Widget HTML #1

Contoh Cerita Tentang Pengalaman Meminta Maaf kepada Teman

Contoh Cerita Tentang Pengalaman Meminta Maaf kepada Teman
Contoh Cerita Tentang Pengalaman Meminta Maaf kepada Teman. Dok. Gurupenyemangat.com

Hai, sobat Guru Penyemangat, sudahkah kalian melantunkan kata-kata maaf hari ini?

Nah, aku yakin bahwa dirimu punya banyak kisah yang mendulang kesalahan. Alhasil jika diminta ceritakan meminta maaf kepada teman, pengalamanmu pasti banyak.

Iya, sejatinya dengan meminta maaf kita akan tenang dan tidak berlama-lama untuk bermusuhan. Entah itu berbuat kesalahan kepada teman, orang tua, guru, hingga orang lain.

Pada dasarnya cara meminta maaf kepada teman untuk dimulai dari inisiatif. Maksudnya begini; dirimu peka atau tidak bahwa temanku sedang sakit hati atau kesal dengan sikapmu.

Jika peka, maka semakin cepatlah kesempatan meminta maat terbuka. Ya, minta maaf itu makin cepat makin baik. Kalau gengsi-gengsian sih, jadinya gawat.

Kelamaan hidup bermusuhan tanpa ada kata maaf itu sama saja seperti menambah beban hati dan dosa. Hemm.

Dalam kehidupan sehari-hari, meminta maaf kepada teman adalah perwujudan dari sila ke-2 Pancasila, yaitu Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.

Alhasil, sikap minta maaf adalah sikap manusiawi dan menunjukkan bahwa seseorang itu memiliki prilaku yang beradab.

Cerita Pengalaman Meminta Maaf kepada Teman

Salah itu biasa, tapi merasa tidak bersalah dan enggan untuk meminta maaf itu yang tidak biasa. Terang saja, kita hidup pasti membutuhkan teman dan di saat melakukan kesalahan kita perlu bahkan wajib untuk meminta maaf.

Berikut Gurupenyemangat.com sajikan beberapa contoh cerita tentang pengalaman meminta maaf kepada teman.

Contoh 1: Meminta Maaf kepada Teman Gara-gara Sering Menyebut Nama Orang Tuanya

Waktu itu Andi masih duduk di kelas 5 SD. Sehari-hari ketika mulai datang ke sekolah ia sering mengganggu Nita terutama pada saat jam istirahat.

Ya, kebiasaan teman-teman di kala itu memang cukup menjengkelkan. Teman-teman Andi berperilaku tidak sopan mengejek siswi dengan menyebut nama Ayah dan Ibu mereka.

Sontak saja beberapa anak perempuan yang kesal sampai menangis dan melaporkan perbuatan iseng teman-teman sekelas kepada Bu Guru.

Bahkan, karena Andi ikut-ikutan mengejek, akhirnya Nita menangis dan mengungkapkan keluh kesahnya kepada Bu Guru. Hanya saja waktu itu Bu Guru menegaskan agar jangan diambil hati.

Nama Nabi saja disebut, bahkan nama Tuhan pula disebut. Walau begitu, Bu Guru pun langsung menegur teman-teman usil seraya menasihati mereka agar jangan lagi berperilaku kurang beradab.

“Bagaimana bila nama orang tua kalian yang disebut dengan cara main-main, apakah kalian tetap menerimanya?”

Semua siswa laki-laki terdiam dan mereka pun tersadar. Satu demi satu siswa meminta maaf, begitu pula dengan Andi.

Dengan rasa bersalah, Andi berbicara terus terang dan meminta maaf kepada Nita. Setelah tangisannya mereda, Nita pun dengan tulus dan rela memaafkan Andi.

Akhirnya, suasana kelas 5 pun kembali damai dan semua siswa bermain dengan riang gembira.

Contoh 2: Pengalaman Tono Meminta Maaf karena Mengejek Teman yang Gendut dan Pendek

Pada dasarnya semua manusia diciptakan sama dan sempurna. Walau begitu, secara fisik tiap-tiap orang berbeda.

Ada yang pesek, ada yang berkulit hitam, sawo matang dan putih, ada yang bermata biru, ada yang memiliki tubuh tinggi dan pendek, serta ada pula orang yang gendut dan kurus.

Semua itu adalah karunia Allah yang wajib kita syukuri.

Namun, pengalaman Tono berbeda. Di kelas, dia menjadi siswa yang terlalu aktif sehingga sering mengejek teman yang gendut dan pendek.

Beberapa kali kedua teman yang diejek itu sampai kesal. Tapi sayangnya, Tono tidak peduli. Dia hanya tersenyum dan terus mengejek.

Sebagai seorang siswa laki-laki kelas VI SD Tono memang cukup tinggi dan tidak terlalu gemuk. Mungkin itu yang menjadikan dirinya sombong dan pamer kesempurnaan fisik.

Pada suatu hari saat jam istirahat, kebetulan aksi Tono dilihat oleh Pak Guru Kesenian. Karena ketahuan, Pak Guru pun menghentikan tindakan Tono seraya berkata kepadanya:

“Tono, apakah orang-orang yang tinggi itu dijamin paling pintar?”

“Tidak, Pak.”

“Apakah orang-orang yang tidak gendut itu dijamin masuk surga?”

“Belum tentu, Pak.”

“Jadi, sekarang Tono sudah mengerti kan, bahwa tidaklah beradab seseorang jika hanya menilai orang lain berdasarkan fisiknya.”

“Baik, Pak. Saya minta maaf.”

Atas kejadian itu, Tono pun meminta maaf kepada kedua orang teman yang kemarin sering ia ejek. Ia pun berjanji untuk tidak mengulangi perilaku tersebut.

Contoh 3: Pengalaman Meminta Maaf karena Menghina Teman yang Miskin

Namanya anak itu Suneo. Di desa, dia merupakan anak dari orang kaya. Ayahnya seorang direktur di perusahaan swasta yang gajinya ratusan juta per bulan.

Alhasil, apa pun keinginan dan kemauan Suneo mudah saja ia dapatkan. Bahkan saat di sekolah, Suneo diberi uang jajan ratusan ribu. Sontak saja, dia sering pamer barang dan mainan mewah.

Pada suatu hari, di sekolah ada seorang siswa yang baru pindah. Setelah pulang sekolah, ternyata siswa tersebut rumahnya hanya berselang 50 meter dari kediama Suneo.

Hanya saja, setelah keduanya berkenalan, Suneo baru tahu kalau siswa tersebut berasal dari keluarga sederhana.

Karena merasa diri paling hebat, Suneo pun mulai mengusik siswa baru baik di sekolah maupun di desa. Siswa tersebut diteriaki anak orang miskin berkali-kali.

Namun, pada hari Sabtu sesaat setelah pulang sekolah tiba-tiba Suneo terjatuh. Kakinya terluka gara-gara tersandung batu tajam yang ada di samping gerbang sekolah. Kebetulan di SD sedang ada pembangunan.

Siswa baru yang mengetahui hal tersebut lantas langsung membantu Suneo dan mengantarkannya pulang.

Suneo pun kaget. Ternyata teman yang selama ini ia hina dan ia rendahkan malah menjadi malaikat penolong di saat dia susah.

Alhasil, pada saat itu juga dia meminta maaf atas tindakannya yang merendahkan orang lain. Sekarang, keduanya berteman baik dalam keadaan senang maupun susah.

Boleh Baca: Cara Mengajarkan Anak Agar Terbiasa Meminta Maaf dengan Tulus

Meminta Maaf dalam Islam

Meminta Maaf dalam Islam
Meminta Maaf dalam Islam. Dok. Gurupenyemangat.com

Berdasarkan hadits shahih, meminta maaf dalam Islam adalah perwujudan kemuliaan bagi seorang muslim.

Tiada sebiji pun kebaikan bila seseorang terus menyimpan dendam karena nantinya hanya akan menimbulkan penyakit hati.

Dengan memaafkan orang lain, siapa pun itu, mudah-mudahan hati kita menjadi lapang. Intinya, setelah memaafkan, lupakanlah kesalahan mereka. Jangan lagi ungkit-ungkit masa lalu.

Berikut Gurupenyemangat.com sajikan dua hadits yang bisa jadi landasan dalil meminta maaf dalam Islam sebagaimana yang dikutip dari carihadis.com:

Hadits 1: Shahih Muslim Nomor 4689 dalam Syarh Shahih Muslim

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ وَقُتَيْبَةُ وَابْنُ حُجْرٍ قَالُوا حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ وَهُوَ ابْنُ جَعْفَرٍ عَنْ الْعَلَاءِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ

Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Ayyub] dan [Qutaibah] dan [Ibnu Hujr] mereka berkata; Telah menceritakan kepada kami [Isma'il] yaitu Ibnu Ja'far dari [Al A'laa] dari [Bapaknya] dari [Abu Hurairah] dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sedekah itu tidak akan mengurangi harta. Tidak ada orang yang memberi maaf kepada orang lain, melainkan Allah akan menambah kemuliaannya. Dan tidak ada orang yang merendahkan diri karena Allah, melainkan Allah akan mengangkat derajatnya."

Hadits 2: Sunan Tirmidzi hadis nomor 1952

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ مُحَمَّدٍ عَنْ الْعَلَاءِ بْنِ عَبْدِ االرَّحْمَنِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ رَجُلًا بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ  إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ قَالَ أَبُو عِيسَى وَفِي الْبَاب عَنْ عَعَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ وَابْنِ عَبَّاسٍ وَأَبِي كَبْشَةَ الْأَنَّمَارِيِّ وَاسْمُهُ عُمَرُ بْنُ سَعْدٍ وَهَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ

Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah] Telah menceritakan kepada kami [Abdul Aziz bin Muhammad] dari [Al Ala` bin Abdurrahman] dari [bapaknya] dari [Abu Hurairah] bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sedekah itu, pada hakekatnya tidak akan mengurangi harta. Tidaklah seorang memberikan maaf, kecuali ia akan semakin bertambah mulia. Dan tidaklah seorang yang tawadhu' karena Allah, kecuali Allah akan meninggikan derajatnya." Abu Isa berkata; Hadis semakna juga diriwayatkan dari Abdurrahman bin Auf, Ibnu Abbas, dan Ibnu Kasyabah Al Anmari, namanya adalah Umar bin Sa'd. Hadis ini adalah hadis hasan shahih.

***

Oke, demikianlah sajian contoh cerita tentang pengalaman meminta maaf kepada orang lain. Semoga bermanfaat, ya.

Lanjut Baca: Cerita dan Pengalaman Berbuat Baik kepada Orang Lain

Guru Penyemangat
Guru Penyemangat Guru Profesional, Guru Penggerak, Blogger, Public Speaker, Motivator & Juragan Emas.

Posting Komentar untuk "Contoh Cerita Tentang Pengalaman Meminta Maaf kepada Teman"