Widget HTML #1

Inilah 5 Alasan Logis Mengapa Pena di Bank Diikat

Hai Sobat Guru Penyemangat!

Sobat pasti pernah bertanya-tanya dalam hati tentang mengapa sih pihak bank “menyandera” pena dengan cara mengikatnya di tempat-tempat tertentu seperti di dekat meja teller dan cs.

Aku pula beberapa kali sempat memikirkan hal yang sama. Padahal, uang kita di sana bahkan cukup banyak, kan?

Salah satu alasan paling logis yang menjadi penyebab mengapa pena di bank tidak dilepas begitu saja ialah karena si pena memang rawan hilang.

Syahdan, kira-kira apa saja ya alasan lainnya?

Mari kita ulik secarik alasan masuk akal tentang mengapa pena di Bank mesti diikat. Simak sajian GuruPenyemangat.com berikut ya:

Alasan Mengapa Pena di Bank Diikat

Mengapa Pena di Bank Diikat
Mengapa Pena di Bank Diikat? Dok. GuruPenyemangat.com

1. Bank Ingin Membuktikan Bahwa Mereka Bisa Dipercaya

Yes! Alasan paling masuk akal mengapa pihak bank mengikat pena dengan tali ialah mereka sebenarnya ingin menjelaskan kepada para nasabah bahwa mereka mampu menjaga amanah, mulai dari hal terkecil hingga yang terbesar.

Terang saja, bila kita hitung-hitung harga pena itu tidaklah semahal isi tabungan kita di bank. Bahkan aku sendiri saja sering dibuat kesal oleh si pena tersebut. Sudah penanya kecil, tintanya sering macet-macet, dan kita pula disuruh untuk tanda tangan dan menulis agak ditekan.

Pengalamanku, pernah kejadian waktu itu ketika ingin membayar SPP, malah lembar bukti pembayarannya sobek gara-gara aku terlalu keras menulis. Pikirku dalam hati, “Beruntung kaca mejanya tidak retak tersebab emosiku. Hahaha”

Sejatinya bank adalah lembaga tempat kita menyimpan uang, emas, surat berharga, serta ragam transaksi lain yang masing-masing darinya membutuhkan tingkat kepercayaan yang tinggi.

Alhasil, terkait dengan pena tadi kita berpikiran positif saja bahwa kalau pena yang harganya Rp1.500-3.000 saja mereka jaga dengan hati-hati, apalagi uang kita, kan? Yaudah. Akusih yes.

2. Pihak Bank Ingin Mengajarkan kepada Kita Bahwa Kepercayaan Itu Bisa Dimulai dari Hal-hal Kecil

Kalau sudah berbicara tentang kepercayaan, sepertinya kita harus serius ya. Apalagi jika kepercayaan ini menyangkut aku dan kamu. Eh.

Maksudku tidak begitu. Moonmaap jangan baper. Kita kembali ke pembahasan. Let’s Focus!

Di dunia ini banyak orang ingin berkoar-koar tentang kepercayaan, bahkan terus-menerus memploklamirkan diri bahwa dia itu layak dan pantas untuk dipercaya.

Tambah lagi dengan dukungan media sosial. Dengan berbekal foto imut, cantik, dan ciamik, mudah saja bagi orang untuk membuat caption baper dan copywriting menarik supaya netizen menaruh perhatian dan mulai percaya pada dirinya.

Padahal sejatinya kepercayaan itu bisa dimulai dari hal-hal kecil, ya kan Sobat?

Katakanlah seperti mengembalikan barang setelah dipinjam, atau membayar utang tepat waktu. Eh, yang soal utang ini agaknya termasuk kepada hal yang luar biasa besar ya. Apalagi kalau si peminjam sudah mulai centang abu-abu atau malah centang satu saat di-japri via WhatsApp. Ehem.

Dari pihak bank yang konsisten menjaga pena supaya tidak hilang, agaknya kita bisa belajar bahwa kepercayaan itu dimulai dari hal-hal yang sederhana dan kecil. Jadi, jangan lagi kita memfitnah bahwa bank itu pelit ya. Meski sebenarnya iya sih! Eh. Maap aku keceplosan.

Boleh Baca: Mengapa Sih Berharap kepada Manusia Itu Menyakitkan?

3. Pena Adalah Wujud Hal-hal Kecil yang Sering Kita Remehkan

Pena, pensil, penghapus, spidol, korek, lalu apalagi?

Berbagai macam ATK yang aku sebutkan barusan sebenarnya adalah barang-barang yang tergolong murah namun seringkali kita remehkan.

Entah itu di kelas, di kampus, di ruang rapat, di kantor, hingga di barisan antrean pembuatan KTP digital, barang seperti pensil dan pena adalah barang yang paling mudah lenyap bin cepat hilang.

Dari sini tentu si pemilik pena yang kesal karena harus menerima kenyataan tentang sakitnya rasa kehilangan. Bahkan ada pula si pemilik pena yang ingin meminta penanya dikembalikan, tapi tak enak hati mengutarakan karena yang meminjamnya adalah pejabat.

Heloow Pak Pejabat, modal dong. Masa sih beli pena aja tak mampu!. Ehem. Ujungnya kembali lagi soal kepercayaan.

Dari pena yang diikat oleh pihak bank sebenarnya bisa kita jadikan sebagai ruang untuk muhasabah alias instrospeksi diri.

Dalam kehidupan sehari-hari barangkali kita belum pernah mencatat ada berapa banyak hal-hal kecil yang kita remehkan, kita sepelekan, dan kita abaikan hingganya kita terlalu berfokus kepada hal-hal besar.

Padahal, logikanya segala sesuatu yang besar itu dimulai dari hal-hal kecil. Jikalau hal kecil saja kita remehkan, bagaimana mungkin kita bakal merasa aman dan bangga terhadap diri.

Boleh Baca: Inilah Beberapa Kesalahan Investasi Emas yang Perlu Dihindari oleh Pemula

4. Menghindari Kejadian yang Tak Diinginkan, Seperti....

Alasan berikutnya mengapa pihak bank mengikat pena ialah demi menghindari kejadian yang tak diinginkan. Hal ini tentu merupakan alasan yang logis.

Kejadian yang tak diinginkan itu seperti apa? Katakanlah seperti penanya hilang, kemudian si nasabah koar-koar kepada pihak teller dan para antrean seraya teriak “mana pena, di mana pena?”

Hal tersebut tentu menghabiskan waktu dan mengurangi efektivitas sekaligus efisiensi pelayanan.

Kejadian lainnya seperti pena terjatuh. Bayangkan bila pena tersebut jatuh dari meja CS atau teller bank kemudian yang mengambilnya adalah perempuan. Toh bisa saja nanti aurat si perempuan terbuka dan menjadi kesempatan bagi orang lain untuk berbuat hal yang tak pantas. Hemm.

Kejadian apa lagi ya? Anggap saja bila si pena yang dipegang nasabah dibawanya pergi keluar dari ruangan bank.

Toh bisa saja, kan, gara-gara si pena tidak diikat. Alhasil, kasihan deh kita sama Babang Security yang malah dapat double job. Job pertama untuk melayani dan memastikan keamanan di bank, sedangkan job kedua ialah mengejar para pencuri pena. Hadeeh

5. Pena yang Diikat Menandakan Bahwa Kita Perlu Berpikir “Dua Kali” Sebelum Berurusan dengan Bank

Sebagai penutup, agaknya aku ingin menghadirkan secarik alasan yang cukup serius terkait dengan mengapa pena yang ada di bank itu mesti diikat.

Ya, pihak bank yang mengikat pena seakan-akan memberikan alibi kepada kita supaya berpikir dua kali seraya mempertimbangkan segala sesuatunya sebelum berurusan dengan pihak bank.

Secara tidak langsung, pihak bank sebagai tempat bertransaksi bersifat terikat terhadap nasabah sebagaimana pena yang diikat oleh tali.

Katakanlah seperti meminjam uang di bank. Kalau sudah meminjam, maka pihak nasabah harus melunasi pinjaman dengan masa dan waktu tertentu, serta dengan ketentuan, administrasi, dan konsekuensi tertentu.

Dengan demikian, jikalau si nasabah tidak berpikir matang, maka bisa jadi neraca keuangan keluarganya bakal ketar-ketir dan terguncang hebat gara-gara tidak seimbangnya pendapatan dengan pengeluaran sekaligus bayar cicilan.

Lho, kalau begono, lebih enak minjem uang dengan teman kali ya daripada ke pihak bank? Lebih cepat cairnya, mudah transaksinya, dan mudah juga ngilangnya. Aih, terselah loe deh. Kalo loe masih berpikiran demikian mendingan tobat! Hahaha

Sekian.

Semoga bermanfaat
Salam.

Lanjut Baca: Mengapa Sih Urusan Hidup Orang Lain Lebih Menarik untuk Dibahas?

Guru Penyemangat
Guru Penyemangat Guru Profesional, Guru Penggerak, Blogger, Public Speaker, Motivator & Juragan Emas.

Posting Komentar untuk "Inilah 5 Alasan Logis Mengapa Pena di Bank Diikat"