Widget HTML #1

Keluh Kesah Siswa dalam Menghadapi Pembelajaran Daring di Era Pandemi 2022

Dengan adanya kebijakan PPKM Darurat dan PPKM Mikro, mau tidak mau penyelenggaran pembelajaran tatap muka tahun ajaran 2021/2022 harus kembali digelar secara daring.

Jalan tersebut harus dipilih karena kasus covid-19 di Indonesia semakin mengganas. Bukan lagi ribuan, sekarang pemberitaan corona sudah tembus belasan kasus per harinya.

Tentu saja fenomena ini cukup mengerikan. Di tengah terpuruknya kondisi ekonomi negeri, pandemi malah terus menyebar. Dan sekarang? Kita mulai memasuki tahun kedua belajar online.

Belajar dari rumah bukanlah sesuatu hal yang semata-mata menyenangkan. Banyak tantangan, juga banyak hambatan. Tidak hanya guru, melainkan juga siswa.

Bukanlah hal yang mudah ketika seorang siswa menangkap ilmu dari berbagai media atau platform online. Mereka masihlah anak-anak dan butuh sekali bimbingan.

Pun demikian dengan guru. Sudah menjadi keluh kesah tersendiri ketika guru harus beradaptasi sepersekian persen lebih cepat daripada siswa, terutama dalam hal mindset mengajar dan memahami teknologi pembelajaran.

Namun, dalam tulisan kali ini Gurupenyemangat.com akan lebih berfokus pada keluh kesah siswa dalam menghadapi pembelajaran daring di era pandemi tahun 2022.

Sudah pasti banyak keluh kesah bahkan kekesalan, kan?

Pastinya. Tidak hanya di awal-awal gelaran pembelajaran online melainkan juga sampai hari ini. Oke, disimak saja ya beragam keluh kesah yang telah dan sedang dialami oleh siswa.

Keluh Kesah Siswa dalam Menghadapi Pembelajaran Daring
Keluh Kesah Siswa dalam Menghadapi Pembelajaran Daring. Dok. Gurupenyemangat.com

1. Banyaknya Tugas yang Diberikan Guru

Tugas yang menumpuk selama pembelajaran daring memang menjadi keluh kesah paling utama yang dialami oleh nyaris seluruh siswa di Indonesia.

Tidak peduli mau sekolah metropolitan maupun sekolah sederhana di pinggir desa, semuanya sama saja.

Keluhan pertama yang bahkan disuarakan oleh Mas Mendikbud Nadiem Makarim dan KPAI bidang pendidikan adalah banyaknya tugas.

Siswa pontang-panting dalam mengerjakan tugas karena sering kali beban tersebut harus diselesaikan dalam waktu singkat.

Padahal, jumlah mata pelajaran di sekolah tidak hanya satu, kan?

Di SD misalnya. Ada hingga 10 mata pelajaran yang wajib siswa pelajari selama satu minggu. Bayangkan bila kemudian tiap guru memberikan 10 latihan soal saja. Berarti sudah 100 soal yang harus siswa kerjakan di rumah.

Butuh bantuan orang tua?

Pastinya.

Bahkan tidak jarang malah orang tua siswa yang menyelesaikan tugas anak-anaknya.

2. Siswa Sulit Memahami Penjelasan dan Instruksi Guru Selama Pembelajaran Daring

Benar. Banyak siswa yang selama ini kurang begitu paham dengan penjelasan yang biasa disampaikan guru lewat Whatsapp group, Zoom Meeting, hingga Google Meet.

Entah itu faktor sinyal internet, penjelasan guru yang terlalu cepat, hingga durasi belajar yang terlampau singkat.

Bayangkan bila kemudian siswa langsung diberikan tugas sejenak seusai pembelajaran daring. Hemm, terkadang siswa kelabakan dan langsung bertanya kepada orang tuanya di rumah.

Jika orang tua pun tidak mengerti? Siswa terkadang mencoba bertanya kepada teman dan guru mapel terkait.

Jika tidak ada yang menjawab?

Ya, siswa pun akhirnya bosan dan lebih memilih untuk tidak lagi mengerjakan tugas tersebut.

Sudah banyak terjadi fenomena yang demikian ini. Tidak hanya siswa SD, bahkan siswa SMA pun demikian. Bisa jadi siswa SMA tugasnya sudah lebih menumpuk lagi.

Sebagai salah satu bukti, para siswa penggores kata di blog ini sudah tidak pernah menyumbang karya fiksi lagi. Padahal kemarin saat liburan mereka cukup rajin. Tapi sekarang? Mereka juga rajin menyelesaikan tumpukan tugas. Hemm. Semangat.

3. Belajar Daring Itu Membosankan

Belajar Daring Itu Membosankan
Belajar Daring Itu Membosankan.Gambar oleh mohamed Hassan dari Pixabay

Bagi siswa, berhari-hari belajar di rumah kemudian mengerjakan tugas itu membosankan. Mereka tidak bisa bertemu teman sekelas, tidak bisa bertemu guru, hingga bermain bersama.

Aktivitas sehari-hari di rumah praktis “itu-itu” saja hingga akhirnya anak-anak generasi penerus bangsa ini kurang bersosialisasi terhadap lingkungannya.

Para siswa sudah pasti sangat butuh refreshing alias jalan-jalan baik bersama teman maupun keluarga.

Tapi, apalah daya hari ini masih pandemi, bahkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) pun diterapkan.

Mau tidak mau mereka harus tetap belajar di rumah, dan #stayathome.

4. Sulitnya Mendapatkan Sinyal Internet yang Stabil

Sedihnya, jaringan internet di Indonesia ini belum sepenuhnya stabil. Terkadang ada sinyal, namun internetnya begitu lemot.

Ini sungguh masalah besar terutama saat pembelajaran daring berlangsung dengan menggunakan platform belajar yang butuh sinyal kencang.

Sebut saja seperti YouTube, Zoom, dan Google Meet. Ketiga aplikasi pembelajaran ini akan lancar jika diakses melalui jaringan 4G dan 4G-LTE.

Jika sinyal internet siswa masih 3G, maka siap-siap saja bahwa mereka akan kesulitan mendapatkan akses belajar.

5. Siswa Belum Punya Handphone, Siswa Punya Handphone Namun Tidak Punya Kuota Internet

Dua masalah ini sengaja kita rakit satu paket. Masih banyak siswa yang belum mampu beli smartphone, dan banyak pula siswa yang sudah punya gadget namun tidak mampu membeli kuota secara rutin.

Setahun lebih pembelajaran daring berlangsung, keluh kesah siswa akan tidak adanya kuota internet selalu hadir di beranda media sosial.

Meskipun ada bantuan kuota belajar gratis dari Kemendikbud, namun sayangnya bantuan tersebut tidak menyasar ke seluruh siswa.

Dan, jika siswa tidak punya handphone, bagaimana bisa mereka mendapatkan kuota internet? Hal ini menjadi kritik mendasar nan krusial terkait eksistensi pembelajaran online.

***

Di luar daripada kelima hambatan di atas, masih banyak keluh kesah lain siswa dalam menghadapi pembelajaran daring tepatnya pada tahun 2022 ini.

Kreativitas dan pengertian guru sangat penting untuk mengurangi keluh kesah siswa seraya menyukseskan pembelajaran online.

Yang terpenting adalah, guru perlu menyadari bahwa seluruh siswa wajib mendapatkan akses belajar yang sama. Karena sejatinya pendidikan adalah hak tiap-tiap anak selaku warga negara.

Salam.

Baca juga: Contoh Karangan Pengalaman Belajar di Rumah Selama Pandemi Corona 2022

Guru Penyemangat
Guru Penyemangat Guru Profesional, Guru Penggerak, Blogger, Public Speaker, Motivator & Juragan Emas.

Posting Komentar untuk "Keluh Kesah Siswa dalam Menghadapi Pembelajaran Daring di Era Pandemi 2022"