Tantangan dan Peluang Dakwah Masa Kini
Berdakwah, seperti yang kita ketahui merupakan kewajiban setiap umat muslim. Dakwah bisa dilakukan di mana saja, kapan saja, tidak ada batasannya.
Berbeda dengan khotbah yang terbatas pada mimbar dan dalam waktu-waktu tertentu seperti shalat Jum’at dan shalat hari raya.
Jika kita melihat keadaan seperti sekarang ini dengan teknologi yang serba cangkih, sosial media yang terus menjadi pilihan favorit terutama bagi pelajar.
Tantangan dan Peluang Dakwah Masa Kini. Foto: Pixabay |
Internet juga telah menjadi suatu hal instan seringkali dipakai oleh orang-orang yang berkepentingan untuk mendapatkan sesuatu.
Melihat keadaan, dakwah tentu harus punya suatu strategi tersendiri dalam mengajak umat muslim untuk terus dan selalu meningkatkan kualitas iman dan ketakwaaan.
Tentu ada tantangan serta peluang yang dapat dimanfaatkan para pendakwah baik dari segi teknis penyampaian atau materi dakwah itu sendiri, mulai dari bagaimana cara mengemas materi dakwah hingga menjadi suatu bacaan atau sesuatu bahan yang disukai oleh banyak orang.
Terlepas dari itu, tantangan pun dapat membuat dakwah itu maju atau malah menjadi hambatan bagi pendakwah itu sendiri. Maka dari itu diperlukan adanya sikap ikhlas dalam berdakwah dengan memanfaatkan segala sesuatu yang ada.
Peluang Dakwah Masa Kini
Di masa kini, hal yang terutama bisa dan langsung kita nikmati adalah teknologi yang serba-serba modern dan canggih. Meskipun kita tidak semuanya dapat memilikinya.
Berbicara dakwah memang selalu identik dengan seorang ustad yang sedang khotbah di atas mimbar. Dihadiri oleh para atau jamaah dan dilaksanakan di masjid. Itulah pandangan dari seorang yang awam akan hakikat dakwah yang sebenarnya.
Jika kita perhatikan, batasan dakwah itu tidak terbatas oleh tempat dan metode. Dakwah bisa dilakukan di mana saja, kapan saja, dan dengan cara apa saja selama tidak menyimpang dari koridor yang sewajarnya.
Oleh karena itu, cakupan dakwah memiliki arti yang luas dan metode yang tak terbatas. Semua cara bisa kita lakukan dengan tidak mengubah dari substansinya. Salah satunya dengan memanfaatkan media massa bin digital yang berkembang saat ini.
Salah satu sifat ashalah dakwah adalah tetap konstan dalam masalah ushul dan bersifat fleksibel dalam menanggapi dan menghadapi perkembangan zaman.
Dakwah dapat di ibaratkan seperti air, ia akan menyesuaikan bentuk dengan wadah yang menampungnya tanpa harus mengubah zat aslinya. Mendakwahi masyarakat intelektual tentu berbeda ketika berdakwah terhadap masyarakat awam.
Kendati esensi yang disampaikan adalah sama, namun ada perbedaan yang signifikan dalam hal cara dan pendekatan yang dilakukan.
Semua ini mengingat adanya latar belakang, situasi, kondisi, watak dan karakter yang berbeda pada setiap strata masyarakat, bahkan lebih spesifik lagi pada setiap individu manusia.
Kita bisa melihat dalam sirah, bagaimana Rasulullah SAW memperlakukan masing-masing sahabat dan masyarakat yang dihadapinya.
Dalam kerangka dakwah yang manhajiyyah, dikenal dua model pendekatan, yaitu dakwah ‘ammah dan dakwah khashshah.
Kaidah dakwah pada asalnya adalah ”’ammah” tetapi karena kondisi-kondisi tertentu dapat menjadikannya khashshah.
Pada dakwah ‘ammah, seluruh kaidah-kaidah yang berlaku bersifat umum, universal, mulai dari tema pembicaraan, target yang akan dicapai sampai sarana yang akan digunakan adalah bersifat umum.
Adapun hal-hal yang menentukan model pendekatan dakwah meliputi kondisi objektif (ciri-ciri) objek dakwah, kondisi subjektifnya (kebutuhan persoalan yang mereka hadapi), dan faktor lingkungan dakwah.
Sedangkan pada dakwah khashshah, ia bersifat spesifik dan tertutup, baik berupa cara, target maupun sarana yang digunakan.
Untuk mempermudah pemahaman kita dalam masalah ini, kita bisa nisbatkan kedalam marhaliyah ‘ammah adalah tabligh, ta’lim, dan takwin.
Yang termasuk dakwah ‘ammah adalah tabligh dan ta’lim sedangkan takwin termasuk dalam dakwah khashshah.
Kedua pendekatan dakwah tersebut dilakukan secara bersamaan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan yang ada.
Oleh karena itu dirasa perlu untuk membuat suatu kerangka landasan untuk mengoperasikan semua program dakwah dalam bentuk rencana strategi yang sesuai dengan prinsip-prinsip dakwah yang manhaji dengan memperhatikan kondisi waqi’i-nya.
Dengan demikian diharapkan usaha dan upaya penataan dan konsolidasi dakwah bisa dijalankan secara terprogram dan rapi sehingga hasilnya pun dapat optimal dan tentunya Allah SWT akan memberikan ganjaran atas ihsanul‘amal para hamba-Nya.
Intinya, dakwah yang kita lakukan diharapkan mempunyai Grand Design Dakwah, sehingga memiliki rencananya (Dakwah by Design).
Semua Qiyadah dan setiap pelakunya tahu betul situasi dan kondisi yang sedang dihadapi, strategi dan program apa yang harus dilakukan, kriteria SDM yang dibutuhkan serta menuju tahapan dakwah.
Melihat dari peluang segi lain, misalnya ada kaum muslimin yang biasa mengaji di masjid, maka sekarang kaum muslimin bisa menimba ilmu di radio atau televisi. Salah satu kelebihannya kita bisa mendengarkannya dimana saja.
Selain itu, kita bisa langsung menanyakan suatu persoalan mengenai agama kepada narasumber atau ustad yang mengisinya tanpa harus menunggu jadwal pengajian rutin.
Melalui radio dan TV ini siaran dapat dijangkau oleh orang yang berada diluar secara luas. Bahkan jika kita sedang berada di luar negeri kita masih bisa menyimaknya melalui radio-online dan televise-online.
Dengan demikian, maka dakwah menjadi semakin variatif dan fleksibel.
Dakwah, melalui sinetron seperti Lorong Waktu yang dibintangi Deddy Mizwar dan Zidan, Doa Membawa Berkah yang dibintangi oleh Krisdayanti serta Tukang Bubur Naik Haji merupakan pesan-pesan dakwah yang lebih mudah sampai kepada mad’u (masyarakat).
Selain itu, pesan verbal yang digunakan dalam sinetron dapat diimbangi dengan pesan dakwah visual yang memiliki efek sangat kuat terhadap pendapat, sikap, dan perilaku masyarakat.
Hal ini sangat mungkin terjadi dalam sinetron, selain pikiran, perasaan pemirsa pun dilibatkan dalam penyampaian pesannya.
Dalam sinetron juga terdapat kekuatan dramatik dan hubungan logis bagian-bagian cerita yang tersaji dalam alur cerita.
Kekuatan yang dibangun akan diterima masyarakat secara penghayatan, sedangkan hubungan logis akan diterima masyarakat secara pengetahuan.
Artinya, kita dapat melihat dengan sangat jelas bahwasannya sinetron berpeluang cukup besar sebagai penyampaian pesan-pesan keagamaan melalui media televisi.
Selain itu, dakwah juga bisa menggunakan media-media digital, seperti ceramah pengajian yang disimpan di computer berupa Mp3, video, dan sebagainya.
Dengan demikian, maka isi pengajian tidak akan mudah hilang. Jika kita lupa atau mau mendengarkan kembali maka tinggal di putar saja.
Semuanya menjadi mudah dan praktis.
Lebih jauh lagi, sekarang telah beredar Al-Quran digital, hadist digital, dan buku-buku islami digital. Semuanya dibuat untuk memudahkan kita dalam memahami ajaran-ajaran agama.
Misalnya, ketika kita akan mencari suatu tema dalam Al-Quran maka kita tidak mesti membuka lembar perlembar.
Tetapi kita tinggal langsung masukkan kata kuncinya maka Al-Quran digital tersebut akan memunculkan hasilnya.
Selain itu, dalam Al-Quran digital juga diisi dengan audionya. Sehingga kita bisa membaca sekaligus mendengarkan bacaannya.
Atas dasar itu, maka tidak ada salahnya jika kita mulai melirik dan menggunakan media-media ini untuk kepentingan dakwah dengan tidak meninggalkan tradisi mengaji di masjid secara berjama’ah.
Syahdan, ada lagi peluang dakwah yang sekiranya dapat dikembangkan, di antaranya:
Dakwah multimedia
Telah beragam media yang telah digunakan untuk aktivitas dakwah yang dapatdisaksikan siang malam.
Di Indonesia kegiatan dakwahnya paling banyak, mulai dari yang paling konvensional telah menggunakan media elektronik dan media cetak.
Ini memperlihatkan bahwa dakwah telah menggunakan multimedia yang nantinya akan memberikan multi peluang kepada sarjana dakwah.
Dakwah internasional
Dakwah sekarang telah merambah ke dunia internasional, artinya tidak lagi hanya berkisar ruang lingkup kecil seperti masjid, mushollah, atau ruang lingkup rukun tetangga.
Sekarang telah banyak da’i-da’i Indonesia yang telah go internasional, telah banyak da’i-da’i Indonesia yang keliling dunia, misalnya tiap bulan pengajian di Amerika banyak diisi oleh da’i dari Indonesia.
Demikian sebaliknya, banyak da’i dari berbagai Negara yang memberi ceramah di Indonesia. Sehingga dakwah telah memiliki peluang atau prospek internasional.
Mobility/circulation
Yaitu da’i telah mengalami mobilitas yang sangat tinggi dari satu Negara ke Negara lain. Artinya, pendakwah setidaknya bisa menguasai bahasa Inggris sehingga bisa berdakwah di Negara lain.
Cyber dakwah
Kegiatan dakwah melalui internet. Sekarang banyak sekali website yang mengelola dakwah.
Jika media cetak tergolong relatif mahal biaya produksinya, tidak demikian halnya dengan media online.
Hanya dengan berbekal sejumlah uang untuk sewa hosting dan domain, kita bisa menerbitkan blog atau website.
Ini artinya ada peluang bagi lebih banyak orang untuk bisa berdakwah di media. Saat ini kita sama sekali tidak bisa memandang remeh media online.
Hampir semua orang saat ini memiliki gadget yang bisa mengakses internet. Sehingga, sudah menjadi kebiasaan bahwa banyak orang saat ini mengakses berita dari kompas.com, detik.com, vivanews.com, dan sebagainya, tidak lagi dari media cetak.
Bahkan kebanyakan media cetak kini sudah memiliki versi online. Media elektronik pun tak mau kalah. Mereka juga menyediakan layanan live streaming di internet.
Technology-based dakwah
Adanya dakwah yang berbasis teknologi artinya dakwah telah membutuhkan daya dukung teknologi.
Multi purposes/audiences dakwah
Dakwah telah terjadi bervariasi tujuan dan pendengar artinya terjadi beragam tujuan dakwah dan beragam konsumen, seperti para pembisnis, para artis, para eksekutif.
Global issues
Dakwah harus mampu mengembangkan masalah-masalah yang bersifat global seperti terorisme. Untuk itu dakwah membutuhkan wawasan global.
Dengan memiliki info dan wawasan yang up-to-date maka seorang da’i atau pendakwah diharapkan bisa melawan arus globalisasi masa kini.
Dengan berbagai peluang untuk berdakwah, seperti bersandar kepada teknologi tentu akan memudahkan penyampaian materi dakwah selama dimanfaatkan untuk hal-hal yang positif demi terealisasinya dakwah yang baik dan mengikuti modernitas.
Stasiun Dakwah
Akhir-akhir ini sudah mulai banyak bermunculan stasiun radio dakwah. Di Jawa Barat, Aa Gym punya Radio MQ.
Di Jawa Timur ada Radio Sham FM dan tentunya masih banyak lagi radio dakwah yang lainnya, baik yang statusnya radio swasta ataupun radio komunitas.
Radio-radio dakwah seperti ini sangat perlu kita perbanyak, agar setidak-tidaknya bisa mengimbangi banyaknya radio yang setiap saat hanya berisi musik dangdut atau sejenisnya.
Kemudian, sekarang ini sudah mulai ada televisi dakwah. Di Jawa Timur ada televisi lokal yang bernama TV9, miliknya Nahdhatul Ulama (NU).
Kelompok keagamaan lain barangkali punya sentimen terhadap ‘Televisi NU’ ini. Namun menurut saya, sentimen itu tidak perlu ada.
Coba bayangkan, di tengah banyaknya stasiun-stasiun televisi hedonis, ternyata ada TV9 yang tentu saja memiliki konten yang jauh lebih islami. Ini tentu saja sangat perlu kita syukuri. Di TV9, setiap pagi ada program film kartun islami.
Kontennya subhanallah.
Kadangkala mengangkat cerita-cerita anak shaleh, lain kali mengangkat kisah-kisah para nabi. Ini tentu saja jauh lebih baik daripada kartun Rintintin, Naruto, atau Dragon Ball.
Melihat dari beragam peluang dakwah diatas, maka yang perlu kita lakukan sekarang adalah belajar dan akrab dahulu dengan teknologi.
Jika sudah menguasai, maka silahkan berdakwah seluas-luasnya dengan penuh keikhlasan dan senantiasa mengharapkan ridha Allah SWT semata.
Selain itu, jika melihat daerah sendiri khususnya di kota Curup tentu ada beberapa peluang yang bisa dikembangkan, antara lain:
Mengembangkan Al-Bayan
Seperti yang masyarakat Curup ketahui, Al-Bayan adalah suatu materi bacaan yang di publikasikan oleh STAIN Curup.
Al-Bayan sering ditemui di masjid-masjid sebagai bacaan pada saat sebelum dimulainya khotbah Jum’at.
Ini adalah salah satu peluang dakwah, namun memang masih terbatas pada jama’ah sholat Jum’at yang hanya kaum laki-laki saja.
Dakwah Melalui Media Cetak dan Radio
Salah satu peluang lain yang dapat dikembangkan dalam dakwah adalah melalui koran Curup Express yang memang merupakan koran kepunyaan Curup. Koran Curup Express termasuk lancar pendistribusiannya baik ke sekolah-sekolah, hingga sekolah tinggi pun biasanya setiap pagi sudah up-date.
Ada baiknya jika misalnya dihalaman depan koran tersebut diberikan sedikit materi atau berupa penjelasan terkait tentang agama, namun dikemas secara menarik sehingga pembaca tertarik untuk memperhatikannya.
Kemudian mengenai radio. Memang di saat ini radio kurang diminati oleh sebagian besar masyarakat, termasuk Curup sendiri.
Namun, peluang dakwah juga cukup bagus di sini. Karena sebagian besar mata pencaharian masyarakat Curup adalah petani, tentu radio sedikit banyak pasti masih ada yang menggunakannya.
Musik dangdut biasa jadi penyemangat mereka dalam bekerja.
Namun, jika kita melihat dari sisi peluang, maka bisa saja meng-input materi dakwah walaupun sedikit hanya sebagai selingan sekitar 2 menit atau lebih.
Materi dakwah bisa berisikan ayat Al-Qur’an atau hadis beserta maksudnya sehingga pendengar tidak cepat bosan dan pindah channel.
Ceramah radio dalam waktu yang lama malah akan membuat pendengar bosan. Mengenai media lain, seperti TV maupun internet sepertinya masih sulit untuk dimanfaatkan oleh pendakwah di Curup.
Tantangan Dakwah Masa Kini
Memasuki era modern yang ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah menunjukkan adanya perubahan yang signifikan dalam kehidupan masyarakat.
Perubahan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi dapat mempengaruhi perubahan dari bidang-bidang lainnya seperti politik, ekonomi, sosial, budaya, dan tidak terkecuali di bidang agama.
Dalam bidang agama Islam, khususnya pendakwah, di masa kini ada beberapa tantangan yang datang dan mau tidak mau harus dihadapi, antara lain dari:
Media Elektronik
Teknologi, komunikasi umumnya akan membantu suatu negara untuk lebih berkembang dan modern.
Namun, di sisi lain, berkembangnya teknologi ini menjadikan berdakwah sebagai tantangan yang tidak ringan.
Betapa tidak, media-media elektronik yang berkembang membuat dakwah harus lebih senantiasa ditegakkan.
Kita ambil contoh televisi, dari 24 jam siaran hanya satu jam untuk acara agama, itupun pada waktu subuh. 4 jam netral dan 19 jam acara yang berbau dewasa dan kekerasan.
Hal semacam ini tentunya sangat mengkhawatirkan bagi generasi muslim, terlebih anak kecil yang menontonnya.
Bayangkan saja dalam sehari kebanyakan dari kita mengkonsumsi televisi 7-8 jam. Belum lagi acara yang disajikannya dipenuhi tayangan yang tidak baik seperti kekerasan, kesenonohan, kemusyrikan, dan mistik-mistik yang klasik.
Dengan demikian, jika acara ini terus menurus ditonton setiap hari bukan hal yang tidak mungkin akan memberikan pengaruh yang dahsyat. Perubahan dan pergeseran pun akan menjadi keniscayaan baik secara kognitif, afektif, dan perilaku.
Meskipun masih ada televisi yang menyiarkan dakwah dalam waktu yang panjang dalam sehari seperti INSAN TV, RUAI TV, RODJA TV dan yang lainnya tetap saja pilihan favorit masih kepada televisi-televisi yang menyiarkan beragam sinetron maupun film kartun.
Hal seperti ini membuat tayangan dakwah di televisi seperti “kekasih yang tak dianggap” didalam ranah per-televisian di Indonesia.
Media Cetak
Seperti yang kita ketahui, media cetak baik itu koran, majalah, dan sebagainya merupakan tempatnya wacana atau artikel-artikel bagi para kritisi.
Meskipun penggunanya tidak terlalu besar tetapi media ini juga selalu digunakan kelompok tertentu untuk menyampaikan gagasan-gagasan yang kadang berupa pernyataan yang keliru dan menyesatkan.
Misalkan, kelompok yang mengaku Islam liberal. Mereka banyak mencetak buku yang mengandung materi yang tidak sesuai dengan ajaran yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
Media cetak dimanfaatkan mereka sebagai lahan doktrinnya. Tidak heran, jika setiap saat terbit buku-buku baru dari kelompok ini.
Suatu hal yang merugikan jika buku atau materi-materi seperti itu didapat dan sering dibaca oleh orang yang awam akan Islam.
Dikhawatirkan mereka akan berpresepsi yang aneh-aneh tentang Islam. Akibatnya bisa saja timbul perselisihan jikalau diperbesar.
Maka dari itu buku, koran, atau media dakwah lainnya haruslah dipergunakan untuk kelancaran dakwah, bukan di isi dengan pernyataan-pernyataan yang sifatnya menghasut dan tidak bertanggungjawab.
Problema Juru Dakwah
Tantangan dakwah masa kini juga terdapat pada penyampai dakwah itu sendiri. Sebagai pendakwah tentunya harus memiliki wawasan yang tidak ketinggalan zaman dalam urusannya dalam berdakwah.
Hal ini tentu berkaitan dengan materi dakwah dan disesuaikan dengan siapa-siapa saja yang didakwah.
Selain itu, kesalahan yang datangnya dari juru dakwah itu sendi tentu dapat menjadi problema tersendiri, terutama dalam kaitannya dengan sesama pendakwah.
Karena sama-sama pendakwah, bisa saja pendakwah tidak menerima nasihat dari pendakwah lain karena sudah merasa bisa dan pintar, padahal ada kesalahan penyampaian atau metode daripadanya.
Kesalahan dari pihak juruh dakwah itu sendiri baik kesalahannya dalam memahami permasalahaan dakwah, metodenya, atau sasarannya sungguh telah mengganggu kinerja dakwah dengan gangguan yang tidak pernah dilakukan oleh musuh-musuh Islam.
Sebab hambatan itu merupakan suatu penyakit dalam yang tidak tampak, bisa saja membinasakan pengidap penyakit tersebut tanpa dia sadari sehingga tidak sempat mengambil langkah untuk berusaha menyembuhkannya.
Pemurtadan, Gerakan Sekularisasi, dan Liberalisme
Pemurtadan telah dilakukan sekelompok orang-orang yang tidak senang terhadap kemajuan Islam dan mengajari umat Islam dengan sesuatu yang menyimpang. Gerakan ini umumnya dilakukan pada masyarakat yang ada pada garis kemiskinan.
Sedangkan, gerakan sekularisasi, lanjutnya, biasa dilakukan dengan pemahaman keagamaan yang seolah-olah dilaksanakan oleh sebuah gerakan keagamaan.
Gerakan ini umumnya dilakukan melalui gerakan pemikiran. Kegiatan ini biasanya melakukan koalisi dengan kelompok lain yang tidak senang pada Islam.
Saat ini, gerakan itu makin tampak dengan gerakan pembaruan pemikiran Islam, seperti sekularisasi dan liberalisasi.
Liberalisasi pemikiran Islam telah menemukan medan kondusif karena didukung secara besar-besaran oleh negara-negara Barat.
Gerakan ini didukung kekuatan-kekuatan global yang masih memendam sikap Islam phobia dengan menyebarkan paham pluralisme agama, kesetaraan gender, dan gerakan liberalisasi lainnya yang berusaha meruntuhkan pondasi Islam dengan mendangkalkan aqidah Islam.
Tantangan seperti ini tentunya harus secara positif dikomentari.
Bagaimana seorang pendakwah yang bisa mengajak sekaligus menjauhkan umat dari kemurtadan, sekularisme, dan liberalis serta senantiasa menguatkan aqidah mereka masing-masing.
Bagi orang-orang yang terjerat di lingkaran setan kemiskinan perlu adanya usaha-usaha baik dari lembaga manapun untuk memberi bantuan berupa zakat atau yang lainnya agar mereka tidak menjual keyakinan mereka demi mempertahankan kehidupan dan memperpanjang nafas mereka.
Cara Menghadapi Tantangan Dakwah Masa Kini
Tantangan-tantangan yang kita hadapi sebagai pendakwah memang lebih sulit lagi karena kita berhadapan dengan media yang beraneka ragam bentuk dan fungsinya.
Di satu sisi peluang media saat ini sangat mendukung terealisasinya dakwah, namun disisi lain tantangannya juga tidak ringan.
Agar tidak menimbulkan keputus-asaan bagi kita khususnya para pendakwah, maka diperlukan cara-cara tertentu dalam menghadapi tantangan tersebut, di antaranya:
Menguasai ilmu sedalam-dalamnya, khususnya lebih banyak mengetahui ilmu-ilmu agama untuk mempertebal keyakinan dalam diri.
Dengan begitu, kita tidak akan mudah terpengaruh oleh aneka gangguan dari luar, karena kita sudah memiliki filter dalam menghadapi pengaruh-pengaruh luar tersebut.
Belajar mempergunakan media-media yang berkembang saat ini, baik itu media cetak, elektronik, komunikasi, hingga media sosial lainnya.
Diharapkan kita bisa menggunakan sarana-sarana itu demi kelancaran dan sebagai penunjang dakwah.
Menjaga ajaran-ajaran agama dari pengaruh yang menyesatkan seperti bid’ah maupun khurafat.
Perlu ada peng-kaderan yang serius untuk memproduksi juru-juru dakwah dengan pembagian kerja yang rapi.
Ilmu tabligh belaka tidak cukup untuk mendukung proses dakwah, melainkan diperlukan pula berbagai penguasaan dalam ilmu-ilmu teknologi informasi yang paling mutakhir.
Setiap organisasi Islam yang berminat dalam tugas-tugas dakwah perlu membangun laboratorium dakwah.
Dengan begitu akan dapat diketahui masalah-masalah real di lapangan, agar jelas apa yang akan dilakukan.
Proses dakwah tidak boleh lagi terbatas pada dakwah bil-lisan, tapi harus diperluas dengan dakwah bil-hal, bil-kitaabah (lewat tulisan), bil-hikmah (dalam arti politik) biliqtishadiyah (ekonomi), dan sebagainya.
Yang jelas, berdakwah tidak hanya sebatas kata-kata saja, agar lebih efektif, sikap dan perbuatan juga perlu menunjang dakwah.
Media massa cetak dan terutama media elektronik harus dipikirkan sekarang juga. Media elektronik yang dapat menjadi wahana atau sarana dakwah perlu dimiliki oleh umat Islam.
Bila udara Indonesia di masa depan dipenuhi oleh pesan-pesan agama lain dan sepi dari pesan-pesan Islami, maka sudah tentu keadaan seperti ini tidak menguntungkan bagi peningkatan dakwah Islam di tanah air.
Merebut remaja Indonesia adalah tugas dakwah Islam jangka panjang.
Anak-anak dan para remaja kita adalah aset yang tak ternilai.Mereka wajib kita selamatkan dari pengikisan aqidah yang terjadi akibat invasi nilai-nilai non islami ke dalam jantung berbagai komunitas Islam di Indonesia.
Bila anak-anak dan remaja kita memiliki benteng tangguh (al-hususn al-hamidiyyah) dalam era globalisasi dan informasi sekarang ini, insya Allah masa depan dakwah kita akan tetap ceria.
Tantangan dakwah terdengar semakin berat, kan? Begitulah!
Yang jelas, perlu adanya pengelolaan manajemen dakwah yang profesional dan diatur oleh tenaga-tenaga berdedikasi tinggi, mau berkorban dan ikhlas beramal.
Mengingat potensi umat Islam yang potensial masih sangat terbatas, sementara kita harus mengakomodir segenap permasalahan dan tantangan yang muncul, maka ada baiknya kita coba memilih dan memilah mana yang tepat untuk diberikan skala prioritas.
Jangan sampai dakwah itu lenyap dan menjadi suatu materi keagamaan yang hanya terbatas pada penyampaian seorang kyai pada santrinya.
Metode ibda’ bi-nafsi perlu direalisasikan demi penguatan aqidah dan kesadaran individu akan pentingnya dakwah dalam kehidupan.
Bukan semata-mata hanya kewajiban orang-orang pendakwah saja, melainkan sudah menjadi kewajiban setiap umat muslim selama ia hidup di dunia.
Baca juga:
Salam.
Taman Baca:
Al- Bayanun, Muhammad Abu Fath. (2008). Fiqih Dakwah. Surakarta: Indiva Pustaka.
Basit, Abdul. (tt). Wacana Dakwah Kontemporer. Purwokerto: Pustaka Pelajar.
Muhyiddin, Asep dan Agus Ahmad Safei. (2002). Metode Pengembangan Dakwah. Pustaka Setia: Bandung.
Nelson. (2010). Manajemen Dakwah. Curup: LP2 STAIN Curup.
Salamadanis, dkk. (2009). Menggagas Kembali Eksistensi Ilmu Dakwah, Bengkulu: LP2 STAIN Curup.
Posting Komentar untuk "Tantangan dan Peluang Dakwah Masa Kini"
Posting Komentar
Berkomentarlah sesuai dengan postingan artikel. Mohon maaf, link aktif di kolom komentar tidak akan disetujui.
Diperbolehkan mengutip tulisan di blog Guru Penyemangat tidak lebih dari 30% dari keseluruhan isi (1) artikel dengan syarat menyertakan sumber. Mari bersama-sama kita belajar menghargai karya orang lain :-)