Widget HTML #1

Renungan Isra Miraj: Sesudah Kesulitan Selalu Ada Kemudahan

Alhamdulillah, alhamdulillah Allah masih memberi kita kesempatan umur sehingga bisa terus bernapas jelang tanggal 27 Rajab 1444 Hijriyah, atau yang bertepatan dengan tanggal 18 Februari 2023.

Tanggalan tersebut sungguh spesial karena kembali mengajak kita untuk merenungi peristiwa besar umat Islam yang disebut Isra Miraj.

Renungan Isra Miraj Sesudah Kesulitan Selalu Ada Kemudahan
Renungan Isra Miraj. Designed by Freepik

Isra yaitu perjalanan kilat Rasulullah SAW menjemput perintah Shalat yang dilakukan dari Masjidil Aqsa menuju Masjidil Haram.

Sedangkan Miraj adalah perjalanan Nabi Muhammad SAW menembus langit hingga ke Sidratul Muntaha untuk menjemput perintah Shalat

Atas izin Allah, perjalanan hebat ini berlangsung selama 1 malam. Aneh dalam logika, tapi semakin yakin sebagai penguat iman.

Meski begitu, hari ini keadaan kita umat muslim di seluruh dunia cukup rumit. Menyambung ujian berat yang Allah timpakan sejak tahun kemarin, tahun 2022 ini kita kembali berhadapan dengan pandemi.

Padahal vaksinasi sudah digencarkan, tapi tetiba saja hadir virus corona baru dengan nama Omricon.

Terasa membenani, memang. Tapi, walaupun demikian beratnya cobaan hidup hari ini, semoga kita tetap dan senantiasa menggunakan momentum Isra Miraj demi membasuh kembali hati serta iman yang dahulu telah keruh.

Perintah meyakini Isra Miraj telah Allah tuangkan pada ayat awal Surah Al-Isra’ ayat 1, tepatnya pada kalimat“ Subhaana”.

Kalimat Subhaana yang berarti“ Maha Suci Allah” merupakan penegasan kalau kejadian Isra Miraj cuma dapat diyakini oleh iman kita serta belum mampu ditangkap oleh akal pikir.

Atas dasar perintah percaya inilah setelah itu terdapat uraian kalau Nabi Muhammad sudah melaksanakan ekspedisi dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa cuma dalam satu malam, dilanjutkan dengan perjalanan kilat menembus langit buat menjemput ibadah Sholat.

Tidak dapat dibayangkan oleh akal pikir, kan?

Mbah Google saja mengatakan kalau jarak kedua masjid ini merupakan 1.462,9 kilometer. Okelah, hari ini kita telah memiliki pesawat sampai jarak ribuan KM dapat ditempuh secepatnya. Tetapi dahulu pada era nabi, hanya terdapat unta, kan?

Bersandar dari sana, cuma dengan imanlah kita dapat merenungkan ini. cuma dengan iman pulalah kita dapat menyadarkan diri kalau hadirnya coronavirus ialah tes dari Allah.

Renungan Isra Miraj: Sesudah Kesulitan Selalu Ada Kemudahan

O ya, jikalau sesekali kita coba merenungi musibah kemudian mengaitkan bencana covid-19 dengan ujian yang dulu dihadapi oleh Nabi, maka didapatkan titik simpul bahwa keduanya tidak jauh dari perkara iman.

Coronavirus tidaklah wabah kaleng-kaleng, buktinya sudah banyak nyawa makhluk yang melayang. Di sisi yang sama, pandemi juga sudah lewat 1 tahun "betah" mewabah di Bumi Pertiwi.

Kita sedih sebenarnya. Sekolah susah, jalan-jalan susah, mudik tidak bisa, pun dengan beragam kegiatan di luar rumah lainnya. Kesabaran diri dan keluarga benar-benar diuji.

Refleksi Isra Miraj 2021
Sesudah Kesulitan Selalu Ada Kemudahan (Kemuliaan). Designed by Freepik

Tapi, pada era sahabat nabi pula begitu. Tercatat ada wabah mengerikan yang dinamakan wabah Tha’un.

Tidak jauh berbeda, bahkan mungkin lebih parah dari covid-19, wabah Tha'un pula mengerikan.

Rasul SAW mengibaratkan kematian massal gegara wabah ini layaknya kambing yang mendadak mati. (Hadis Riwayat Al-Bukhari No. 3176 dikutip dari kitab Ensiklopedia Akhir Zaman karya Dr. Muhammad Ahmad Al-Mubayyadh)

Meski peristiwa suram tersebut berbeda era, tetapi solusinya tetaplah sama. Terdapat pemecahan lahiriah, juga pemecahan batiniyah. 

Secara lahiriyah penduduk bumi menghindari dengan ikhtiar semacam hidup bersih, pakai masker hingga social distancing, serta secara batiniah kita senantiasa berdoa, bersabar, dan senantiasa berbaik sangka kepada Allah.

Kembali kepada renungan Isra Miraj di tengah pandemi, rasanya cobaan ini mesti kita yakini kalau di sebalik ujian yang sulit akan ada kemudahan setelahnya.

Cobaan dari Allah memanglah bertingkat-tingkat serta masing-masing darinya hendak membuat umat naik kelas serta mengarah kemuliaan alias takwa.

Mengapa mulia? Mari kita kembali merujuk kepada kisah Nabi.

Dahulu sebelum Nabi Muhammad melakukan Isra Miraj, beliau sempat dihadirkan kesedihan serta cobaan yang berat. Rasul SAW ditinggalkan oleh Abu Thalib serta istri tercinta, Khadijah. 

Di episode yang sama, Rasul pula berulang kali ditentang oleh kalangan kafir Quraisy.

Atas kesedihan tersebut, Allah kemudian menghibur Nabi Muhammad SAW serta memerintahkan malaikat Jibril agar mengajak Nabi mengadakan Isra Miraj dengan menaiki Buroq.

Perjalanan tersebut harus melalui 7 lapis langit, Sidratul Muntaha, serta sampailah di tempat istimewa bernama Mustawa.

Di sanalah Rasul menjemput perintah Shalat dari yang jumlahnya 50 waktu jadi 5 waktu. Subhanallah, cuma Allah Azza Wa Jalla semata yang mempunyai kuasa atas ekspedisi luar biasa ini.

Sehabis ekspedisi Isra Miraj, Nabi Muhammad SAW setelah itu menyampaikan kabar kepada umat manusia dengan naik ke atas Jabal Qubais seray berkisah bahwa beliau sudah melakukan Isra Miraj. 

Dan.. di sinilah  kemudian ujian kemuliaan itu bermula.

Ustaz Adi Hidayat menerangkan bahwa pada moment di kala Rasul memberitakan kejadian Isra Miraj kepada umat, muncullah banyak keraguan manusia ketika itu, dan yang sangat bahagia merupakan Abu Jahal.

Kok bisa sebegitunya Abu Jahal bahagia? Sebab, peristiwa Isra Miraj susah dicerna oleh akal sehingga momentum tersebut cocok bagi Abu Jahal untuk dapat kembali “menusuk” Rasul.

Syahdan, dari situlah orang-orang yang ragu jadi terus menjadi ingkar kepada Nabi, yang ingkar malah menjadi marah kepada Nabi, serta yang kemarin percaya malah menjadi ragu kepada Nabi.

Kecuali?

Tinggal satu orang, yang bernama Abu Bakar. Abu Bakar senantiasa memercayai Rasul di dikala orang- orang mulai ragu serta mengingkari.

Betapa tingginya kepercayaan Abu Bakar kepada Allah lewat Nabi Muhammad SAW, betapa tidak goyahnya iman dia dengan senantiasa membenarkan dakwah Rasul SAW, sebagaimana arti terdalam dari gelar As-Shiddiq.

Kesimpulannya, didapatlah pelajaran yang sangat berharga kalau tiap cobaan yang berat bakal berakhir dengan kemudahan sekaligus kemuliaan, sepanjang ujian berat itu dialami dengan keteguhan hati serta iman yang kokoh kepada Allah SWT.

Seseorang Rasul, sehabis ditimpakan cobaan yang begitu berat dia kemudian dinaikan ke tempat yang mulia demi mengadakan pertemuan dengan Allah. 

Allah sajikan tempat yang besar serta mulia, Allah turunkan perintah serta kemuliaan yang bernama Shalat selaku jalan pembuka pintu surga.

Seirama dengan peristiwa Isra Miraj, kedatangan pandemi yang masih merajalela hingga ini seolah jadi ajang seleksi untuk umat.

Kian taat ataupun kian ingkar?

Kian dekat ataupun kian jauh kepada Allah?

Sikap kian taat serta kian dekat kepada Allah, seperti itulah jalur menggapai kemuliaan selaku hamba.

Meski keadaan hari ini masih begitu sulit, beruntungnya kita masih diberikan peluang agar segera bertaubat, diberikan waktu agar senantiasa melakukan perbaikan diri, serta diberikan akal yang jernih untuk memetik renungan di sebalik fenomena.

Mudah-mudahan dengan segala upaya, daya juang, konsistensi beribadah, hingga kesabaran masing-masing darinya bakal membuat diri semakin yakin bahwa di sebalik kesulitan itu akan ada kemudahan plus kemuliaan. Aamiin.

Salam.
Ditulis oleh Ozy V. Alandika

Lanjut Baca: Teks Ceramah Singkat Tentang Isra Miraj 1443 Hijriah Tahun 2022

Guru Penyemangat
Guru Penyemangat Guru Profesional, Guru Penggerak, Blogger, Public Speaker, Motivator & Juragan Emas.

3 komentar untuk "Renungan Isra Miraj: Sesudah Kesulitan Selalu Ada Kemudahan"

Comment Author Avatar
Ulasan yang keren dan sangat bermanfaat. Terima kasih telah berbagi.
Comment Author Avatar
Terima kasih kembali, Bu Nazar
Salam Hangat Bu
Comment Author Avatar
Dan memang Allah selalu ada untuk kita ya..
Nice article, makasih ya

Berkomentarlah sesuai dengan postingan artikel. Mohon maaf, link aktif di kolom komentar tidak akan disetujui.

Diperbolehkan mengutip tulisan di blog Guru Penyemangat tidak lebih dari 30% dari keseluruhan isi (1) artikel dengan syarat menyertakan sumber. Mari bersama-sama kita belajar menghargai karya orang lain :-)