat di dalam Q.S. an-Najm/53: 36 – 41 berikut ini.

1) Seseorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain

2) Manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya

3) Perbuatan manusia kelak akan diperlihatkan kepadanya

4) Perbuatan manusia akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna

e. Al-Qur'an

Kitab Al-Qur'an merupakan wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Al-Qur'an merupakan wahyu Allah terakhir yang membawa kebenaran, mencakup isi dan membenarkan kitab sebelumnya, Yakni Taurat, Zabur, dan Injil.

Meskipun demikian Al-Qur'an memiliki syariat tersendiri yang berbeda dengan kitab-kitab sebelumnya. Syariat yang terdapat di dalam Al-Qur'an berfungsi menggantikan syariat yang terdapat dalam kitab-kitab sebelumnya.

Namun walaupun masing-masing kitab Allah memiliki syariat yang berbeda, tetapi dasar dan landasan dasarnya sama, yaitu ajaran tentang tauhid atau mengesakan Allah Swt. Siswa yang budiman, sebagai seorang mukmin, kita wajib meyakini semua kitab dan suhuf yang disebutkan di dalam Al-Qur'an itu. 

Namun, kalian harus tahu, bahwa ada tradisi dan sejarah yang berbeda-beda antar masing-masing agama yang menyebabkan perbedaan cara pandang terhadap kitab suci masing-masing.

Tradisi dan sejarah yang berbeda-beda itu menyebabkan kitab Taurat yang diyakini oleh bangsa Yahudi dan kitab Injil yang diyakini oleh umat Nasrani pada saat ini berbeda dengan kitab Taurat dan Injil yang dimaksudkan dalam Al-Qur'an.

Karenanya yang kita imani sebagai seorang muslim bukanlah kitab Taurat dan Injil yang diimani oleh bangsa Yahudi dan umat Nasrani pada saat sekarang ini. Melainkan wahyu yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Musa a.s. dan Nabi Isa a.s. pada masa kenabian keduanya.

Meskipun demikian kita tetap harus menghargai keyakinan bangsa Yahudi dan umat Nasrani terhadap kitab Taurat dan Injil yang mereka yakini kebenarannya.

Adapun sebagai umat Islam, kita harus meyakini bahwa Al-Qur'an merupakan kitab suci terakhir yang diwahyukan kepada nabi terakhir, yakni Nabi Muhammad saw.

Al-Qur'an memiliki sejarah yang berbeda dengan kitab-kitab sebelumnya. Al-Qur'an sudah ditulis sejak awal pewahyuan. Setelah Nabi Muhammad saw. meninggal, Al-Qur'an segera dibukukan dengan ketelitian yang sangat ketat.

Karena itu, bagi umat Islam, keaslian Al-Qur'an tetap terjaga. Al-Qur'an yang dibaca sekarang ini sama persis dengan Al-Qur'an yang dibaca oleh Nabi Muhammad saw. dan para sahabatnya pada 14 abad yang lalu.

3. Menjadi Generasi Pecinta Al-Qur’an

Siswa yang budiman, sebagai seorang muslim, kalian pasti yakin terhadap Al-Qur'an. Namun, yakin saja tidak cukup. Sebagaimana pengertian iman yang telah dijelaskan sebelumnya, seseorang yang beriman harus meyakini dalam hati, mengikrarkan dengan lisan, dan membuktikan dengan perbuatan. 

Keyakinan di dalam hati tentu saja hanya kalian dan Allah Swt yang mengetahui. Sementara ikrar sebagai seorang yang beriman tentu sudah kalian praktikkan, baik dalam bentuk status kependudukan sebagai warga negara yang beragama Islam maupun dalam bacaan syahadat yang kalian baca pada waktu salat.

Pertanyaan berikutnya adalah bagaimana cara membuktikan keimanan kita terhadap Al-Qur'an? Bukti keimanan terhadap Al-Qur'an dapat dilihat dari kecintaan seseorang terhadap Al-Qur'an.

Pada masa nabi Muhammad saw, sahabat-sahabat nabi adalah orang yang sangat mencintai Al-Qur'an. Setiap mendapatkan ayat dari Nabi Muhammad saw, banyak sahabat yang meluangkan waktu untuk menghafal, memahami dan merenungi serta mengamalkan isi kandungannya.

Demikian juga dengan generasi setelah sahabat, yakni tabiin. Mereka bersemangat membaca Al-Qur'an tanpa mengenal waktu. Kecintaan mereka terhadap Al-Qur'an dibuktikan dengan menjadikan Al-Qur'an sebagai teman dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagian tabiin ada yang mampu mengkhatamkan membaca Al-Qur'an dalam waktu sehari. Bahkan ada juga yang mengkhatamkannya di antara waktu zuhur dan asar. Membaca adalah tangga pertama dalam mencintai Al-Qur'an.

Agar mampu menuju tangga cinta Al-Qur'an berikutnya kalian harus bisa membaca Al-Qur'an dengan baik. Karena itu kalian harus belajar ilmu tajwid. Pada bab I yang lalu kalian sudah belajar cara membaca lam jalālah dan ra.

Pelajarilah kaidah-kaidah tajwid lainnya dengan penuh semangat! Dengan demikian kalian akan mampu membaca Al-Qur'an dengan fasih dan tartil. Setelah mampu membaca, tangga berikutnya adalah memahami arti alQr’an.

Memahami arti dapat dilakukan dengan cara membaca terjemah Al-Qur'an serta mengikuti majelis-majelis kajian Al-Qur'an. Seperti yang kalian pelajari pada bab I, untuk mampu memahami Al-Qur'an dengan baik, membaca terjemah Al-Qur'an saja belum cukup.

Pemahaman terhadap alQr’an harus dihubungkan dengan tantangan perkembangan zaman yang terus berubah sehingga Al-Qur'an mampu memberi solusi terhadap persoalan yang sedang terjadi.

Setelah memahami artinya, tahapan berikutnya adalah menadaburinya, yaitu merenungkan maknanya dan membangun kesadaran dalam diri agar terdorong untuk mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Tanpa diamalkan, Al-Qur'an tidak akan bermakna secara maksimal. Oleh karena itu menadaburi Al-Qur'an merupakan tangga yang penting yang menghubungkan antara pengetahuan dengan amal perbuatan. Mengamalkan Al-Qur'an dalam kehidupan sehari-hari merupakan tangga cinta tertinggi.

Capaian kecintaan dan keimanan seseorang terhadap al-Qr'an dilihat dari perilakunya sehari-hari. Apakah perilakunya itu mencerminkan isi kandungan Al-Qur'an ataukah bertentangan dengannya. Seseorang yang mencintai Al-Qur'an pasti memiliki akhlak terpuji.

Karena akhlak terpuji adalah buah kecintaan dan keimanan terhadap Al-Qur'an. Dalam suatu hadis yang diriwayatkan Imam Ahmad, diceritakan bahwa sahabat Saad bin Hisyam bin Amir r.a. bertanya kepada ummul mukminin, Aisyah r.a. tentang akhlak Rasulullah.

Maka Aisyah menjawab, “Bukankah Engkau sering membaca Al-Qur'an? Hisyam menjawab, “Ya”. Aisyah berkata, “Akhlak Rasulullah adalah Al-Qur'an.”

Hadis ini menunjukkan bahwa puncak dari pengamalan Al-Qur'an dalam kehidupan adalah akhlak yang mulia. Sementara akhlak mulia adalah cerminan orang yang bertakwa. Hubungan antara iman kepada Al-Qur'an, akhlak mulia, dan ketakwaan ini dapat dibaca pada Q.S. al-Baqarah: 2-4 sebagai berikut:

ذَٰلِكَ ٱلۡكِتَٰبُ لَا رَيۡبَۛ فِيهِۛ هُدٗى لِّلۡمُتَّقِينَ. ٱلَّذِينَ يُؤۡمِنُونَ بِٱلۡغَيۡبِ وَيُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَمِمَّا رَزَقۡنَٰهُمۡ يُنفِقُونَ. وَٱلَّذِينَ يُؤۡمِنُونَ بِمَآ أُنزِلَ إِلَيۡكَ وَمَآ أُنزِلَ مِن قَبۡلِكَ وَبِٱلۡأٓخِرَةِ هُمۡ يُوقِنُونَ

Artinya:

Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, melaksanakan salat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, dan mereka yang beriman kepada (Al-Qur'an) yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dan (kitab-kitab) yang telah diturunkan sebelum engkau, dan mereka yakin akan adanya akhirat. (AlBaqarah/2:2-4)

Dengan demikian, seorang muslim yang beriman kepada Al-Qur'an dengan benar akan menampilkan akhlak yang mulia dalam kehidupan seharihari, seperti berkata jujur, bertanggung jawab, dapat dipercaya, menghargai perbedaan, mengormati orang tua, dan lain sebagainya.

Sebaliknya ia akan terhindar dari perilaku buruk, seperti menyebarkan berita bohong, merusak lingkungan dan alam, berlaku anarkis dan vandalisme, menyebarkan kebencian, korupsi, dan lain sebagainya.

4. Hubungan dengan Umat yang Beriman kepada Kitab Terdahulu

Di dalam Al-Qur'an, umat yang beriman kepada kitab terdahulu, disebut dengan ahli kitab. Mereka disebut seperti itu dikarenakan keyakinannya terhadap kitab-kitab yang diturunkan kepada para rasul terdahulu.

Mereka adalah umat Yahudi yang beriman kepada kitab Taurat dan umat Nasrani yang beriman kepada kitab Injil. Pada masa Nabi Muhammad saw, nabi membangun hubungan baik dengan mereka. Nabi saw mengajak mereka membangun Kota Madinah bersama-sama.

Bersama umat Islam dan penduduk kota lainnya, mereka menyepakati kesepakatan bersama yang dituangkan di dalam Piagam Madinah.

Sebagai pemimpin, Nabi Muhammad saw memberikan hak dan kewajiban yang sama kepada mereka seperti penduduk kota lainnya. Pada waktu mereka melaksanakan kewajiban sesuai kesepakatan, Nabi memberikan haknya. Demikian juga pada saat mereka keluar dari kesepakatan, Nabi juga menghukum mereka.

Salah satu contoh pemberian hak yang dilakukan Nabi Muhammad saw kepada ahli kitab adalah riwayat tentang nabi yang berhutang kepada seorang Yahudi. Suatu ketika Nabi Muhammad saw berhutang kepada seorang Yahudi yang bernama Zaid bin Sa’nah.

Tiga hari sebelum jatuh tempo, dengan suara yang kasar, Zaid meminta nabi agar segera melunasi. Melihat kejadian itu, Umar bin Khatab memarahi Zaid karena sudah berbuat kasar kepada nabi. Namun Nabi Muhammad saw melarangnya. Nabi meminta Umar menasehati dirinya agar membayar hutang dengan baik.

Nabi juga meminta Umar menasehati Zaid agar menagih hutang dengan cara yang lebih baik. Nabi memberikan kepada Zaid sesuai dengan hak yang dimilikinya. Sedangkan salah satu contoh hukuman yang diberikan oleh Nabi terhadap ahli kitab yang melanggar kesepakatan adalah kisah pengusiran Bani Nadhir dari Madinah.

Pada saat berlangsung perang Khandaq, Bani Nadhir telah mengkhianati kesepakatan Piagam Madinah. Mereka bersekutu dengan suku Qraisy dengan memberikan informasi tentang situasi dan keadaan Madinah kepada pihak musuh.

Atas dasar pengkhianatan itu, Rasulullah saw kemudian mengusir mereka dari Madinah sebagai hukuman atas pengkhianatan yang telah dilakukan.

Di luar hubungan sosial politik seperti dua contoh tersebut, hubungan antara umat Islam dan ahli kitab di Madinah berjalan dengan harmonis. Meskipun seorang nabi utusan Allah, Muhammad saw tidak memaksa umat Yahudi dan Nasrani untuk berpindah agama memeluk agama Islam.

Umat Yahudi dan Nasrani diberi kebebasan memiliki keyakinannya masingmasing. Mereka dapat menjalankan agamanya berdampingan secara harmonis dengan umat Islam di Madinah.

Sepeninggal Nabi Muhammad saw, hubungan yang harmonis itu pun tetap terjaga. Para pemimpin Islam setelah Rasulullah saw tidak pernah memaksa mereka untuk memeluk agama Islam. Mereka tetap bebas menjalankan agamanya berdampingan dengan umat Islam di seluruh negeri Islam.

Situasi yang harmonis ini terus terjaga sampai Islam berkembang luas, termasuk ke daratan Eropa. Bahkan pada waktu terjadi konflik antara kekhalifahan Bani Umayah dengan kerajaan-kerajaan Kristen di Spanyol, umat Yahudi dan Nasrani yang berada di bawah kekhilafahan Usmani di Turki tetap hidup berdampingan secara harmonis dengan umat Islam.

Hubungan yang harmonis ini dibangun atas dasar kesadaran untuk saling menghargai dan menghormati. Meskipun kitab sucinya berbeda-beda, Islam, Yahudi, dan Nasrani memiliki hubungan sejarah yang sama, yakni nabi-nabi yang sama dengan kitab-kitab suci yang sama.

Namun perjalanan sejarah menyebabkan pemahaman dan praktik keagamaan yang berbeda sehingga menghasilkan agama yang berbeda-beda.

Masing-masing agama memiliki ajaran, lembaga, pemimpin, umat, hari besarnya, tempat-tempat yang disucikan, serta banyak hal yang berbeda. Karenanya tidak ada agama yang sama, semua agama berbeda.

Perbedaan-perbedaan ini sering kali menyebabkan munculnya ketegangan antar umat beragama. Situasi dan kondisi ini harus disadari bersama. Agar terjadi hubungan yang harmonis, maka yang seharusnya dicari adalah titik temu persamaan.

Bukan sebaliknya menonjolkan perbedaan di antara umat yang beriman kepada kitab-kitab Allah. Dengan menemukan persamaan, maka hubungan yang harmonis di antara umat beragama di masa lalu dapat dibangun kembali pada masa kini.

Hubungan yang harmonis itu terwujud dalam perilaku yang saling menghargai perbedaan, saling menghormati antar sesama, serta saling bekerjasama dan berkolaborasi dalam membangun masyarakat, sebagaimana kerjasama yang dibangun oleh Nabi Muhammad saw bersama para ahli kitab dan penduduk Madinah lainnya dalam Piagam Madinah.

Rangkuman

1. Iman Kepada kitab Allah adalah membenarkan bahwa Allah Swt mempunyai kitab-kitab yang diturunkan kepada para rasul-Nya. Setiap muslim wajib beriman kepada semua kitab yang diturunkan oleh Allah Swt kepada para rasul-Nya, baik secara secara ijmali (global) maupun tafsili (terperinci).

2. Ada sejumlah kitab dan suhuf Allah yang disebutkan di dalam Al-Qur'an dan hadis nabi, yaitu Zabur, Taurat, Injil, dan Al-Qur'an, serta suhuf Musa dan Ibrahim.

3. Seorang muslim yang beriman kepada Al-Qur'an dengan benar akan menampilkan akhlak yang mulia dalam kehidupan sehari-hari, seperti berkata jujur, bertanggung jawab, dapat dipercaya, menghargai perbedaan, mengormati orang tua, dan lain sebagainya.

4. Hubungan yang harmonis di antara orang-orang yang beriman kepada kitab Allah dapat diwujudkan dalam perilaku yang saling menghargai perbedaan, saling menghormati antar sesama, serta saling bekerjasama dan berkolaborasi dalam membangun masyarakat.

***

Demikianlah sajian Guru Penyemangat tentang materi PAI SMP Kelas 8 Kurikulum Merdeka Bab 2 tentang Meyakini Kitab-Kitab Allah: Menjadi Generasi Pecinta Al-Qur’an yang Toleran, lengkap dengan rangkumannya.

Materi selengkapnya bisa Sobat simak di: Modul Ajar PAI SMP Kelas 8 Kurikulum Merdeka Bab 2

Semoga bermanfaat ya
Salam.

Guru Penyemangat
Guru Penyemangat Guru Profesional, Guru Penggerak, Blogger, Public Speaker, Motivator & Juragan Emas.

Posting Komentar untuk "Materi PAI SMP Kelas 8 Kurikulum Merdeka Bab 2: Meyakini Kitab-Kitab Allah: Menjadi Generasi Pecinta Al-Qur’an yang Toleran"