Widget HTML #1

Puisi Renungan: Sebuah Perjuangan Menuju Bahagia

Aku yakin semua orang berhak untuk bahagia, biarpun perjuangan mereka terkadang hingga berdarah-darah. Tapi, ya, namanya juga perjuangan. Keringat serasa wajib untuk tercurah sebagai tanda bahwa diri tak menghentikan ikhtiar.

Pun dengan perjuangan orang lain. Sesekali, diri melihat bahwa perjuangan orang lain patut untuk dijadikan renungan. Renungan hari ini untuk perjuangan besok, dan seterusnya.

Puisi Renungan
Renungan Sebuah Perjuangan. Foto: Pexels

Syahdan, untuk menghias perjuangan tentang renungan, aku hadirkan segenap diksi. Semoga diri kita semakin cerah menuju bahagia.

Puisi 1: Hari Itu dan Hari Ini

Hari itu kabut menutupi sang mentari
Sendu menjadi senja
Bulan dan bintang hilang dari peraduan 

Hari itu mulanya sebuah kegelapan
Hari itu ragaku terpisah dari jiwanya
Hari itu hatiku diterpa kehampaan 

Jiwaku lalu berlari
Mencari arti ketenanagan
Hatiku terus merintih 
Ingin segera bertemu dirinya 

Seiring daun gugur berjatuhan
Yang takkan kembali pada asalnya
Seiring waktu berjalan
Detik demi detik

Hari ini aku terpana pada sebuah tempat
Tempat yang kecil namun kaya hikmah
Tempat masyhur bagi santri
Tempat makbul memanjatkan harapan 

Hati dan jiwaku terpana
Memandang seorang santri
Santri itu tak henti
Melantukan ayat suci
Melafazkan asma cinta

Hari ini
Semuanya telah berubah
Kegelapan hilang diterjang ombak kehidupan
Hati dan jiwaku menetap di rumahnya
Mempelajari seni kehidupan 

Hari ini
Sebuah sinar telah datang
Hatiku kini telah menemukan bagian dirinya
Dirinya mengabdi pada ilmu
Jiwa dan raganya telah bersatu
Berdikari pada agama 

Goresan Tangan: Mawar Sartika


Puisi 2: Tanah Tua

Kau terbuat dari asah
Kau terbuat dari gertakan
Kau adalah tanah bertuan

Engkau bisa mempersatukan jiwa berbeda di bawah namamu              
Engkau mampu menggelorakan

Darah itu merah
Tulang itu putih
Engkau lambang sebuah kebebasan
Mengeluarkan kejenuhan

Engkau memiliki histori kehidupan
Menjadi bekal membangun dirimu

Sumpah setiap jiwa berhasil mewarnai dirimu
Doa sang penegak dan pembela
Itulah kekuatanmu

Wahai tanahku
Beribu kisah telah tercipta
Beribu cinta terkorbankan
Beribu perjuangan suci terwujud

Sejak dari dulu hidupmu terusik
Dirimu terbelenggu
Dirimu dipermaiankan oleh kekuasaan

Wahai tanah tua
Seandainya engkau bisa berlari
Pastilah dirimu takkan tersakiti
Seandainya engkau mampu berkata
Pastilah dirimu takkan terpecah 

Goresan Tangan: Mawar Sartika


Puisi 3: Simalakama

Simalakama terurai dalam pangkuan
Mengiringi air mata dalam langkah
Terngiang dalam pikiran
Termenung dalam perbuatan

Hidup begitu sulit
Di antara dua pilihan
Pilihan yang menyiksa

Saat dilema melanda
Memposisikan kesalahan
Menghancurkan semua impian

Dilema singgah di hati
Tak membutakan mata dan telinga
Mengetahui akan akibatnya

Dilema begitu sulit
Menentukan bahagia atau duka
Sakit atau bahagia
Sendu atau gempita

Hidup di masa ini
Tak seperti karang
Tak larut dalam ombak
Tak terbuai dalam ketenangan

Hidup di masa ini
Ketetapan sulit disebut
Kenyataan sulit diterima
Perjanjian sulit terjaga
Kejujuran bagaikan mutiara di halaman

Kehidupan di dunia dipenuhi kebimbangan
Mengikuti salah atau benar
Memilih darah atau tulang
Memilih air atau daratan
Melangkah maju atau mundur
Salah memilih jiwa terkekang

Kehidupan ini mempertahankan nilai kebaikan
Memperjuangkan nilai kejujuran
Bagaikan menghidupkan sebuah kematian

Goresan Tangan: Mawar Sartika


Puisi 4: Kertas Putih

Kertas putih hadir mengisi
Hati yang terisi
Menulis tentang bintang yang tak kenal rasa
Sembari merangkai kata demi kata
Untuk memahami sebuah rasa

Kertas putih berisikan hatiku
Bergores penuh cinta
Cintaku padamu

Mampu mengubah putihnya kertas
Menjelaskan cintaku padanya
Seperti takkan berkesudahan
Tanpa dirinya sadari

Kertas ini menjadi saksi
Aku melewati jalan berduri
Sembari menata langkah
Menata kebali luka menjadi bahagia
Sembari merelakan hal tersulit
Memberikan bintang pada bulan

Kau diibaratkan sebersih hatiku yang telah berubah kelam
Digores oleh luka
Ditaburi harapan
Merelakan rasa demi keraguan

Saat hati dan pikiran tak lagi mampu berkata
Kertas putih menjadi terbaik
Memahami kisah cinta
Cinta yang rumit antara aku, kau, dan dirinya

Kertas putih
Darimu kumemahami bahwa hati yang hampa lambat laun akan terisi
Dengan rangkaian kisah bahagia atau lara

Kertas putih
Jari-jemariku penentumu
Apakah kau bermakna atau tidak

Sama halnya hanya kuasa Tuhan sebagai penentu yang terbaik
Apakah dia untukku atau tidak

Namun kuyakin jika lembaran kertas ini tak berhaga di matamu
Masih ada lembaran baru yang menanti untuk dirangkai

Goresan Tangan: Mawar Sartika

Baca juga:

Guru Penyemangat
Guru Penyemangat Guru Profesional, Guru Penggerak, Blogger, Public Speaker, Motivator & Juragan Emas.

Posting Komentar untuk "Puisi Renungan: Sebuah Perjuangan Menuju Bahagia"