Widget HTML #1

Tugas Analisa Bahan Ajar 2 Modul Akidah Akhlak Tentang PEMIKIRAN QAḌA’-QADAR JAMAL AD-DIN AL-AFĠANI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMIKIRAN DAKWAH ‘AQLANIYAH

ANALISA BAHAN AJAR “PEMIKIRAN QAḌA’-QADAR JAMAL AD-DIN AL-AFĠANI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMIKIRAN DAKWAH ‘AQLANIYAH”

Tugas Analisa Bahan Ajar 2 Modul Akidah Akhlak
Tugas Analisa Bahan Ajar 2 Modul Akidah Akhlak. Designed by GuruPenyemangat.com

TULISLAH 5 KONSEP DAN DESKRIPSINYA YANG ANDA TEMUKAN DI DALAM BAHAN AJAR.

1. Konsep Jumud dan Implikasinya

Jamal ad-Din melihat bahwa berkembangnya sikap jumūd merupakan penyebab utama kemunduran umat Islam. Kata jumūd mengandung makna statis, beku dan tidak ada perubahan. Hal ini disebabkan mereka tidak menggunakan akalnya sebagai anugerah Tuhan. Itulah mengapa Jamal ad-Din sangat menentang sikap jumūd yang membuat umat Islam berhenti berpikir, tidak menghendaki perubahan dan tidak mau menerima perubahan. Jamal ad-Din menyebut sikap jumūd sebagai bid'ah, dalam arti penyelewengan ajaran Islam dari yang sebenarnya. Sikap jumūd ini, menurut Jamal ad-Din, dibawa dalam tubuh Islam oleh orang-orang non-Arab yang kemudian menjadi penguasa politik di dunia Islam. Dengan masuknya mereka dalam Islam, adat-istiadad dan paham-paham animistis mereka turut mempengaruhi rakyat. Selain itu, mereka juga bukan bangsa yang berperadaban tinggi, bahkan mereka memusuhi ilmu pengetahuan. Mereka membawa ajaran taqdis (ketaatan yang berlebihan) kepada Imam, taklid buta kepada ulama, fanatisme mazhab yang berlebihan dan penyerahan bulat kepada qaḍa' dan qadar.


2. Konsep Kesejahteraan Umat Islam

Jamal ad-Din berpendapat bahwa kesejahteraan umat Islam tergantung pada beberapa hal, antara lain: pertama, akal manusia harus disinari dengan ilmu tauhid dan membersihkan jiwanya dari kepercayaan tahayyul. Kedua, sebaga seorang manusia harus merasa dirinya dapat mencapai kemuliaan budi pekerti. Islam menetapkan kelebihan manusia atas dasar kesempurnaan akal dan jiwa. Ketiga, seorang manusia juga harus menjadikan akidah sebagai prinsip yang pertama, dan dasar dari keimanan tersebut harus diikuti dengan dalil, bukan taklid semata. Karena Islam menyuruh manusia untuk mempergunakan akal yang mana dengan akal, manusia dapat meyakinkan dirinya dalam beragama dan tidak sekedar pengakuan dan prasangka. Dan keempat, kemuliaan orang berilmu adalah dengan menunaikan tugas untuk memberikan pengajaran kepada umat ke arah perbuatan baik dan mencegah dari perbuatan mungkar.


3. Konsep Jamal ad-Din Tentang Pentingnya Akal dan Kebebasan Manusia

Jamal ad-Din sangat menekankan pentingnya akal dan kebebasan manusia dalam pemikiran teologinya. Manusia, menurutnya, melalui akalnya mampu mempertimbangkan baik dan buruknya suatu perbuatan, kemudian dengan kehendaknya sendiri ia mengambil suatu keputusan, selanjutnya dengan daya yang demikian ia wujudkan dalam perbuatan nyata. Terkait dengan itu, lebih lanjut ia mengedepankan konsepsinya tentang keadilan Tuhan. Dimana Tuhan Maha Adil. Karena keadilan itu manusia diberi kebebasan berkehendak dan berbuat. ketika berbicara tentang qaḍa’-qadar, ia menyerukan pada umat Islam agar menjadikan akal sebagai dasar utama untuk mencapai keagungan Islam. Dalam "al-‘urwah al-wusqa", sebagaimana dikutip Harun Nasution, Jamal ad-Din menjelaskan bahwa sebenarnya faham qaḍa’-qadar telah diselewengkan menjadi fatalisme, sedang paham itu sebenarnya mengandung unsur dinamis yang membuat umat Islam di zaman klasik dapat membawa Islam sampai di Spanyol dan dapat menimbulkan peradaban yang tinggi.


4. Arah Qaḍa’-qadar dalam pemikiran Jamal ad-Din

Qaḍa’-qadar dalam pemikiran Jamal ad-Din lebih mengarah pada sunnatullah (hukum alam). Artinya qaḍa’-qadar adalah hukum alam yang mengatur perjalanan alam dengan sebab dan akibatnya(silsilah al-asbab). Menurutnya, percaya kepada qaḍa’-qadar adalah pengakuan adanya hukum sebab-akibat, adanya persambungan dengan apa yang ada sekarang dengan yang akan datang. Manusia mempunyai kemauan sendiri atau iradah yang bebas, dengan tidak melupakan hubungan kebebasan pribadi itu dalam lingkungan kebebasan AllahSWT., dengan ungkapan lain bahwa qaḍa’-qadar kecil yang ada pada manusia tetap berada dalam lingkup qaḍa’-qadar besar pada Allah SWT., pengatur Maha Besar dan Maha Bijaksana. Sebuah contoh tentang pemahaman qaḍa’-qadar yang dikemukakan ini adalah: apabila seseorang akan dirampas harta bendanya secara paksa, maka ia tidak dengan serta merta begitu saja menyerahkannya, karena sudah “takdir”, tetapi ia wajib berusaha untuk menyelamatkannya.


5. Konsep Korelasi Antara Asas Keadilan dan Asas Tauhid

Korelasi antara asas keadilan dan asas tauhid nampak jelas. Tauhid, bagi Jamal ad-Din adalah sifat terpenting dari zat Tuhan, sedangkan keadilan adalah sifat terpenting dari perbuatan Tuhan. Karena berkaitan dengan zat, tauhid termasuk tema tentang hakekat ketuhanan yang dibahas dalam wilayah ontologi. Sedangkan keadilan, karena berkaitan dengan perbuatan, maka iaberkaitan relasi antara Tuhan dan manusia, sebuah relasi yang berbasis pada keadilan mutlak dari sisi Tuhan. Jamal ad-Din meyakini bahwa seluruh yang dilakukan Tuhan adalah adil belaka. Dipandang dari hubungan dengan Tuhan, manusia bertanggung jawab terhadap peraturan-peraturan syariat dan hukum-hukum akal (termasuk etika). Karenanya, perbuatan Tuhan – dipandangdari relasinya dengan manusia yang mukallaf- harus adil dan tidak ada yang tidak diperlakukan adil kecuali pada masalah penciptaan, yang merupakan persoalan eksistensial dan bukan persoalan etis.



LAKUKAN EVALUASI DAN REFLEKSI ATAS PEMAPARAN MATERI PADA BAHAN AJAR.

Evaluasi dari pemaparan bahan ajar di atas yaitu: pada dasarnya dapat dipahami bahwa pemikiran Jamal ad-Din al-Afġani lebih menyorot dan merekonstruksi pemahaman qaḍa’- qadar (takdir) yang fatalistis dan statis menjadi bentuk pemahaman yang dinamis dan bersemangat modernis. Ia juga melakukan rekonstruksi terhadap pemahaman fana’ dan baqa’ dalam sufisme menjadi pemahaman yang berisi semangat memperjuangkan kesejahteraan masyarakat, bergaul dan berjuang bersama masyarakat. Ia berpendapat bahwa iman terhadap takdir adalah salah satu elemen dasar dalam teologi yang tidak perlu ditinggalkan, namun harus dipahami dengan pemahaman yang benar yang memberikan dorongan positif untuk mencapai kebahagiaan kehidupan manusia baik di dunia dan akhirat.


Adapun Refleksi yang bisa dipetik yaitu: bahwa sejatinya umat Islam harus mempercayai (beriman) kepada qaḍa’-qadar (takdir) Allah sebagai suatu hal yang fundamental dalam beragama. Karenanya, untuk mencapai kemajuan dalam berbagai bidang kehidupan, umat Islam tidak harus meninggalkan kepercayaan terhadap takdir Allah. Namun,takdir haruslah dipahami sebagai hukum sebab-akibat, artinya apa yang dilakukan sekarang akan berakibat pada akan datang. Sehingga tidak tepat apabila takdir dipahami dengan sifat pasrah secara total.


TULISLAH KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TERKAIT DENGAN PENJELASAN MATERI PADA BAHAN AJAR.

Kelebihan:

1. Pemaparan pada bahan ajar disajikan dengan sistematis dan didahulukan dengan pengenalan terhadap tokoh, yaitu Jamal ad-Din al-Afġani

2. Bahan ajar disajikan dengan gaya deskriptif yang fokus kepada materi Qada dan Qadar.

3. Sudah ada konsep pembaruan yang ditawarkan dalam bahan ajar, yang mengajak pembaca supaya memadukan konsep wahyu dengan akal.

Kekurangan:

1. Pada bahan ajar belum dipaparkan konsep awal yang berusaha memetakan poin pembahasan terkait dengan Qada dan Qadar menurut pemikiran Jamal ad-Din al-Afġani.

2. Pada bahan ajar belum disajikan mind mapping yang berusaha untuk memetakan pemikiran Jamal ad-Din al-Afġani secara umum, serta titik temunya dengan Iman kepada Qada dan Qadar.

KAITKAN ISI BAHAN AJAR DENGAN NILAI MODERASI BERAGAMA.

Pemberian akal membuat manusia mempunyai ketinggian, keutamaan, dan kelebihan dari makhluk lain. Akallah yang membuat manusia mempunyai kebudayaan dan peradaban yang tinggi. Akal manusialah yang mewujudkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dan karena akal, manusia pun dinyatakan berbeda dari hewan. Dengan kata lain akal adalah merupakan lambang kekuatan manusia. Di sini, salah satu penyebab kemunduran Islam ialah perpecahan yang disebabkan oleh fanatisme terhadap akal, dan sebaliknya, fanatisme pula terhadap wahyu tanpa menggunakan akal. Sebagai wujudnya, muncul kelompok yang terlalu toleran dan ada pula yang intoleran sehingga muncul paham radikalisme. Di sinilah nilai-nilai moderasi beragama bisa masuk dan menjadi poin penting supaya ada titik temu antara wahyu dan akal.

Guru Penyemangat
Guru Penyemangat Guru Profesional, Guru Penggerak, Blogger, Public Speaker, Motivator & Juragan Emas.

Posting Komentar untuk "Tugas Analisa Bahan Ajar 2 Modul Akidah Akhlak Tentang PEMIKIRAN QAḌA’-QADAR JAMAL AD-DIN AL-AFĠANI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMIKIRAN DAKWAH ‘AQLANIYAH"