Cerpen Tentang Hewan Qurban dalam Rangka Menyambut Idul Adha
Hai Sobat Guru Penyemangat, apakah Sobat sudah siap menyambut Hari Raya Idul Qurban?
Alhamdulillah ya, kita bakal melihat hewan-hewan ternak seperti kambing, sapi, kerbau, hingga domba yang disembelih, kemudian dagingnya dibagikan kepada masyarakat untuk dinikmati bersama.
Meski begitu, ada yang cukup unik lho Sobat. Setiap hari di pasar ada saja jualan daging kambing, sapi, atau kerbau, dan ketika Idul Adha kurbannya pun banyak. Tapi kok bisa hewan tersebut tidak punah-punah ya?
Bahkan belum pernah kita dengar berita bahwa ada desa atau daerah yang kekurangan sapi. Hehe. Inilah nikmat dan karunia Allah.
Nah berikut ada sajian cerpen tentang hewan Qurban dalam rangka menyambut Idul Adha yang singkat dan menginspirasi.
Mari disimak ya:
Cerpen Tentang Hewan Qurban
Oleh Sri R. Djalil
Cerpen Tentang Hewan Qurban. Image by Chräcker Heller from Pixabay |
Sejak libur kenaikan kelas, setiap harinya Azam ke sawah mencari belut. Tidak sendiri, dia pergi bersama Wisnu. Dua anak lelaki 12 tahun ini memang hobi main.
Sawah-sawah itu menjadi saksi kesenangan mereka. Rumput-rumput pun turut memberi kesaksian karena selain mencari belut, Azam pun ngarit rumput untuk pakan kambing peliharaannya.
Jika rumput itu bisa berkata, dia akan protes, “Setiap hari kau hanya menebas kami, tak pernah menanam kembali.”
Azam tak peduli, tanaman hijau itu tumbuh sendiri di pinggir sawah. Masih untung subur di galengan, coba kalau berada di antara padi-padi yang baru muncul, habislah dibasmi petani tanpa ampun.
Jika sudah berada di antara rumput-rumput dan sabit, Azam dan Wisnu akan bersiul riang. Belut dapat, kambing pun gendut.
“Hari ini kita makan belut penyet ya, minta tolong mbok-mu bikin sambel mentah ya, Zam!” seru Wisnu girang.
“Ya … kalau cuma sambal mentah, ngulek sendiri saja lah, cabe sama garam tambah bawang putih, mbok-ku masih di kebun, Wis,” jawab Azam.
Selesai ngarit, Azam dan Wisnu pulang dengan membawa belut dan rumput untuk kambing peliharaan Azam.
Makanan kambing satu ini membawa berkah bagi Azam, selain dia dapat bermain di alam dia pun bisa membawa pulang tanaman itu, kambingnya pun menjadi cepat gemuk.
Pesan bapaknya, “Boleh kau main ke sawah, tetapi pulang bawa rumput sekarung untuk si lanang."
Si lanang adalah kambing kesayangan Azam. Sejak lahir dirawatnya hingga dewasa. Jika memberi makan si lanang, Azam sangat ceria. Di ajaknya bicara, dielusnya penuh kasih sayang.
“Lihatlah lanang, aku bawa si hijau untuk kamu, biar kamu sehat, gemuk,” ujar Azam pada si lanang layaknya pada manusia saja.
Ketika kedua calon pemuda asyik memberi makan si lanang, bapaknya Azam keluar dari pawon.
“Wes balik toh, Zam? sini bapak mau ngomong!”
Mendengar panggilan sang bapak, Azam mendekat dan duduk di bangku dekat pawon.
“Ada apa, Pak?”
“Begini, besok si lanang dibawa ke masjid untuk dijadikan hewan kurban, kan wes cukup umur,” terang bapaknya Azam.
Azam terperanjat kaget dan menggeser duduknya.
“Yang benar, Pak? Jangan, kasihan si lanang, aku nanti akan lebih baik lagi mengurus si lanang, Pak, tapi jangan dikurbankan!” pinta Azam memelas.
“Lho si lanang kan wes waktunya disembelih, memenuhi syarat juga untuk dijadikan hewan kurban. Jika kamu ikhlas, kamu sendiri dapat pahala.”
Wisnu mendekat ke tempat duduk Azam dan mengelus pundaknya.
“Zam, kalau si lanang tetap bersama kita, kasihan dia. Tengok si lanang, ia sehat, tidak cacat, gemuk trus menurut kategori musinnah, gigi si lanang sudah berganti dari gigi susu menjadi gigi tetap dan itu sudah memenuhi syarat jadi hewan kurban,” terang bapaknya Azam.
“Trus Zam, jika kita mampu berkurban hukumnya wajib. Ingat dalam Al-Qur’an surah al-Kautsar (108) ayat 1-2 Allah berfirman yang artinya, Sesungguhnya Kami telah memberikan nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah. Jika bapak tidak berkurban, kita berdosa,” jelas bapaknya lagi.
Azam tertunduk, rona sedih masih menyelimuti matanya.
“Iyo, Zam, bener kata bapakmu, kita masih bisa ngarit walaupun gak ada si lanang,” sahut Wisnu berusaha menghibur.
“Bukan soal ngarit Wisnu, aku sudah sayang sama si lanang,” jawab Azam.
“Justru itu karena sayang kamu harus ikhlas, ini perintah Allah Swt. dan kamu harus taat. Ingat Zam kata Pak Ustadz tentang sejarah Nabi Ibrahim a.s yang bermimpi mendapat perintah untuk menyembelih putra kesayangannya, karena ketaatannya pada Allah Swt., Nabi Ibrahim a.s. pun menyembelih Nabi Ismail a.s..” lanjut Wisnu menirukan kata-kata guru ngajinya di masjid.
“Iya aku ingat, Wis,” jawab Azam singkat.
“Insya Allah jika kamu ikhlas, Allah akan ganti dengan yang lebih baik,” tutur bapaknya.
“Pak Lek, kan si gemoy lagi hamil, semoga lahir si lanang, biar diurus lagi sama Azam, aku bantu ngarit juga.” Penuh semangat Wisnu menawarkan diri untuk ngarit.
Sementara Azam perlahan mendekat ke kandang dan mengelus si lanang sebagai tanda perpisahan.
***
Demikianlah tadi sajian cerita pendek tentang hewan Qurban dalam rangka menyambut Idul Adha.
Semoga menginspirasi ya Sobat
Salam.
Lanjut Baca: Kisah Sandal dan Keset Kaki di Hari Raya Idul Adha
Posting Komentar untuk "Cerpen Tentang Hewan Qurban dalam Rangka Menyambut Idul Adha"
Posting Komentar
Berkomentarlah sesuai dengan postingan artikel. Mohon maaf, link aktif di kolom komentar tidak akan disetujui.
Diperbolehkan mengutip tulisan di blog Guru Penyemangat tidak lebih dari 30% dari keseluruhan isi (1) artikel dengan syarat menyertakan sumber. Mari bersama-sama kita belajar menghargai karya orang lain :-)