Widget HTML #1

Cerpen Tentang Iri: Kupu-kupu yang Sedih

Hai, Sobat Guru Penyemangat.

Kira-kira bagaimana perasaanmu ketika melihat kesuksesan, keindahan, kecantikan, serta kelebihan yang didapat oleh orang lain?

Barangkali rasa yang singgah ke hati kita cukup kompleks, ya. Terkadang ada rasa kagum, rasa bangga pernah kenal dengan mereka, tapi terkadang pula ada rasa iri.

Ya begitulah. Namanya juga hati yang seringkali terbolak-balik tanpa mempertimbangkan situasi dan kondisi.

Cuman... beberapa dari kita mungkin tidak sadar bahwa perasaan iri hanya bakal menghabiskan waktu sekaligus menjadikan kita lupa dan kelebihan diri sendiri.

Nah pada kesempatan ini Gurupenyemangat.com telah menyiapkan cerpen tentang iri. Kisahnya tentang kupu-kupu yang sedih.

Mari disimak ya:

Cerpen: Kupu-kupu yang Sedih

Oleh Inong Islamiyati

Cerpen Tentang Iri Kupu-kupu yang Sedih
Ilustrasi Kupu-kupu yang Sedih. Gambar oleh Pexels dari Pixabay

Di sebuah hutan dekat perkampungan, tinggal seekor kupu-kupu yang sedih. Kupu-kupu itu merasa bahwa dirinya tidak berguna karena badannya yang kecil dan tidak bisa menghasilkan apa-apa.

Di pagi hari sambil mencari makanan, dia melihat seekor monyet yang sedang giat mengambil pisang. Si kupu-kupu sangat tertarik dan turun untuk bertanya kepada monyet.

“Hai Monyet, banyak sekali pisang yang kau ambil. Kau sangat lapar, ya?” tanya si kupu-kupu

“Oh bukan. Ini untuk tuanku. Dia memerintahkan aku untuk mengambil pisang-pisang ini. Jika sudah selesai maka aku akan mendapatkan makanan yang lebih lezat,” ucap si monyet dengan riangnya

“Tuanmu pasti sangat senang karena perbuatanmu, Monyet. Kamu telah membantunya,” seru kupu-kupu

“Tentu saja, karena aku adalah binatang yang sangat berguna,” jawab  monyet dengan nada sombong. Kemudian kupu-kupu terbang kembali meninggalkan monyet yang masih asyik memetik pisang.

Kupu-kupu itu terbang lagi menuju ke arah pemukiman penduduk.

Dari atas dia melihat seekor ayam sedang asyik makan di kandang sebuah rumah. Kupu-kupu itu turun kembali karena penasaran lalu bertanya kepada ayam.

“Hai Ayam, lahap sekali kau makan,” seru kupu-kupu pada ayam

“Oh halo Kupu-kupu. Iya makanan ini sangat enak.”

“Kenapa kau banyak sekali makan?” tanya kupu-kupu lagi

“Karena jika aku makan banyak maka aku akan lebih sehat dan bisa menghasilkan banyak telur untuk tuanku. Kalaupun tidak setidaknya ketika aku sudah tiada, tuanku bisa memasakku untuk makanan mereka sekeluarga.”

“Kau tidak sedih?” seru kupu-kupu bingung

“Aku justru merasa senang kalau aku bisa bermanfaat bagi tuanku. Karena itu artinya aku memberikan kebahagiaan padanya,” ucap ayam dengan bangga. Kupu-kupu kemudian pamit sambil terbang kembali ke angkasa.

Di sebuah Padang bunga yang luas, kupu-kupu bertemu dengan lebah yang sedang asyik menghisap nektar. Kupu-kupu yang juga sedang lapar turun sambil menghisap nektar. 

“Ah... Lezat sekali,” seru kupu-kupu

“Ya ampun kukira siapa, ternyata Kupu-kupu toh,” jawab lebah yang terkejut karena baru menyadari kehadiran kupu-kupu

“Hai Lebah, kau juga sedang lapar? Nektar ini manis sekali ya,” jawab kupu-kupu

“Iya memang manis. Tetapi aku kemari bukan hanya untuk makan,” seru lebah

“Lalu?”

“Ayo ikut denganku,” seru lebah sambil mengajak kupu-kupu pergi.  Mereka berdua sampai di sarang lebah.

Para lebah-lebah lain juga tengah giat mengangkut nektar sambil giat memenuhi sarangnya dengan nektar bunga.

Lalu menghasilkan semacam cairan yang kental. Lebah lalu memperlihatkan cairan itu ke hadapan kupu-kupu.

“Apa ini?” tanya kupu-kupu

“Ini adalah madu. Minuman yang kami buat dari nektar bunga. Madu ini sangat manis dan juga menyehatkan. Banyak sekali manusia yang menyukai minuman ini. Kami para lebah senang karena bisa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.”

“Kamu tidak marah?” tanya kupu-kupu

“Tentu saja tidak. Kami justru senang karena kami bisa  memberikan manfaat bagi manusia,” jawab lebah. Kupu-kupu yang mendengar hal itu kagum kemudian pamit kepada lebah dan pergi dari sarang lebah itu.

Boleh Baca: Fabel Tentang Lebah yang Tinggi Hati

Kupu-kupu terbang kembali menuju rumahnya sambil menangis. Dia merasa sedih karena tidak bisa memberikan kebahagiaan seperti teman-temannya yang lain.

Pada perjalanan pulang, kupu-kupu bertemu dengan seekor burung merpati. Burung merpati yang khawatir dengan kupu-kupu lalu mengajaknya turun untuk mengobrol.

“Hai Kupu-kupu, kenapa kamu menangis?” tanya merpati

“Aku sedih sekali hai Merpati. Aku ini binatang yang tak berguna. Aku tidak bisa mengambil dan mengangkut barang yang berat seperti monyet. Aku tidak bisa menghasilkan telur dan tidak layak untuk dimakan seperti ayam karena aku begitu kecil. Aku juga tidak bisa menghasilkan madu seperti lebah. Aku hewan yang tidak berguna karena aku tidak bisa menghasilkan apa-apa,” jawab kupu-kupu sambil menangis tersedu-sedu.

“Kenapa kamu membandingkan dirimu dengan orang lain, duhai Kupu-kupu? Sekarang juga, pergilah kamu ke sungai dan lihatlah dirimu yang sesungguhnya. Jika kamu terus menerus melihat kehebatan orang lain, kamu tidak akan pernah sadar akan kehebatan dirimu sendiri,” saran merpati dengan bijak. 

Kemudian merpati terbang meninggalkan kupu-kupu yang masih berwajah sedih itu.

Dengan mata yang masih sembab, kupu-kupu mengikuti saran dari merpati. Dia terbang menuju ke sebuah sungai yang jernih.

Saat melihat air dia terkejut. Dia melihat pantulan sayapnya yang berwarna biru bercampur warna hitam yang indah.

Sayapnya begitu berkilau dan sangat cantik. Selama ini kupu-kupu itu tidak pernah sadar akan rupa sayapnya karena tidak pernah melihatnya secara langsung.

Kupu-kupu lalu tersenyum dan terbang ke angkasa. Dia terus dan terus terbang sampai dia melihat dua orang kakak beradik yang sedang berfoto ria di sebuah Padang bunga matahari yang luas.

Ketika sang kakak memfoto adiknya, tidak sengaja kupu-kupu ikut terfoto juga.

“Wah lihat, Kak, ada kupu-kupu juga dalam fotoku,” seru sang adik kepada kakak sambil memperhatikan fotonya.

“Iya, wah lihat Dik! Itu kupu-kupunya. Wah cantik sekali ya,” seru kakak sambil melihat kupu-kupu yang terbang mengitari mereka.

“Wah cantik sekali, kupu-kupu itu pasti sangat bangga pada dirinya. Karena kupu-kupu ini sudah membuat fotoku tambah terlihat cantik. Dia benar-benar binatang yang berguna,” seru sang adik kembali.

Kupu-kupu yang mendengar percakapan mereka kembali tersenyum lebar lalu terbang mengitari Padang bunga matahari itu. Dia membagikan kecantikannya kepada orang yang membutuhkan keindahan.*

***

Dari cerita pendek di atas pelajaran yang bisa kita ambil adalah, terkadang kita terlalu fokus melihat kehebatan atau pun keunggulan orang lain.

Merasa kalau orang lain lebih kuat, lebih pintar, lebih kaya, pokoknya lebih segalanya dibandingkan diri kita sendiri. Padahal setiap manusia mempunyai kelebihannya masing-masing.

Kita harus fokus pada diri dan kemampuan kita sendiri. Kemudian mengembangkannya menjadi sesuatu yang bermanfaat.

Karena setiap dari kita tidak harus punya kelebihan yang sama dengan orang lain. Setiap orang bisa bersinar dengan caranya sendiri. Hanya perlu waktu dan sebuah ketekunan untuk menjawabnya.

Salam.

Guru Penyemangat
Guru Penyemangat Guru Profesional, Guru Penggerak, Blogger, Public Speaker, Motivator & Juragan Emas.

Posting Komentar untuk "Cerpen Tentang Iri: Kupu-kupu yang Sedih"