Widget HTML #1

Cerpen: Yang Dipersembahkan kepada Tuhan

Cerpen: Yang Dipersembahkan kepada Tuhan

Oleh Muhammad Nur Faizi

Cerpen Yang Dipersembahkan kepada Tuhan
Cerpen: Yang Dipersembahkan kepada Tuhan. Gambar oleh chiplanay dari Pixabay

Khamidi menjadi orang yang sangat tersakiti. 2 bulan lalu, baru saja dia diputuskan oleh mantan kekasihnya karena menganggap tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup saat mereka menikah kelak.

Khamidi pulang dengan amarah dan semangat pembuktian yang membara dalam hatinya. Ada sekelumit kalimat yang dia tanamkan tajam dalam hati, “Aku akan menjadi sosok kaya raya dan menjadi kebanggan semua orang”, ucap Khamidi dalam hati. 

Dua tahun berjalan, Khamidi menjadi sosok yang semangat dalam bekerja. Hampir tidak ada omongan jelek dari warga sekitar, selain Khamidi sebagai sosok yang rajin bekerja.

Hampir semua pekerjaan mampu dilakukan oleh Khamidi. Dari pekerjaan yang tergolong berat hingga pekerjaan yang hanya bisa dilakukan oleh mereka yang mengenyam pendidikan. 

Memang sedari kecil Khamidi adalah sosok yang tidak beruntung soal pendidikan. Kedua orang tuanya sudah meninggal sedari dirinya mengenyam pendidikan SD. Sehingga Khamidi harus dititipkan kepada pamannya hingga dirinya besar sampai sekarang.

Namun soal pendidikan, Khamidi adalah sosok yang semangat mempelajari segala sesuatunya. Ketika tetangga minta tolong, secara sigap Khamidi membantu dan selalu tepat mengerjakan. 

“Ke mana lagi ya aku harus mencari kerja?” kata Khamidi kepada sahabatnya Ari. 

“Sabar Bro, hidup itu hanya menunggu momentum saja, yang penting kita usaha dulu aja. Lamar aja ke semua kantor yang membuka lowongan pekerjaan,” jawab Ari. 

Jawaban dari Ari tersebut terbenam dalam di pikiran Khamidi sehingga memunculkan motivasi lebih untuk berusaha.

Khamidi yakin dengan adanya adagium bahwa usaha tidak pernah menghianati hasil. Hingga pada suatu waktu, Khamidi bertemu dengan sosok manusia paruh baya yang sedang kebingungan di tengah jalan. Rupanya pria itu, kehilangan sejumlah uang sehingga tidak bisa pulang. 

Khamidi yang melihat kejadian itu, secara refleks langsung menghampiri bapak itu. Menanyakan perihal permasalahan dan hal apa saja yang dapat dibantunya.

Pada akhirnya Khamidi memberikan sejumlah uang agar bapak tersebut bisa pulang ke rumah. Sebagai ucapan terima kasih, bapak itu meminta kontak Khamidi dan berjanji suatu saat nanti akan datang menemui Khamidi kembali untuk berterimakasih. 

Sudah 1 bulan lamanya, sejak kejadian itu, tiba-tiba Khamidi menerima telepon dari nomor asing. 

Segera Khamidi mengangkat telepon dan terdengar suara yang agak berat menanyakan kabar dirinya dan bagaimana keadaan dirinya sekarang. Khamidi secara singkat menjawab bahwa dirinya baik-baik saja. 

“Mas Khamidi sekarang sibuk apa?” tanya bapak tersebut melalui telepon. 

“Lagi nganggur aja, Pak, belum aja kesibukan,” jawab Khamidi. 

“Bagaimana jika Mas Khamidi bantu-bantu di kantor bapak. Kebetulan bapak sedang membutuhkan pegawai tambahan,” ajaknya. 

Kata terakhir dari sosok paruh baya di akhir pembicaraan bagai genangan air segar di tengah gurun. Pasalnya Khamidi yang sudah sedari lama ditolak di banyak perusahaan dan bekerja serabutan merasa sangat tersiksa.

Belum lagi omongan dari mantan pacarnya yang selalu menghina pekerjaan yang dilakukan Khamidi. Maka dengan senang hati Khamidi menerima pekerjaan tersebut. 

Posisi yang diberikan kepada Khamidi adalah kepala pekerja. Dimana Khamidi ditugaskan untuk mengawasi pekerja bangunan yang sedang bertugas.

Memastikan semua pembangunan yang dikerjakan selesai tepat waktu dan tanpa adanya kekurangan. 

Tidak disangka, pengalaman Khamidi bekerja serabutan selama ini dapat digunakan untuk menyeelesaikan proyek-proyek besar. Khamidi pun akhirnya menjadi orang kepercayaan dan karirnya makin melejit. 

Di kampung, gaya hidup Khamidi berubah drastis. Dari dulunya yang hanya memakai kaos oblong dan sandal jepit, kini bisa memakai jas lengkap dengan sepatu mengkilap.

Semua mata tertuju pada perubahan Khamidi, yang dari susah hingga menjadi kaya raya seperti ini. 

Tidak terkecuali mantan pacarnya, yang kini memilih diam dan tidak lagi menghina Khamidi. Akhirnya Khamidi mendapatkan apa yang dia inginkan; kekayaan lengkap dengan pengakuan. 

*

Namun di tengah malam, bayang-bayang kegelisahan datang menghampiri Khamidi. Cobalah Khamidi bertanya kepada dirinya sendiri tentang segala sesuatu yang dibuatnya.

Dia tidak menemukan sesuatu hal pun yang kurang ataupun salah pada dirinya. Bahkan kini Khamidi merasa lebih baik dari sebelumnya. 

Tercatat sudah 6 hari Khamidi terbangun di tengah malam. Tidurnya tidak nyaman karena dihantui oleh rasa gelisah yang selalu datang.

Khamidi tidak tahu lagi harus berbuat apa, padahal dirinya sudah memiliki segalanya; harta, pengakuan, kekuasaan, dan ketenaran. “Lalu apa yang membuatku merasa kurang?” tanya Khamidi dalam hati. 

Tidak tahan akan semua rasa gelisah yang menyerang dirinya, datanglah Khamidi ke rumah ustaz ternama di kampungnya.

Menurut penduduk sekitar Ustaz Ilham sebutan ustaz di kampung Khamidi sudah melewati maqam syariat sehingga mampu mendeteksi apa yang ada dalam hati manusia. Tibalah Khamidi di depan rumah Ustaz Ilham, dan tangannya mengetok pintu rumah Ustaz Ilham. 

“Assalamualaikum,” kata Khamidi. 

Dua kali Khamidi mengucapkan salam namun belum mendapatkan jawaban. Khamidi mengulangi salamnya kembali, dan barulah samar-samar terdengar jawaban salam dari Ustaz Ilham. 

“Waalaikumsalam warahmatullah,” jawab Ustaz Ilham. 

Ustaz Ilham mempersilahkan Khamidi untuk masuk ke rumahnya, dan kemudian menyuruh istrinya untuk menghidangkan makanan ringan dan minuman untuk Khamidi.

Setelah menanyakan kabar satu sama lain, tibalah Khamidi bercerita tentang masalah yang dia hadapi. 

Tentang permasalahan dirinya yang tidak bisa tidur tengah malam, perihal dirinya yang selalu gelisah, dan permasalahan lain yang menimpa Khamidi akhir-akhir ini. 

Rupanya Ustaz Ilham mengerti betul tentang masalah yang menimpa Khamidi. Terlihat dari ekspresi Ustaz Ilham yang serius dan cenderung menyelami dalam-dalam permasalahan Khamidi.

Maka kini Ustaz Ilham sedang memberikan penjelasan singkat kepada Khamidi. Menurut Ustaz Ilham, Khamidi sedang memasuki loncatan keimanan.

Di mana Allah ingin menaikkan derajat Khamidi dari orang biasa menjadi seorang hamba yang berguna bagi banyak orang. 

Maka untuk menghadapi fase ini, Ustaz Ilham menyarankan Khamidi untuk banyak berdzikir dan melakukan sholat malam secara rutin.

Kemudian Ustaz Ilham juga menyarankan untuk banyak meminta maaf kepada semua orang, meskipun Khamidi menjadi sosok yang sebenarnya tersakiti.

Menurut Ustaz Ilham hal itu sangat penting untuk memutus konflik kemanusiaan, agar Khamidi tidak lagi terganjal oleh konflik-konflik antar sesama. 

Khamidi mendengarkan sungguh-sungguh setiap perkataan dari Ustaz Ilham. Bahkan Khamidi mencatat di layar gawainya tentang apa saja yang disampaikan oleh Ustaz Ilham.

Setelah dirasa cukup tersampaikan keluh kesah dalam dirinya, Khamidi undur diri dan meminta restu kepada Ustaz Ilham agar berhasil menjalankan apa yang diperintahkan Ustaz Ilham. 

*

Keesokan paginya Khamidi melakukan apa yang diperintahkan Ustaz Ilham. Khamidi mulai melakukan dzikir pagi disambung dengan sholat dhuha.

Setelah itu Khamidi pergi untuk bekerja, dan tidak lupa membaca doa di sela-sela aktifitasnya. Rupanya rentetan ritual keimanan tersebut membuat hati Khamidi kian tenang.

Rasanya tidak ada beban sedikitpun yang ada dalam hati Khamidi dan dia seolah terbebas dari masalah apapun. 

Khamidi merasa menjadi seseorang yang berbeda dengan sebelumnya. Berbeda dengan pencapaiannya yang dulu diukur dengan harta, kini Khamidi merasa sangat tenang karena dirinya selalu tertaut pada garis yang ditetapkan Tuhan.

Maka Khamidi bertekad untuk selalu mengerjakan segala aktifitas yang kini telah dilakukan. 

Tidak lupa juga Khamidi mendatangi mantan kekasihnya untuk meminta maaf. Terlihat kekasihnya sangat kaget atas kedatangan Khamidi.

Kekasihnya tampak malu atas apa yang telah dilakukan selama ini. Sehingga tanpa sadar mantan kekasihnya meneteskan air mata sambil mengikhlaskan segala sesuatu yang telah terjadi diantara mereka. 

Kini Khamidi telah tahu apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh dirinya. Bukan tentang harta, bukan pula tentang pengakuan, atau tentang pujian yang datang dari semua orang.

Khamidi hanya membutuhkan jiwa yang ikhlas menerima semua kehendak Tuhan. Menjadi manusia yang selalu mendekatkan diri dan meminta ampunan. 

Karena menurut Khamidi perihal semua hal yang ada di dunia itu fana adanya. Semuanya akan binasa pada waktunya.

Dan yang kekal adalah rasa rindunya kepada Pencipta. Dan inilah yang selalu dijaga oleh Khamidi. 

Rasa tenang, rasa bebas, dan rasa rindu ingin bertemu dengan Pencipta. Kelak semua rasa inilah yang ingin dipersembahkan oleh Khamidi di hadapan sang Pencipta saat dirinya telah tiada.*

Lanjut Baca: Cerpen Tuhan Tidak Dilihat Mata

Guru Penyemangat
Guru Penyemangat Guru Profesional, Guru Penggerak, Blogger, Public Speaker, Motivator & Juragan Emas.

Posting Komentar untuk "Cerpen: Yang Dipersembahkan kepada Tuhan"