Widget HTML #1

Mengapa Kita Perlu Bermazhab, Bukannya Langsung Kembali kepada Al-Qur'an dan Sunnah?

Mengapa Kita Perlu Bermazhab
Mengapa Kita Perlu Bermazhab. Dok. Gurupenyemangat.com

Mengapa kita perlu bermazhab, bukannya lebih bagus untuk langsung kembali kepada Al-Qur'an dan Sunnah?

Analogi sederhana yang barangkali bisa mewakili pertanyaan di atas ialah:

Kalau kita sedang sakit, apakah kita perlu mendatangi sendiri apotek, atau apakah kita perlu pergi sendiri ke pasar untuk membeli bahan demi membuat obat-obatan?

Tentu saja tidak. Akan lebih mudah bagi kita untuk berkonsultasi kepada dokter.

Pada dasarnya, meracik obat atau mencari obat ke apotek adalah jalan menuju kesembuhan. Tapi sejatinya berkonsultasi kepada dokter juga merupakan pilihan jalan kesembuhan lainnya.

Ia kalau kita adalah seseorang yang bisa membuat/meracik obat sendiri, ia kalau kita sudah paham tentang penyakit apa yang kita derita.

Jika tidak?

Di sanalah kesesatan bakal muncul. Bukannya segera sehat, kita yang sakit malah tambah sakit.

Sejatinya dalam merujuk kepada Qur’an dan Sunnah juga seperti itu.

Sombong sekali rasanya kita yang tidak mengerti Bahasa Arab, tidak paham dengan Fiqih dan Ushul Fiqh, belum hafal Qur'an, hanya sedikit hafal hadis, dan hanya membaca terjemahan Qur'an dan hadis dari Bahasa Indonesia untuk kembali kepada Al-Qur'an dan Sunnah tanpa melalui ulama.

Di sinilah pentingnya bermazhab. Dalam Aqidah Ahlus sunnah wal jamaah, aqidah al asyariyah wal maturidiyah, mazhab itu laksana jalan untuk kembali kepada Alquran dan Sunnah.

Kita amatlah lemah untuk memahami Quran dan Sunnah, termasuk pula dengan kyai dan ulama zaman sekarang.

Maka dari itulah dalam setiap ceramah seringkali kita dengar ulama mengutip ayat, hadis, kemudian disertai dengan pendapat imam 4 mazhab.

Mengapa tidak mencukupkannya kepada Al-Quran dan Hadis saja?

Sekali lagi. Kita dan ulama akhir zaman tidak punya kompetensi untuk melakukannya.

Untuk kembali kepada Alquran dan Sunnah, kita butuh guru. Guru di sini bukanlah orang sembarangan. Guru semestinya bersanad keilmuannya sampai kepada Nabi, agar kita dijauhkan dari kekeliruan.

Imam 4 Mazhab adalah contohnya. Mereka adalah tabiut tabi'in.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Rasulullah dalam kalamnya, generasi terbaik setelah beliau itu ada 3.

Pertama, generasi yang hidup di masa Nabi SAW (sahabat)

Kedua, generasi tabi'in

Ketiga, generasi tabi'ut tabi'in.

[HR. Bukhari dan Muslim]

Bila kita tilik sejarah, imam 4 mazhab itu adalah tabiut tabiin yang sanad ilmu dan keguruannya jelas.

Kenal dengan Imam Ahmad bin Hanbal? Iya benar. Beliau adalah Huffaz, imam yang hafal lebih dari 1 juta hadis.

Imam Ahmad bin Hanbal, atau pengikutnya yang dikenal dengan mazhab Hambali diikuti mayoritas masyarakat muslim di Arab Saudi. Beliau lahir di Baghdad pada awal tahun 164 Hijriah, dan nasab Imam Ahmad bertemu dengan Rasulullah SAW pada Nizar bin Ma'ad bin 'Adnan.

Guru Imam Ahmad tercatat ada 414 orang, dan salah satu guru termasyhurnya adalah Imam Syafi'i.

Imam Syafi'i atau yang pengikutnya dikenal dengan sebutan Mazhab Syafi'i adalah mazhab utama yang dijadikan rujukan di negara kita Indonesia.

Apakah sanad keguruan Imam Syafi'i sampai kepada Nabi? Tentu saja, Imam Syafi'i yang kuat ilmu ushul fiqih berguru kepada Imam Malik.

Perlu diketahui, Imam Malik (Mazhabnya adalah Maliki) berguru kepada Rabi'ah bin Abi Abdurrahman dari Anas bin Malik dan juga Imam Nafi' dari sahabat Ibnu Umar. Sebenarnya total guru Imam Malik ada ratusan guru.

Anas bin Malik adalah sahabat Rasulullah. Ibnu Umar pula adalah sahabat Rasulullah. Ibnu Umar adalah anak dari Khalifah Umar bin Khattab.

Sampai di sini, agaknya kita mulai terbayang akan pentingnya belajar mazhab, kan?

Pentingnya Bermazhab Sebagai Jalan Kembali Menuju Al-Qur'an dan Sunnah

Sebenarnya sama saja dengan istilah kembali kepada Quran dan Sunnah, namun kita kembalinya tidak lewat jalur pemikiran dan nafsu sendiri melainkan mengikuti jalan yang dibuka oleh para Imam Mazhab.

Tapi kan sekarang sudah ada hadis-hadis Shahih yang bisa kita pelajari? Benar sekali.

Ada Imam Bukhari, Imam Muslim. Kedua Imam ini dijuluki As-Shahihain. Isi kitab hadisnya adalah hadis shahih semua. Jadi, hati-hati kalau ada pihak yang melemahkan hadis dari kedua Imam ini. Jika ada, maka kompetensi keilmuannya patut dipertanyakan.

Pertanyaannya, apakah Imam Bukhari tidak bermazhab?

Setelah ditelusuri, ternyata Imam yang hafal lebih dari 300ribu hadis ini bermazhab Syafi'i. Sanad keilmuan Imam Bukhari tersambung ke pada Imam Humaidi yang merupakan murid dari Imam Syafi’i.

Nah, apakah kita yang awam ini sudah merasa lebih pintar dari Imam Bukhari sehingga meninggalkan mazhab? Na'uzubillah. Semoga kita dijauhkan dari penyakit "Merasa".

Tapi, mengapa akhir-akhir ini kita sering menjumpai postingan Salafi-Wahabi untuk langsung kembali kepada Quran dan Sunnah dan jarang dari mereka yang mengutip pendapat Imam Mazhab, bahkan sering mengutip hadis setengah-setengah agar bisa dibikin postingan?

Untuk menjawabnya, semestinya kita perlu kembali lagi melirik sejarah. Apakah Salafi-Wahabi adalah nama akidah, atau manhaj?

Menilik sejarah, Salafi-Wahabi awalnya adalah nama gerakan.

Diterangkan oleh Syaikh Ali Jum'ah (Mufti Mesir), istilah as-salafiah muncul pertama kali di Mesir dan gerakannya dipimpin oleh Jamaluddin al-Afghani dan Muhammad Abduh.

Kemunculan gerakan ini adalah untuk membasmi ritual bi'dah, khurafat, dan ritual-ritual sesat bangsa Mesir di kala itu.

Bagaimana dengan Wahabi? Wahabi juga merupakan gerakan yang serupa dengan Salafi. Wahabi adalah gerakan yang dinisbatkan oleh Muhammad bin Abdul Wahab di Arab Saudi.

Jadi, pada awal mula kemunculannya, Salafi-Wahabi adalah gerakan reformasi, pemurnian Islam.

Tapi di masa kini, entah mengapa gerakan ini berubah menjadi manhaj yang sebagian dari mereka kemudian sibuk berkoar-koar masalah furui'yyah (cabang agama) yang sejak dulu memang menimbulkan perbedaan.

Bahkan yang lebih parah, sebagai dari mereka sengaja tidak mengutip alias menutupi kebenaran lain demi memploklamirkan kebenaran sesuai nafsu mereka.

Sekarang timbul pertanyaan, sebenarnya apa Mazhab Muhammad bin Abdul Wahab yang merupakan pencetus Wahabi?

Cara terbaik agar kita mengetahuinya bukanlah bertanya kepada Wahabi zaman kini melainkan melihat karya dari Muhammad bin Abdul Wahab itu sendiri.

Dalam risalahnya, kitab Shiyanah al-Insan, Muhammad bin Abdul Wahab menerangkan beberapa poin penting, antara lain:

  • Mazhab Wahabi dalam Ushuluddin (Tauhid) adalah akidah Ahlus Sunnah wal Jamaah
  • Dalam fiqih Wahabi cenderung mengikuti mazhab Ahmad bin Hanbal [Hambali].
  • Wahabi tidak pernah mengingkari (melarang) seseorang bermazhab dengan salah satu daripada mazhab yang empat.
  • Wahabi tidak pernah sama sekali mengaku bahwa alirannya sudah sampai ke tingkat mujtahid mutlaq, juga tidak seorang pun di antara para pengikut kami yang berani mendakwakan dirinya dengan demikian.

Sampai di sini, ternyata Wahabi pada awalnya dalam kembali kepada Al-Qur'an dan Sunnah juga kembali kepada Mazhab, kan? 

Maka dari itulah, jika Salafi-Wahabi masa kini membaca sejarah, semestinya mereka tidak mengingkari adanya Mazhab.

Kesimpulan

Alhasil, kesimpulan yang bisa ditarik dari uraian di atas adalah, bermazhab itu penting tidak hanya bagi orang awam saja melainkan juga orang yang cerdas.

Selain itu, hadirnya Mazhab bukan berarti menjadikan muslim yang satu dengan muslim yang lainnya itu berbeda.

Bermazhab itu amatlah penting bagi seorang muslim agar praktik agamanya tidak menyimpang dari ajaran Al-Qur'an dan Sunnah.

Karena biar bagaimana pun, kita tidak hidup di zaman Nabi. Maka dari itulah kita perlu belajar dari ulama yang sanadnya sampai kepada Nabi.

Sejatinya semua muslim adalah sama, yaitu sama-sama ingin kembali kepada Qur'an dan Sunnah. Hanya saja berbeda dari segi jalan dan gang yang dipilih.

Wallahu'a'lam bissawab.
Ozy V. Alandika

Lanjut Baca: Apa Itu Bi'dah, dan Mengapa Sekarang Ini Banyak Orang Menuduh Bi'dah?

Taman Baca:

  • Tim Pembukuan Mahad Al-Jamiah Al-Aly, Diskursus Mazhab Fikih Arba'ah, 2020
  • Ali Jum'ah, Menjawab Dakwah Kaum Salafi-Wahabi, Khatulistiwa Press, 2013
  • Mengenal Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab, Dakwahpost.com

Guru Penyemangat
Guru Penyemangat Guru Profesional, Guru Penggerak, Blogger, Public Speaker, Motivator & Juragan Emas.

Posting Komentar untuk "Mengapa Kita Perlu Bermazhab, Bukannya Langsung Kembali kepada Al-Qur'an dan Sunnah?"