Widget HTML #1

3 Contoh Cerita Pendek Tentang Hewan Peliharaan Kucing di Rumahku

Contoh Cerita Pendek Tentang Hewan Peliharaan Kucing di Rumahku
Contoh Cerita Pendek Tentang Hewan Peliharaan Kucing di Rumahku. Gambar oleh Chiemsee2016 dari Pixabay

Hai, Sobat Guru Penyemangat. Apakah dirimu punya hewan peliharaan? Atau, dirimu saat ini sedang memelihara kucing?

Nah! Jika iya, berarti kita sama. Aku juga punya peliharaan kucing, nih. Seru sih, mengasyikkan dan menyenangkan pokoknya.

Setiap hari kami bisa bermain, dan beberapa kali aku pula sering terhibur ketika melihat kucing-kucingku datang menghampiri.

Meskipun 3 tahun terakhir kita seakan dijajah oleh pandemi Corona dan sekarang sudah mulai pancaroba, agaknya kecintaan kita terhadap kucing masihlah sama.

Rasa-rasanya mereka sedang bercakap-cakap dengan kita. Padahal, kenyataannya si kucing cuma mau minta makan tuh! Hahaha

Setiap orang yang memelihara kucing pasti punya cerita dan kisah tersendiri tentang hewan peliharaannya. Maka dari itu, mengapa tidak kita kisahkan saja keisengan dan keseruan tentang kucing?

Yup. Eh, tapi kan menulis cerita pendek dan singkat tentang hewan peliharaan itu sulit! Masa sih? Kata siapa?

Mudah, kok. Jika dirimu punya seekor atau beberapa ekor kucing, maka tulis saja cerita pendek tentang keseharianmu dengan hewan peliharaan tersebut.

Berikan ia nama, ceritakan keseruan ketika dirimu bersama si kucing, keusilannya, apa makanan yang disukainya, dan momen apa saja yang bisa membuatmu bahagia atau malah jengkel dengan hewan Omnivora ini.

Lho, bukannya kucing itu karnivora? Tapi…kucing kampung kan suka makan rumput, pucuk singkong rebus, bahkan makan nasi? Eh.

Daripada berbebat, mari kita simak beberapa contoh cerita pendek tentang kucing sebagai hewan peliharaan ala Gurupenyemangat.com berikut ini:

Contoh Cerita Pendek Tentang Hewan Peliharaan Kucing

Kucingku Belang Tiga

Kucingku Belang Tiga
Kucingku Belang Tiga. Gambar oleh K L dari Pixabay 

“Meooong…” Tiba-tiba kucing itu mendekatiku. Namanya Chiyo. Chiyo adalah salah satu kucing kesayanganku. Kucing jenis Persia ini belang tiga. Ada warna cokelat, putih, dan hitam.

Sehari-hari Aku dan Chiyo sering bermain bersama. Aku terkadang menyiapkan bola plastik dan tali karet untuk mengajak Chiyo bermain.

Chiyo sangat senang ketika Aku beri makan. Dia ternyata tidak mau makan nasi sehingga Ibuku belikan pakan kucing merek Whiskas. Kucing belang tiga ini makan tiga kali sehari.

Di rumah, tepatnya sepulang sekolah Aku sering datang ke kandang Chiyo untuk memberikan makan sekaligus menyiapkan air minum jikalau airnya habis.

Bulu Chiyo sangat halus dan kami sering memandikannya. Aku harap, Chiyo selalu sehat agar bisa menemani bermain, terutama ketika aku sedang kesepian di rumah.

Kucing Kampung Jagoanku

Kucing Kampung Jagoanku
Kucing Kampung Jagoanku. Gambar oleh Dim Hou dari Pixabay 

Aku tidak punya kucing Anggora maupun Persia. Di rumahku malahan ada banyak kucing kampung. Ada 5 malahan.

Namanya, Pupus, Tamtam, Ciro, Cira, dan Cia. Induk kucing kampung namanya Pupus. Sedangkan yang keempat lainnya adalah anak-anak Pupus.

Walaupun hanya kucing kampung, tapi hewan peliharaanku ini hebat-hebat. Boleh Aku bilang mereka adalah jagoan. Terutama Pupus sang induk.

Iya. Pupus cukup rajin menangkap tikus, belalang, kadal, bahkan cicak yang melewati dinding rumah kami.

Romantisnya, Pupus pun memberikan tangkapannya kepada anak-anak layaknya seorang Ibu yang memberikan makan kepada sang buah hati.

Pupus warnanya hitam putih, Tamtam warna hitam, sedangkan Ciro, Cira, dan Cia memiliki warna dominan abu-abu.

Setiap hari, kelima kucingku makan nasi yang bercampurkan udang atau ikan asin panggang. Kadang-kadang Aku berikan pula mereka pakan kucing.

Di rumah, kelima kucing tersebut tidak tinggal di kandang. Mereka tidur di gudang samping dapur kami.

Di sana ada bekas kardus dan kain yang sudah tidak terpakai. Meski begitu, masih bersih kok.

Memelihara kucing kampung bagiku sangat menyenangkan. Salah satu alasannya yaitu, Aku dan keluargaku tidak perlu membuang kotoran kucing karena mereka tidak manja.

Terkadang pula, kucing kampung lebih mandiri karena bisa mencari makan sendiri dengan menangkap hewan seperti tikus, burung, belalang, cicak, dan kadal.

Aku sangat menyayangi kelima kucingku walaupun mereka sering berkelahi. Tapi tidak mengapa, sejenak setelah makan siang atau sore kucing-kucingku akan kembali berdamai.

Kesal dengan Kucing Tetangga

Kesal dengan Kucing Tetangga
Kesal dengan Kucing Tetangga. Gambar oleh Luis Wilker WilkerNet dari Pixabay

Di rumah ini aku punya dua ekor kucing. Namanya ialah Bao dan Trixie. Bao adalah kucing jantan warna hitam polos yang bulunya sangat halus, sedangkan Trixie adalah kucing betina warna putih. Benar-benar cantik.

Setiap hari, kedua kucing ini sering bermain bersama. Kala aku mau berangkat sekolah, keduanya mulai mengikutiku dan berjemur di samping garasi.

Beruntung halaman rumah kami cukup luas sehingga Bao dan Trixie sering bermain, memakan rumput, dan duduk di sana.

Yang aku kagumi adalah Bao, dia kucing jantan yang hebat karena berani mengusir anjing liar. Padahal kita sering saksikan bersama bahwa kucing biasanya takut dengan anjing.

Hebatnya, Bao tidak. Bao malah berani dan akan mencoba mencakar anjing liar bila memasuki halaman rumah kami.

Hanya saja, beberapa hari ini aku cukup kesal dengan tingkah kucing tetangga. Bukan apa-apa, kucing tersebut tiba-tiba saja sering datang ke rumah kami tepatnya ketika hari mulai malam.

Suaranya yang mengeong cukup keras tidak jarang membuat ayahku naik pitam. Aku juga kesal dan jengkel karena suara tersebut tidak enak didengar.

Aku rasa, motif kucing tetangga tersebut sering singgah ke rumahku ialah karena dia sedang naksir dengan Trixie.

Sebenarnya jika kucing tetangga itu datang baik-baik, Aku tidak bakal sekesal ini. Bahkan, Ibuku akan dengan rela hati memberikan kucing itu makanan.

Tapi ya, datangnya saja “grasak-grusuk” dan memusingkan seperti itu! Ya, mau tidak mau Ayahku pun sering mengusirnya agar suasana rumah kami kembali tenang.

Bisa dibayangkan, bukan? Ketika ada kucing tak dikenal malam-malam mengeong sekeras-kerasnya. Otomatis kita tidak bisa tidur cepat. Hemm. Dasar kucing tetangga yang menyebalkan!

*

Oke. Demikianlah cerita pendek tentang hewan peliharaan yang bisa Guru Penyemangat sajikan.

Nah, cerita pendek tentang kucing di atas bisa Kamu jadikan contoh untuk membuat karangan hewan peliharaan, ya. Siapa tahu suatu ketika ada guru yang memintamu untuk menulis kisah tentang kucing. 

Memelihara kucing memang menyenangkan. Jadi, rawatlah kucingmu dengan sebaik-baiknya, ya.

Atau, dirimu mau baca cerita singkat tentang hewan peliharaan selain kucing? Boleh, kok. Guru Penyemangat juga sudah sediakan cerita pendek tentang Ikan, Ayam, dan Kelinci. Boleh baca di:

Guru Penyemangat
Guru Penyemangat Guru Profesional, Guru Penggerak, Blogger, Public Speaker, Motivator & Juragan Emas.

2 komentar untuk "3 Contoh Cerita Pendek Tentang Hewan Peliharaan Kucing di Rumahku"

Comment Author Avatar
Terbaik mass, saya jadi mau nulis hahahaha
Comment Author Avatar
Hahaha, siap mas. Potensial Mas. Gas gas

Berkomentarlah sesuai dengan postingan artikel. Mohon maaf, link aktif di kolom komentar tidak akan disetujui.

Diperbolehkan mengutip tulisan di blog Guru Penyemangat tidak lebih dari 30% dari keseluruhan isi (1) artikel dengan syarat menyertakan sumber. Mari bersama-sama kita belajar menghargai karya orang lain :-)