Widget HTML #1

Kumpulan Puisi Bulan November Tentang Keceriaan di Sebalik Hujan dan Senja

Puisi Bulan November Tentang Keceriaan di Sebalik Hujan dan Senja
Puisi Bulan November Tentang Keceriaan di Sebalik Hujan dan Senja. Dok. Gurupenyemangat.com

November telah tiba!

Sungguh rasanya saban waktu begitu cepat berlalu, ya. Padahal Guru Penyemangat masih merasakan betul hembusan semilir angin sejuk Januari beserta lirikan cahaya fajar di sampingnya.

Tapi kini, bulan kesebelas yang bernama November telah menyapa. Entah itu adalah sapaan duka maupun ceria, semestinya kita sudah harus bersiap menguatkan hati, jiwa, dan raga.

Biarpun begitu, apa kabar senja dan cinta? Semoga untaian harap tersebut senantiasa baik-baik saja bersama diorama impian yang terus menggelora.

Dan pada kesempatan kali ini, Gurupenyemangat.com ingin menyajikan segenap untai puisi tentang bulan November.

Bait-bait diksi dalam puisi tentang bulan November berikut berkisah tentang keceriaan di sebalik hujan, senja dan kelabu yang kadangkala menghantui.

Nah, langsung disimak saja ya:

Puisi Bulan November yang Ceria dan Menyentuh Hati

Puisi 1: November Ceria

Puisi November Ceria
Puisi November Ceria. Dok. Gurupenyemangat.com

Pagiku hari ini tampak indah
Disapa oleh segenap embun yang berwarna
Katanya; aku yang hari ini lebih cantik dari biasanya
Senyumku seperti bangunan megah
Dengan semanis-manisnya wajah

Aku baru saja tiba di November ceria
Bulan kesebelas yang penuh dengan cerita
Padahal kemarin hidupku dicerca oleh karat basa-basi
Kata-kata harapku tercabik-cabik oleh elegi
Katanya; mimpiku hanya ditempuh oleh jalan sunyi

Aku tak peduli
November ceria mengajakku memetik makna
Bahwa selalu ada senyum di sebalik duka
Karena kadang kala; hatiku ditusuk oleh jarum-jarum dilema
Berdarah, tapi tidak tampak sedang terluka

Aku bahagia tiba di bulan November ceria
Ingin rasanya hati ini tersenyum dalam tawa

Duduk berdua
Saling berbicara
Seraya menyelip harap dalam makna

Ketika aku dan kamu tiba-tiba menjadi kita
Ketika kita bersama-sama bercerita gombal di taman bunga
Ketika aku mengaku cinta, dan engkau menerima setulusnya
Seperti itu mozaik kisahku di November ceria

Karya: Ozy V. Alandika

Boleh Baca: Kumpulan Puisi Tentang Bulan Oktober

Puisi 2: Senja di Bulan November

Kesepian di mataku baru saja pamit
Ingin pergi berlabuh
Berlayar menuju pengharap-pengharap hampa yang lain
Menginap di masa lalu
Bersama tunas-tunas padi yang membayangkan mekar ibunya dahulu

Di saat November tiba
Kesepianku menjemput senja
Irama rimpuh yang kemarin bergetar kini bertukar senyum sejadi-jadinya
Nada-nada harap berubah menjadi bara-bara mimpi
Menyapa almanak muda
Berkabar kepadaku bahwa muara impian akan segera tiba

Senja di bulan November serasa mengajakku duduk di pantai
Katanya selalu ada swastamita yang menimpa kelam
Sebelum hari-hariku menjadi gelap
Sebelum semangatku berubah menjadi patah arang
Sebelum mimpiku ditumbuk oleh karang

Aku diajak menatap langit merah
Sekadar untuk bertukar senyum
Bersama singsing benam yang cerah

Sungguh senja yang sejuk
Yang terkadang bersembunyi di sisi ufuk
Malu-malu ingin memeluk
Padahal awan-awanku sudah mengangguk
Disemangati oleh daun-daun kering gemerusuk

Kuharap senja di bulan November tidak tenggelam secepat itu
Karena butuh waktu lama agar rasa sakit ini berlalu

Karya: Ozy V. Alandika

Boleh Baca: Puisi untuk Senja dan Rasa Lelah Penjaga Kalbu

Puisi 3: Doaku di Bulan November

Tengadah tangan ini dalam tetesan air suci
Bersujud dalam rendah
Terasalah diri paling rendah
Tak berdaya
Hanyalah garang dalam kata-kata
Tapi tak mampu menandingi kuasa-Nya

Tengadah tangan ini mengumpul harap
Dalam untaian kalimat-kalimat doa
Seraya bersyukur atas nikmat-Nya

Sungguh ingin mengaku bahwa aku salah
Banyak dosa
Sombong dan hina

Oktober sudah berlalu
Bersama kegilaanku di waktu itu
Dan kini November menyapa

Tengadahku dalam tangis
Basah bersimbah sesal
Aku mengaku apa adanya
Tidak dengan ada apa-apanya

Dalam tengadah ini aku berdoa
Semoga hati ini kian basah dengan hidayah
Semoga badan ini kian jauh dari amal salah
Istiqomah dalam ibadah
Karena dunia memang tempatnya lelah

Karya: Ozy V. Alandika

Boleh baca: Puisi Tentang Hamba, Harap, dan Langit

Puisi Bulan November yang Sedih dan Menginspirasi

Puisi 4: November Kelabu

Puisi November Kelabu
Puisi November Kelabu. Dok. Gurupenyemangat.com

Gemuruh baru saja menyambar
Mimpiku terbang jadi pilu
Selimut ceriaku tergores jadi duka
Tersangkut di pintu November kelabu

Geliat diri terasa hampa
Padahal almanak sudah baru
Tanggal merah sudah meninggalkanmu
Tapi kini malah aku yang sendu
Disapa oleh November kelabu

Gagalku begitu sakit di masa lalu
Kini tiba, datang lagi merayu

Mengabar penuh amarah
Menata hati biar jera
Menyimak irama sesal
Menuangkan segelas air putus asa

Sungguh ingin aku menolak kisah
Tak kuat aku bercerita tentang cinta
Sudah sakit hati ini dirajam sayang
Dan sayang-sayang melekat itu tercampak lalu terbuang

November kelabu
Sudah cukup akhiri saja ceritamu
Sudah terlalu temaram aku dengan masa lalu

Aku ingin segera bangkit
Tak peduli walau harus merangkak sedasawarsa menghapus jejakmu

Karya: Ozy V. Alandika

Boleh Baca: Puisi Tentang Penyesalan Hamba kepada Tuhan

Puisi 5: Pemuda yang Duduk Manis Menyambut Arunika November

Hujan, cinta, dan rindu selalu menghiasi langit-langit November. Segenap tanah tandus merindukan mendung. Segerombol kelopak bunga menunggu basah.

Setumpuk rindu dalam penantian telah ditinggalkan oleh purnama terakhir Oktober. Masih terbawa rinai hujan. Juga tak terlupa tentang cinta dan rindu.

Tapi, tidak dengan pemuda yang sedang duduk manis. Dia membenci hujan. Dia tak ingin bersahabat dengan elegi. Dia bersengketa dengan rindunya sendiri. Karena hujan, elegi, dan rindu telah menerbitkan sepi.

Sang pemuda masih punya cinta. Karena dia tahu bahwa cinta itu tak pernah menghadirkan hujan, sepi, juga elegi. 

Karena cinta, dia terus duduk manis menyambut arunika November. Dia tak kesepian, walau mungkin basah. Dia tidak gelisah, walau mungkin bermuka ratap di sebalik wajah.

Pemuda yang duduk manis menyambut arunika November. Surya adalah cerahnya. Sedangkan swastamita adalah jarak tunggunya sembari mengukur purnama.

Seberapa dekat jarak bangku dengan cinta. Seberapa panjang jarak cinta dengan takdirnya. Dia tetap duduk manis bersandarkan doa, yang mungkin bisa mengubah kuasa.

*Arunika: Waktu Matahari Terbit

Karya: Ozy V. Alandika

***

Nah, demikianlah dari kumpulan bait-bait puisi yang bisa Guru Penyemangat sajikan dalam menyambut bulan November.

Entah itu ceria atau malah duka, entah itu kelabu atau malah merindu, aku harap kamu selalu kuat, ya. Karena kita harus terus berjuang.

Salam.

Guru Penyemangat
Guru Penyemangat Guru Profesional, Guru Penggerak, Blogger, Public Speaker, Motivator & Juragan Emas.

Posting Komentar untuk "Kumpulan Puisi Bulan November Tentang Keceriaan di Sebalik Hujan dan Senja"