Widget HTML #1

Cerita Anak: Bosan Main Lato-Lato, Mendingan Kita Main Lompak Katak

Cerita Anak: Bosan Main Lato-Lato, Mendingan Kita Main Lompak Katak

Oleh: Ozy Vebry Alandika

Cerita Anak: Bosan Main Lato-Lato, Mendingan Kita Main Lompak Katak
Cerita Anak: Bosan Main Lato-Lato, Mendingan Kita Main Lompak Katak. Dok. Instagram @dewaprom

Hari ini cukup cerah namun tidak terlalu panas. Langit terlihat sedikit mendung, matahari tertutup oleh segumpal awan namun belum ada tanda-tanda ingin hujan. Di taman yang hijau nan sejuk ramai terlihat anak-anak sedang asyik bermain Lato-Lato. Seperti tak ada kata bosan, suara “tok...tok...tok...” terus berbunyi hampir di setiap sudut taman.

Tak terkecuali, Andi, Ipan, dan Jaka pula begitu. Sedari tadi mereka terus berdiri sambil memainkan Lato-Lato kesayangan yang telah mereka rias dengan warna kesukaan. Ada Lato-Lato yang berwarna merah, hijau, biru, cokelat, hingga hitam.

Indah dan Mutiara yang sedang duduk di kursi taman mulai gelisah. Mereka tampaknya mulai bosan melihat teman-temannya bermain Lato-Lato. Belum lagi dengan suara bising yang lama-lama membuat pusing kepala.

“Ipan, ayo kita cari permainan lain saja. Kami yang dari tadi duduk di sini mulai bosan melihat kalian berdiri memainkan Lato-Lato,” ucap Indah.

“Seru kok ini main Lato-Lato. Lihat! Kami sedang berlomba, siapa yang paling lama bermain Lato-Lato dan tidak jatuh akan menang dan boleh duduk,” jawab Ipan.

“Terus, kalau kalian asyik main itu, kami ngantuk dong?”, sahut Mutiara.

“Lalu, kita mau main apa?” tanya Jaka.

“Nah bagaimana bila kita bermain Lompek Kodok, itukan permainan asli Bengkulu. Sepertinya lebih seru dan kita bisa bermain bersama,” usul Andi.

“Nah, ide bagus itu!” jawab Indah dan Mutiara.

Andi, Ipan, Jaka, Indah dan Mutiara kemudian mulai menyiapkan gambar Lompek Kodok yang dilukis di atas tanah yang ada di lapangan dekat taman.

“Nah, carilah gundu kalian masing-masing ya!”, ucap Indah.

“Ok, aku mau pakai kerikil dan bekas keramik ya,” jawab Andi

Mutiara yang ikut mencari gundu mulai kebingungan karena tidak mendapatkan benda lain selain batu dan keramik. “Aku tidak menemukan gundu lain, aku gunakan uang koin saja ya teman-teman? Boleh, kan?”, tanya Mutiara.

“Boleh, kok. Tidak apa-apa. Yang penting kita bisa bermain dengan bahagia dan kompak!” jawab Ipan.

Lima menit telah berlalu. Akhirnya Jaka dan teman-teman sudah menggambar kotak permainan Lompek Kodok sekaligus juga sudah mengumpulkan gundu.

“Ayo kita sut dulu. Yang telapak tangan putih menang ya, yang menang mendapat main duluan!” usul Ipan.

Mereka pun melakukan sut dan didapatkanlah urutan permainan dengan Indah sebagai pemain utama, kemudian dilanjutkan oleh Mutiara, Ipan, Jaka, dan yang terakhir adalah Andi.

“Nah, aku duluan, ya. Pertama kita main lompat dengan kaki sebelah,” usul Indah.

“Oke siap!” jawab teman-teman serentak.

Indah kemudian meletakkan gundunya pada kotak tangga pertama. Ia pun melompati tangga kedua, ketiga, keempat, kelima, dan keenam dengan kaki sebelah, kemudian melompati tangga ketujuh dengan dua kaki. Pada tangga pertama tidak dilompati karena ada gundu di sana.

Setelah menyelesaikan putaran pertama, Indah pun melempar gundunya ke kotak kedua.

“Aih, keluar garis pula. Sudah mati gunduku. Ayo, giliran Mutiara lagi!” ucap Indah.

Berbeda dengan Indah, Mutiara ternyata berhasil melempar gundunya hingga kotak gambar keempat. Namun sayang, pada kotak kelima ia melemparnya keluar garis sehingga dianggap mati. Setelah mutiara, disusul oleh Ipan, Jaka, lalu kemudian Andi.

“Nah, permainan lompat dengan sebelah kaki sudah selesai. Sekarang kita coba main keliling kota ya!” ucap Andi.

“Oke siap!” sahut teman-temannya serentak.

Jaka dan teman-teman pun mengambil kembali gundu mereka untuk bersiap-siap bermain lompat kodok dengan gerakan keliling kota.

Gerakan keliling kota ialah permainan yang dilakukan dengan cara meletakkan gundu pada telapak tangan kanan, kemudian gundu itu dilempar ke atas lalu disambut dengan belakang tangan.

Saat bermain, seorang pemain melompat ke kotak pertama hingga ketujuh dengan tetap mempertahankan gundunya di belakang tangan. Sebelum sampai ke kotak terakhir saat kembali, pemain tadi melempar lagi gundunya. Jika gundu tersebut jatuh, maka permainan dianggap mati.

“Aku yang pertama, ya!” ucap Indah sambil bersiap-siap melempar gundu.

“Ayo Indah, kamu bisa!” ucap Mutiara

“Aduh, terjatuh gundunya. Kalah aku,” ucap Indah seraya bersedih.

“Tidak apa-apa, Indah. Nanti saat giliranmu tiba kamu bisa kok. Sekarang coba kamu latihan dulu sambil melihat teman-teman,” sahut Jaka.

Asyik bermain, tidak terasa hari mulai semakin sore dan langit mulai gelap tertutup oleh awan tebal. Hal ini menjadi pertanda bahwa tidak lama lagi akan turun hujan.

“Teman-teman, sepertinya hari sudah mau hujan, nih. Apa tidak sebaiknya kita segera pulang?” ucap Ipan.

“Iya, Pan. Aku juga diminta Ibu untuk mengangkat jemuran biji kopi tadi. Nanti kalau kehujanan, kopi kami tidak jadi kering deh,” jawab Mutiara.

“Okelah teman-teman. Besok kalau ada kesempatan, kita main lagi ya. Boleh ajak teman-teman yang lain juga. Daripada terus main Lato-Lato kan lebih seru main Lompek Kodok. Kan permainan ini asli dari provinsi kita, Bengkulu.” Terang Indah.

“Nah, mantap usulnya. Tapi jangan lupa makan siang dulu, kerjakan PR sekolah, dan jangan lupa membantu pekerjaan Ayah dan Ibu di rumah ya teman-teman!”, jawab Andi.

“Ok siap, laksanakan bos!” jawab Jaka.

Sebelum pulang, Andi dan kawan-kawan terlebih dahulu mengumpulkan gundu-gundu mereka ke pinggir pohon dekat kotak sampah. Hal ini dilakukan supaya tidak merusak pemandangan taman sekaligus menjaga kerapian. Mereka melakukannya dengan ceria dan tetap semangat.

Andi dan kawan-kawan bersemangat karena bermain Lompek Kodok adalah salah satu cara untuk menjaga kelestarian permainan tradisional Provinsi Bengkulu di tengah eksisnya permainan Lato-Lato.

***

Lanjut Baca: Cerpen Gigi Caca

Guru Penyemangat
Guru Penyemangat Guru Profesional, Guru Penggerak, Blogger, Public Speaker, Motivator & Juragan Emas.

Posting Komentar untuk "Cerita Anak: Bosan Main Lato-Lato, Mendingan Kita Main Lompak Katak"