Widget HTML #1

Koneksi Antar Materi Modul 3.1 - Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin

Koneksi Antar Materi Modul 3.1 - Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin

Koneksi Antar Materi Modul 3.1
Koneksi Antar Materi Modul 3.1

Tujuan Pembelajaran Khusus: 

CGP membuat kesimpulan (sintesis) dari keseluruhan materi yang didapat, dengan beraneka cara dan media.

CGP dapat melakukan refleksi bersama fasilitator untuk mengambil makna dari pengalaman belajar dan mengadakan metakognisi terhadap proses pengambilan keputusan yang telah mereka lalui dan menggunakan pemahaman barunya untuk memperbaiki proses pengambilan keputusan yang dilakukannya.

Kegiatan Pemantik:

Bacalah kutipan ini dan tafsirkan apa maksudnya:

“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”

(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best).

Bob Talbert

Dari kutipan di atas, apa kaitannya dengan proses pembelajaran yang sedang Anda pelajari saat ini?

Bagaimana nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang kita anut dalam suatu pengambilan keputusan dapat memberikan dampak pada lingkungan kita?

Bagaimana Anda sebagai seorang pemimpin pembelajaran dapat berkontribusi pada proses pembelajaran murid, dalam pengambilan keputusan Anda?

Menurut Anda, apakah maksud dari kutipan ini jika dihubungkan dengan proses pembelajaran yang telah Anda alami di modul ini? Jelaskan pendapat Anda.

Education is the art of making man ethical.

Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis.

~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~

Setelah melewati tahapan-tahapan pembelajaran sebelumnya, inilah saatnya Anda menarik kesimpulan, berefleksi mengaitkan materi-materi yang sudah dipelajari, baik di dalam modul 3.1. ataupun kaitannya dengan materi di modul lain.

Untuk menunjukkan pemahaman Anda akan kaitan antarmateri ini Anda akan membuat tulisan yang menunjukkan koneksi antarmateri.

Buatlah sebuah rangkuman dari proses perjalanan pembelajaran Anda sampai saat ini pada program guru penggerak ini.

Anda dapat memilih bentuk rangkuman kesimpulan Anda dengan cara:

menulis sebuah blog atau membuat tulisan di Google Site, dan mengundang rekan-rekan seprofesi Anda untuk memberikan tanggapan atas tulisan Anda.

bentuk sebuah presentasi video yang dimuat di media sosial, menggunakan media animasi sederhana, misalnya powtoon atau screencast atau media sosial lainnya.

Bila Anda tidak ingin menggunakan media sosial, Anda dapat membuat sebuah jurnal akan perjalanan pembelajaran Anda. Akan lebih baik, bila bentuk rangkuman kesimpulan Anda dapat mengundang pihak luar untuk menanggapi tulisan Anda, sehingga ini bisa menjadi umpan balik yang positif akan proses berpikir Anda.

Jangan lupa akan tenggat waktu (Hari/Tanggal/Waktu) yang tercantum di LMS.

Di bawah ini ada berbagai pertanyaan panduan yang bisa membantu Anda merangkum pemahaman Anda:

Panduan Pertanyaan untuk membuat Rangkuman Kesimpulan Pembelajaran (Koneksi Antarmateri):

  • Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
  • Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
  • Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.
  • Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
  • Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
  • Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
  • Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?
  • Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?
  • Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
  • Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
  • Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
  • Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
  • Bagaimana dampak mempelajari konsep  ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
  • Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Kegiatan Pemantik Koneksi Antar Materi Modul 3.1

Bacalah kutipan ini dan tafsirkan apa maksudnya:

“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”

(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best). Bob Talbert

Dari kutipan di atas, apa kaitannya dengan proses pembelajaran yang sedang Anda pelajari saat ini?

Kutipan tersebut menyoroti perbedaan antara sekadar mengajarkan keterampilan praktis seperti menghitung, dan mengajarkan nilai-nilai dan prioritas yang lebih penting dalam kehidupan. Mengajarkan anak-anak untuk menghitung adalah hal yang baik dan penting dalam pendidikan mereka, tetapi yang lebih penting adalah memberi mereka pemahaman tentang apa yang benar-benar penting dalam hidup, seperti nilai-nilai moral, etika, kejujuran, empati, dan kebaikan.  

Dalam konteks proses pembelajaran yang sedang Saya  alami, kutipan tersebut mungkin mengingatkan Saya  bahwa sementara Saya  dapat fokus pada mempelajari keterampilan dan pengetahuan tertentu, penting juga untuk memperhatikan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang membentuk karakter Saya . Proses pembelajaran tidak hanya tentang peningkatan pengetahuan teknis, tetapi juga tentang pertumbuhan pribadi dan pengembangan nilai-nilai yang akan membantu Saya  menjadi individu yang lebih baik secara menyeluruh.

Bagaimana nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang kita anut dalam suatu pengambilan keputusan dapat memberikan dampak pada lingkungan kita?

Nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang kita anut dalam pengambilan keputusan dapat memiliki dampak yang signifikan pada lingkungan sekolah atau pendidikan kita. Berikut adalah beberapa cara nilai-nilai tersebut dapat memengaruhi:

1. Integritas: Mengutamakan integritas dalam pengambilan keputusan dapat memastikan bahwa keputusan yang diambil didasarkan pada kejujuran, kebenaran, dan moralitas. Hal ini dapat menciptakan lingkungan sekolah yang memiliki budaya yang kuat dalam hal kejujuran dan kepercayaan, yang pada gilirannya dapat mendorong siswa untuk menghormati nilai-nilai tersebut.

2. Keadilan: Memiliki prinsip-prinsip keadilan dalam pengambilan keputusan berarti memperlakukan setiap individu dengan adil dan setara. Ini bisa mempengaruhi kebijakan sekolah dalam hal pengakuan prestasi, penegakan aturan, dan distribusi sumber daya. Memastikan keadilan dalam lingkungan pendidikan dapat menciptakan atmosfer yang inklusif dan mendukung bagi semua siswa.

3. Empati: Memprioritaskan empati dalam pengambilan keputusan dapat membantu pendidik memahami perspektif dan kebutuhan siswa dengan lebih baik. Dengan mempertimbangkan empati dalam interaksi dan keputusan, sekolah dapat menciptakan lingkungan yang ramah, mendukung, dan memotivasi siswa untuk tumbuh dan belajar.

4. Kualitas Pendidikan: Nilai-nilai seperti komitmen terhadap kualitas pendidikan, inovasi, dan tanggung jawab dapat membentuk budaya pembelajaran yang dinamis dan berkembang di lingkungan sekolah. Dengan mengutamakan nilai-nilai ini dalam pengambilan keputusan, sekolah dapat terus berupaya untuk meningkatkan standar pendidikan, memotivasi staf dan siswa, serta menciptakan lingkungan di mana prestasi akademik dapat tumbuh.

5. Kerjasama: Mendorong nilai-nilai kerjasama dan kolaborasi dalam pengambilan keputusan dapat memperkuat hubungan antara staf, siswa, dan komunitas sekolah. Dengan memprioritaskan kerjasama, sekolah dapat menciptakan atmosfer di mana dukungan saling memperkuat dan mempromosikan pembelajaran yang berkelanjutan.

Keseluruhan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang diterapkan dalam pengambilan keputusan dapat membentuk budaya sekolah yang positif, memengaruhi interaksi dan hubungan antar anggota komunitas sekolah, serta membantu mencapai tujuan pendidikan yang lebih luas.

Bagaimana Anda sebagai seorang pemimpin pembelajaran dapat berkontribusi pada proses pembelajaran murid, dalam pengambilan keputusan Anda?

Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, kontribusi saya dalam proses pembelajaran murid dapat sangat signifikan. Berikut cara saya dapat berperan dalam pengambilan keputusan:

1. Membangun Visi Bersama: Sebagai pemimpin pembelajaran, saya dapat memimpin proses pembangunan visi bersama dengan staf, siswa, dan komunitas sekolah. Dengan melibatkan semua pihak dalam merumuskan visi dan tujuan pendidikan yang jelas, saya dapat memastikan bahwa keputusan yang diambil sejalan dengan arah yang ditetapkan.

2. Mengedepankan Keterlibatan Siswa: Dalam pengambilan keputusan terkait pembelajaran, penting untuk melibatkan siswa secara aktif. Saya dapat menciptakan mekanisme yang memungkinkan siswa untuk memberikan masukan, membagikan pendapat mereka, dan merasa memiliki bagian dalam proses pembelajaran.

3. Menggunakan Data dan Bukti: Sebagai pemimpin pembelajaran, saya dapat memastikan bahwa keputusan yang diambil didasarkan pada data dan bukti yang relevan. Dengan mengumpulkan dan menganalisis data pencapaian siswa, umpan balik dari staf, dan hasil penelitian pendidikan, saya dapat membuat keputusan yang lebih terinformasi.

4. Mendorong Kolaborasi: saya dapat menciptakan budaya kolaborasi di antara staf sekolah, memfasilitasi pertukaran ide dan praktik terbaik, serta mendorong tim kerja yang efektif. Dengan mendorong kolaborasi, saya dapat memastikan bahwa keputusan yang diambil mencerminkan pandangan kolektif dan memanfaatkan keahlian dan pengalaman yang beragam.

5. Berpegang pada Nilai-Nilai Kebajikan: Sebagai pemimpin pembelajaran, saya dapat menjadi teladan dalam menerapkan nilai-nilai inti seperti integritas, keadilan, dan empati dalam pengambilan keputusan. Dengan konsisten berpegang pada nilai-nilai ini, saya dapat menciptakan lingkungan yang mendukung pembelajaran dan perkembangan holistik siswa.

Menurut Anda, apakah maksud dari kutipan ini jika dihubungkan dengan proses pembelajaran yang telah Anda alami di modul ini? Jelaskan pendapat Anda.

Education is the art of making man ethical.

Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis.

~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~

Kutipan "Education is the art of making man ethical" mengisyaratkan bahwa tujuan utama dari pendidikan bukan hanya untuk mentransfer pengetahuan dan keterampilan praktis kepada siswa, tetapi juga untuk membentuk karakter dan perilaku yang etis. Ketika kita menghubungkan kutipan ini dengan proses pembelajaran yang melibatkan pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan, ada beberapa hal yang bisa dijelaskan:

1. Prioritas Nilai-Nilai Kebajikan: Kutipan tersebut menekankan bahwa pendidikan harus bertujuan untuk mengajarkan nilai-nilai kebajikan seperti integritas, kejujuran, empati, dan tanggung jawab kepada siswa. Dalam proses pembelajaran yang melibatkan pengambilan keputusan, nilai-nilai ini harus diperhitungkan dan diprioritaskan dalam setiap langkah proses pengambilan keputusan.

2. Pembentukan Karakter: Proses pembelajaran yang berfokus pada nilai-nilai kebajikan tidak hanya membantu siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga membantu membentuk karakter mereka. Melalui pengambilan keputusan yang didasarkan pada nilai-nilai kebajikan, siswa belajar untuk menginternalisasi prinsip-prinsip etis dalam tindakan mereka sehari-hari.

3. Keterlibatan Aktif dalam Pembelajaran: Pembelajaran etis tidak hanya terjadi melalui pengajaran langsung, tetapi juga melalui pengalaman langsung dalam pengambilan keputusan. Dalam modul pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan, siswa mungkin diminta untuk secara aktif terlibat dalam situasi-situasi pembelajaran yang menuntut mereka untuk mempertimbangkan nilai-nilai kebajikan dalam proses pengambilan keputusan.

4. Penerapan Nilai-Nilai dalam Kehidupan Sehari-Hari: Tujuan akhir dari pendidikan yang bertujuan untuk membuat manusia etis adalah agar siswa dapat menerapkan nilai-nilai kebajikan tersebut dalam kehidupan sehari-hari mereka, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Oleh karena itu, proses pembelajaran harus dirancang untuk memberikan pengalaman praktis yang membantu siswa mengembangkan kemampuan untuk membuat keputusan yang etis dalam berbagai konteks kehidupan.

Dengan demikian, kutipan tersebut menyoroti pentingnya nilai-nilai kebajikan dalam pendidikan dan relevansinya dengan proses pembelajaran yang melibatkan pengambilan keputusan berdasarkan prinsip-prinsip etis.

Blog Rangkuman Koneksi Antar Materi Modul 3.1

“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”

(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best). Bob Talbert

Tak terasa perjalanan guru penggerak saat ini sudah sampai pada modul 3.1 yaitu pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Sudah begitu banyak materi dan ilmu-ilmu baru yang dipelajari mulai dari modul 1.1 sampai 3.1 ini. Tentunya semua ilmu-ilmu yang sudah didapat tersebut akan sangat berguna dan bermanfaat untuk mewujudkan merdeka belajar.

Di awal modul 1.1 kita sudah mempelajari filosofi pendidikan yang disampaikan oleh bapak pendidikan kita yaitu Ki Hajar Dewantara. Beliau menyampaikan bahwa pendidikan memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki peserta didik agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Di dalam melaksanakan pembelajaran seorang pemimpin (guru) harus menerapkan sistem among (menuntun) agar mampu mendorong tumbuh kembangnya potensi peserta didik. 

Selain itu, seorang pemimpin (guru) harus selalu berpedoman pada Pratap Triloka Ki Hajar Dewantara yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani. Kaitannya dengan pengambilan keputusan, seorang pemimpin (guru) harus mampu mengambil sebuah keputusan yang tepat, arif, bijaksana, dan berpihak kepada peserta didiknya. Seorang pemimpin (guru) harus mampu menjadi teladan bagi orang-orang yang dipimpinnya (siswa), seorang pemimpin (guru) harus mampu membangun semangat orang-orang yang dipimpinnya (siswa), dan seorang pemimpin (guru) harus mampu memberikan motivasi kepada orang-orang yang dipimpinnya (siswa) untuk dapat mengembangkan minat, bakat, dan potensi yang dimiliki.

Di dalam mengambil sebuah keputusan seorang pemimpin (guru) harus selalu menyelaraskan dengan visi dan misi yang telah disusun dan disepakati bersama, agar apa yang diputuskan jelas dan terarah. Utamanya dalam mewujudkan pendidikan yang berpihak pada murid sehingga terwujud merdeka belajar.

Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, Anda pasti sering dihadapkan dalam situasi di mana Anda diharuskan mengambil suatu keputusan. Namun, seberapa sering keputusan tersebut melibatkan kepentingan dari masing-masing pihak yang sama-sama benar, tapi saling bertentangan satu dengan yang lain? 

Dalam pengambilan sebuah keputusan akan ada dua hal yang kita temukan yaitu bujukan moral dan dilema etika. Nah apakah perbedaan keduanya itu?

Bujukan moral atau benar vs salah adalah sebuah situasi yang terjadi dimana seseorang dihadapkan pada situasi benar atau salah dalam mengambil sebuah keputusan. 

Dilema etika atau benar vs benar adalah sebuah situasi yang terjadi dimana seseorang dihadapkan pada situasi keduanya benar namun bertentangan dalam mengambil sebuah keputusan.

Dari pengalaman kita bekerja kita pada institusi pendidikan, kita telah mengetahui bahwa dilema etika adalah hal berat yang harus dihadapi dari waktu ke waktu. Ketika kita menghadapi situasi dilema etika, akan ada nilai-nilai kebajikan mendasari yang bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan akan hidup.

Secara umum ada pola, model, atau paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika yang bisa dikategorikan seperti di bawah ini.

  1. Individu lawan masyarakat (individual vs community)
  2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
  3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
  4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

Dalam pengambilan sebuah keputusan ada tiga prinsip yang melandasinya. Ketiga prinsip ini yang seringkali membantu dalam menghadapi pilihan-pilihan yang penuh tantangan, yang harus dihadapi pada dunia saat ini. (Kidder, 2009, hal 144). Ketiga prinsip tersebut yaitu. 

  1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking
  2. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
  3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

Secara umum ada pola, model, atau paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika yang bisa dikategorikan seperti di bawah ini.

  1. Individu lawan masyarakat (individual vs community).
  2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan.

Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, Anda harus memastikan bahwa keputusan yang Anda ambil adalah keputusan yang tepat. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian untuk mengetahui apakah keputusan tersebut telah sesuai dengan prinsip-prinsip dasar pengambilan keputusan secara etis.

Di bawah ini adalah 9 langkah yang telah disusun untuk memandu Anda dalam mengambil dan menguji keputusan dalam situasi dilema etika yang membingungkan karena adanya beberapa nilai-nilai yang bertentangan.

  1. Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini.
  2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini.
  3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.
  4. Pengujian benar atau salah. Ada uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji halaman depan koran, dan uji panutan/idola.
  5. Pengujian Paradigma Benar lawan Benar.
  6. Melakukan Prinsip Resolusi.
  7. Investigasi Opsi Trilema.
  8. Buat Keputusan.
  9. Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan. 

Selain menerapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan, kita juga  bisa menerapkan teknik coaching di dalam pengambilan keputusan. Melalui teknik coaching ini kita dapat memunculkan potensi-potensi yang kita miliki untuk dapat menyelesaikan situasi dilema etika yang kita alami. 

Izinkan saya dalam kesempatan ini membahas tentang Tugas Koneksi Antar Materi Modul 3.1.a.8.1 terkait Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran. Dalam Tugas ini terdapat 10 pertanyaan yang akan saya coba membahasnya satu per satu.

1. Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?

Pratap Triloka yang digagas oleh Ki Hajar Dewantara yang terkenal dengan semboyan ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, Tut wuri Handayani artinya di depan memberi teladan, di tengah membangun motivasi/dorongan, di belakang memberi dukungan. Sebagai pendidik, kita harus menyadari bahwa setiap anak membawa kodratnya masing-masing. Kita hanya perlu menuntun segala yang ada pada anak, mengarahkan dan memberi dorongan supaya anak dapat berproses dan berkembang.Dalam proses menuntun, anak akan diberi kebebasan, dalam hal ini guru sebagai pamong memberikan tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah serta membahanyakan dirinya serta anak menemukan kemerdekaannya dalam belajar sehingga akan berdampak pada pengambilan keputusan yang tepat dan bertanggung jawab. Dalam hal tersebut, maka guru harus mampu mengambil keputusan yang berpihak pada murid serta bijaksana. Berdasarkan hal tersebut guru sebagai pemimpin pembelajaran sudah sepatutunya menerapkan pengambilan keputusan yang berpihak pada murid, dengan menerapkan 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip penyelesaian dilema, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.

2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Etika terkait dengan karsa karena manusia memiliki kesadaran moral. Akal dan moral dua dimensi manusia yang saling berkaitan. Etika terkait dengan karsa karena manusia memiliki kesadaran moral. Dari kutipan tersebut kita bisa menarik kesimpulan bahwa karsa merupakan suatu unsur yang tidak terpisahkan dari perilaku manusia. Karsa ini pun berhubungan dengan nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang dianut oleh seseorang, disadari atau pun tidak. Nilai-nilai atau prinsip-prinsip inilah yang mendasari pemikiran seseorang dalam mengambil suatu keputusan yang mengandung unsur dilema etika.. Tentunya ada prinsip-prinsip yang lain, namun ketiga prinsip di sini adalah yang paling sering dikenali dan dapat kita digunakan sebagai seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil sebuah keputusan. ketiga prinsip ini seringkali membantu dalam menghadapi pilihan- pilihan yang penuh tantangan, yang harus kita hadapi sebagai pemimpin pembelajaran. Ketiga prinsip tersebut adalah:

  • Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
  • Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
  • Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

Nilai-nilai yang tertanam dalam diri seorang pendidik tentunya adalah nilai kebaikan, kejujuran, tanggung jawab, disiplin, toleransi, gotong-royong dan nilai kebaikan lainnya. Nilai-nilai tersebut adalah nilai-nilai yang paling kita hargai dalam hidup dan sangat berpengaruh pada pembentukkan karakter , perilaku dan membimbing dalam kita mengambil sebuah keputusan. Sebagai Guru Penggerak, tentunya ada beberapa nilai yang harus dipegang seperti nilai mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid. Untuk dapat mengambil keputusan yang tepat diperlukan nilai-nilai atau prinsip, pendekatan, dan langkah-langkah yang benar sehingga keputusan tersebut merupakan keputusan yang paling tepat dengan resiko yang paling minim bagi semua pihak, terutama bagi kepentingan /keberpihakan pada anak didik kita. Untuk membuat keputusan berbasis etika, diperlukan kesamaan visi, budaya dan nilai-nilai yang dianggap penting dalam sebuah institusi sehingga prinsip-prinsip dasar yang menjadi acuan akan lebih jelas.

3. Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.

Pembimbingan yang telah dilakukan oleh pendamping atau fasilisator telah membantu saya berlatih mengevaluasi keputusan yang telah saya ambil. Apakah keputusan tersebut sudah berpihak kepada murid, apakah sudah sejalan dengan nilai-nilai kebajikan universal, apakah keputusan yang diambil bermanfaat untuk banyak orang dan apakah keputusan yang diambil tersebut dapat dipertanggung jawabkan.

Seorang pendidik harus mampu mengetahui dan memahami kebutuhan belajar serta kondisi sosial dan emosional dari muridnya . Seorang siswa harus mampu menyelesaikan permasalahannya dalam belajarnya. Pentingnya pendekatan Coaching dilaksanakan oleh guru, karena guru dalam hal ini sebagai coach akan menggali potensi yang dimiliki oleh muridnya dengan memberi pertanyaan pemantik sehingga murid dapat menemukan potensi yang terpendam dalam dirinya untuk dapat menyelesaikan masalahnya sendiri. Untuk dapat mengambil sebuah keputusan dengan baik maka keterampilan coaching akan membantu kita sebagai pemimpin pembelajaran dengan pertanyaan- pertanyaan untuk memprediksi hasil dan berbagai opsi dalam pengambilan keputusan. Coaching dapat membantu dalam pengambilan keputusan yang tepat yang akan berpengaruh sehingga terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman dengan demikian akan berpengaruh bagi peserta didik dalam proses pembelajaran.

Sesi coaching membantu guru untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki dan memecahkan permasalahan saat menjadi pemimpin pembelajaran, sehingga pada saat menentukan suatu permasalahan dilema etika seorang guru mampu mengidentifikasi suatu permasalahan dengan tehnik coaching, sehingga mampu menghasilkan keputusan yang tepat dan berpihak pada murid.

4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?

Dalam melaksanakan proses Pendidikan, pendidik dalam hal ini guru harus mampu melihat dan memahami kebutuhan belajar muridnya serta mampu mengelola kompetensi sosial dan emosional yang dimiliki dalam mengambil sebuah keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Dalam proses pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, diperlukan kompetensi sosial emosional seperti kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan ketrampilan berhubungan sosial (relationship skills). Sehingga diharapkan proses pengambilan keputusan dapat dilakukan secara sadar penuh (mindfull), terutama sadar dengan berbagai pilihan , konsekuensi yang akan terjadi, dan meminilisir kesalahan dalam pengambilan keputusan. Proses pengambilan keputusan membutuhkan keberanian dan kepercayaan diri untuk menghadapi konsekuensi dan implikasi dari keputusan yang kita ambil karena tidak ada keputusan yang bisa sepenuhnya mengakomodir seluruh kepentingan para pemangku kepentingan. Namun tujuan utama pengambilan selalu pada kepentingan dan keberpihakan pada anak didik .

5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.

Sebagai pemimpin pembelajaran, seorang pendidik harus mampu melihat permasalahan yang dihadapi apakah permasalahan tersebut merupakan dilema etika ataukah bujukan moral. Dengan nilai- nilai yang dimiliki seorang pendidik tersebut, baik nilai inovatif, kolaboratif, mandiri dan reflektif seorang pendidik dapat menuntun muridnya untuk dapat mengenali potensi yang dimiliki dalam mengambil keputusan dan mengatasi masalah yang dihadapi sehingga dengan nilai- nilai dari seorang pendidik tersebut, yang merupakan landasan pemikiran yang dimiliki akan cenderung pada prinsip " melakukan demi kebaikan orang banyak, menjunjung tinggi prinsip- prinsip/ nilai- nilai dalam diri dan melakukan apa yang kita harapkan orang lain akan lakukan kepada diri kita. Maka seorang pendidik akan dapat mengambil sebuah keputusan yang bertanggung jawab melalui berbagai pertimbangan dan langkah pengambilan dan pengujian sebuah keputusan terkait permasalahan yang terjadi.

6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Sebagai seorang pemimpin pembelajaran kita sering dihadapkan pada situasi dimana kita diharuskan mengambil suatu keputusan, namun terkadang dalam pengambilan keputusan terutama pada situasi dilema kita masih kesulitan misalnya lingkungan yang kurang mendukung, bertentangan dengan peraturan, pimpinan tidak memberikan kepercayaan karena merasa lebih berwenang, dan meyakinkan orang lain bahwa keputusan yang diambil sudah tepat, perbedaan cara pandang serta adanya opsi benar lawan benar atau sama-sama benar. Untuk dapat mengambil sebuah keputusan yang tepat dan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman, hal pertama yang harus kita lakukan adalah mengenali terlebih dahulu kasus yang terjadi apakah kasus tersebut termasuk dilema etika atau bujukan moral. Jika kasus tersebut merupakan dilema etika, sebelum mengambil sebuah keputusan kita harus mampu menganalisa pengambilan keputusan berdasarkan pada 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan sehingga hasil keputusan yang kita ambil mampu menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman untuk muridnya. Intinya pengambilan keputusan yang tepat terkait kasus-kasus pada masalah moral atau etika hanya dapat dicapai jika dilakukan melalui 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan . Dapat dipastikan bahwa jika pengambilan keputusan dilakukan secara akurat melalui proses analisis kasus yang cermat dan sesuai dengan 9 langkah tersebut, maka keputusan tersebut diyakini akan mampu mengakomodasi semua kepentingan dari pihak-pihak yang terlibat , maka hal tersebut akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

7. Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Kesulitan-kesulitan yang dialami di lingkungan saya dalam mengambil keputusan adalah kesulitan /kendala yang bersumber pada pengambil keputusan, di mana dalam mengambil keputusan tidak melibatkan guru atau warga sekolah lainnya, sering terjadi perbedaan pandangan di antara pihak-pihak yang terlibat dalam kasus yang mempersulit tercapainya kesepakatan, dan sering dalam pengambilan keputusan tersebut , kita tidak mempunyai pilihan yang lain karena aturan yang ada pada pimpinan/ sekolah,, adanya nilai-nilai kesetiakawanan yang masih kental dalam budaya di lingkungan menimbulkan rasa kasihan lebih dominan dan terburu-buru dalam pengambilan keputusan.

8. Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?

Sebagai seorang pendidik, saya merasa terbantu dengan penjelasan materi dari modul 3.1 terkait pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran karena sebelumnya kita sering menemukan dilema namun kita belum bisa menyelesaikan permasalahan dengan mengambil sebuah keputusan dengan tepat, dengan semua materi yang telah dipelajari dari modul 3.1 ini maka ketika kita mengambil keputusan harus memperhatikan beberapa hal penting terkait 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan maka keputusan yang kita ambil akan berdampak baik kepada murid karena pada dasarnya tujuan pembelajaran adalah dapat memberikan keselamatan dan kebahagian pada murid, sehingga dengan keselamatan dan kebahagiaan yang didapatkan oleh murid maka kita telah mampu memerdekakan mereka dalam belajar Pendidik sudah seharusnya memberikan keputusan yang bersifat positif, membuat siswa merasa nyaman, dan tenang. Semuanya dilakukan untuk memerdekan siswa dalam mencapai keselamatan dan kebahagiaan belajar mereka. Karena pengambilan keputusan yang tepat akan mempengaruhi pengajaran seorang guru untuk mewujudkan Pendidikan yang memerdekakan murid.

9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Untuk mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, kita harus benar- benar memperhatikan kebutuhan belajar murid. Jika keputusan yang kita ambil sudah mempertimbangkan kebutuhan murid maka murid akan dapat menggali potensi yang ada dalam dirinya dan kita sebagai pemimpin pembelajaran dapat memberikan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajarnya dan menuntun murid dalam mengembangkan potensi yang dimiliki sehingga keputusan kita dapat berpengaruh terhadap keberhasilan dari murid di masa depannya nanti. Pendidik yang mampu mengambil keputusan secara tepat akan memberikan dampak akhir yang baik dalam proses pembelajaran sehingga mampu menciptakan well being murid untuk masa depan yang lebih baik.

10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan akhir yang dapat ditarik dari pembelajaran modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran terkait dengan modul-modul yang telah dipelajari sebelumnya, merupakan satu kesatuan yang tidak bisa terpisahkan untuk memerdekakan murid dalam belajar, Sebagaimana dijelaskan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa Pendidikan bertujuan menuntut segala proses dan kodrat/potensi anak untuk mencapai sebuah keselamatan dan kebahagiaan belajar, baik untuk dirinya sendiri, sekolah maupun masyarakat.

Dalam melaksanakan proses Pendidikan, seorang pendidik harus mampu melihat dan memahami kebutuhan belajar muridnya serta mampu mengelola kompetensi sosial dan emosional yang dimiliki dalam mengambil sebuah keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Untuk dapat mengambil sebuah keputusan dengan baik maka keterampilan coaching akan membantu kita sebagai pemimpin pembelajaran dengan pertanyaan- pertanyaan untuk memprediksi hasil dan berbagai opsi dalam pengambilan keputusan.

Keterampilan coaching ini dapat membantu murid dalam mencari solusi atas masalahnya sendiri tidak sebatas pada murid, keterampilan cocaching dapat diterapkan pada rekan sejawat atau komunitas terkait permasalahan yang dialami dalam proses pembelajaran. Selain itu diperlukan kompetensi kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skills) untuk mengambil keputusan dan proses pengambilan keputusan diharapkan dapat dilakukan secara sadar penuh(mindfullness), sadar dengan berbagai pilihan dan konsekuensi yang ada.

Sejatinya "Menyampaikan bahwa mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga adalah yang terbaik," demikian kata Bob Talbert. Ini adalah ungkapan yang menginspirasi untuk mempertimbangkan nilai-nilai yang sebenarnya penting dalam pendidikan. Begitu pula, ketika kita membahas modul 3.1 tentang pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, kita memahami bahwa pengambilan keputusan dalam konteks pendidikan tidak hanya tentang membuat pilihan, tetapi juga tentang mempertimbangkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang mendasarinya.

Ki Hajar Dewantara, dengan filosofi pendidikannya, menggarisbawahi pentingnya membimbing peserta didik menuju keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya, sambil memberikan kebebasan bagi mereka untuk berkembang sesuai dengan kodratnya. Filosofi ini menjadi landasan bagi pemimpin pembelajaran untuk mengambil keputusan yang berpihak pada murid, mengedepankan nilai-nilai kebaikan dan keselamatan.

Pratap Triloka, konsep yang dikembangkan oleh Ki Hajar Dewantara, memberikan pedoman yang jelas bagi pemimpin pembelajaran dalam pengambilan keputusan. Konsep ini menekankan pentingnya menjadi teladan, membangun motivasi, dan memberikan dukungan kepada peserta didik. Dalam konteks pengambilan keputusan, pemimpin pembelajaran perlu mengintegrasikan prinsip-prinsip ini untuk memastikan keputusan yang diambil mendukung perkembangan peserta didik secara holistik.

Ketika kita menghadapi dilema etika dalam pengambilan keputusan, penting untuk mempertimbangkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip etis. Bujukan moral seringkali berlawanan dengan dilema etika, dan pemimpin pembelajaran harus mampu menjaga keseimbangan antara berbagai nilai yang bertentangan. Prinsip-prinsip dasar pengambilan keputusan etis, seperti berpikir berbasis hasil akhir, berpikir berbasis peraturan, dan berpikir berbasis rasa peduli, menjadi panduan dalam menghadapi situasi yang kompleks ini.

Teknik coaching juga memainkan peran penting dalam pengambilan keputusan yang efektif. Melalui coaching, pemimpin pembelajaran dapat membantu peserta didik atau rekan sejawat untuk mengevaluasi berbagai opsi, mempertimbangkan nilai-nilai yang terlibat, dan mencari solusi yang paling tepat untuk dilema yang dihadapi.

Keseluruhan, pengambilan keputusan dalam konteks pendidikan bukanlah sekadar tentang membuat pilihan, tetapi tentang mempertimbangkan nilai-nilai, prinsip-prinsip, dan konsekuensi dari setiap tindakan. Sebagai pemimpin pembelajaran, penting bagi kita untuk mengambil keputusan yang tidak hanya mendukung perkembangan peserta didik, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai yang mendasari pendidikan yang bermakna.

Guru Penyemangat
Guru Penyemangat Guru Profesional, Guru Penggerak, Blogger, Public Speaker, Motivator & Juragan Emas.

Posting Komentar untuk "Koneksi Antar Materi Modul 3.1 - Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin"