Widget HTML #1

Media Sosial Ada Etikanya, Bijaklah Berkomentar di Postingan Orang Lain!

Dulu, sering kita dengar peringatan "hati-hati dengan lidahmu!", tapi semenjak ada media sosial maka peringatan berubah menjadi "hati-hati dengan jari-jarimu!".

Ya, di era milenial yang sudah mulai bertumbuh para generasi Z dan Alpha, sudah sangat banyak orang yang akrab dengan media sosial. 

Meski begitu, keakraban di medsos sering berakhir dengan keributan gegara tidak semua orang mampu bijak ketika berkomentar di postingan teman mayanya.

Media Sosial Ada Etikanya, Bijaklah Berkomentar di Postingan Orang Lain!
Bijaklah Berkomentar di Postingan Orang Lain! Gambar oleh Coffee Bean dari Pixabay

Kamu pasti menemukannya, bukan? 

Sesekali, ketika kita berselancar di medsos, pernah kita temui komentar dan tanggapan "rusuh" yang begitu memedihkan mata. Seakan-akan komentarnya berasal dari orang yang tak punya etika, tak punya adab.

Bagaimana mau dicap beretika kalau opini yang dikeluarkan pengguna media sosial bertajuk caci-mencaci, maki-memaki, serta saling perang diksi-diksi kotor.

Hasrat kita menjelajahi halaman medsos yang awal mulanya ingin cari santai, malah berganti jadi kekesalan. 

Kita jadi jengkel dengan sang pemaki/pencela, kesal dengan postingannya, bahkan terkadang jengkel dengan diri sendiri sebab turut terbawa- bawa.

Ngerinya, bila terbawa-bawa dengan cacian serta makian kita malah turut nimbrung serta memperpanjang celaan di halaman gagasan artikel orang. Kan meninggikan dosa namanya!

Tambah ngeri lagi kalau celaan serta makian yang dimaksud malah hadir dari rekan kerja, sahabat masa kecil, saudara dekat, keluarga sendiri, apalagi orang yang tidak diketahui.

Makiannya juga macam- macam. Terdapat yang memaki orang dengan menampilkan kondisi yang tidak mengasyikkan, tanggapan edan, bodoh, sinting, serta lain-lain. 

O ya, ada pula yang lebih parah, nama-nama saudara semacam nenekmu, bapakmu, dan anakmu pula turut jadi bahan celaan.

"Huhu, emangnya jalur ini kepunyaan nenekmu!"

"Oalah, suka- suka kau serta bapakmu lah!"

"Kok kelakuannya begitu ya? tentu itu adalah anakmu! Hohoho"

Aih, memang benar-benar merusak mood dan suasana hati, ya. Mungkin dibandingkan dengan jumlah celaan, komentar dan tanggapan pujian hampir terdegradasi. Maksudnya, kebanyakan orang yang mencaci daripada memuji.

Survei membuktikan, lebih dari 30 ribu Facebooker mengatakan kalau nyaris 50% beranda Facebook berisikan sekumpulan kata-kata kotor. Secara tidak langsung, kita bisa menilai bahwa ternyata seperti itulah jati diri seorang pengguna medsos.

Entah apa yang salah dari mereka. Apa mungkin kehidupan mereka sehari-harinya penuh dengan anggapan negatif?

Mungkin saja, kan. Meskipun media sosial hanyalah dunia maya, etika dan kebijaksanaan yang dihadirkan seseorang juga berasal dari dunia nyata. 

Berkomentar yang sopan, cek, ricek, dan literasi terlebih dahulu, serta bijaksana mengudar gagasan adalah sejumput etikanya.

Berkomentar di Postingan Orang Lain adalah Jalan Dosa yang Tiada Disangka

Tanpa kita sadari, celaan serta makian di postingan-postingan orang lain telah menjadi jalan datangnya  dosa via lidah dan jari. Sederhananya, apa bedanya cacian di postingan orang lain dengan gunjing, ghibah, dan iri dengki?

Semua yang disebut di atas adalah lumbung dosa. 

Bila celaan itu dusta berarti kita telah turut memfitnah. Tetapi bila celaan itu adalah kebenaran, berarti kita telah turut menggunjing. Sama saja, dua- duanya merupakan dosa.

O ya, itu baru dosa satu orang pengguna media sosial saja. Seperti halnya kehidupan di dunia medsos, ada yang memulai maka ada pula para provokator, kan?

Nah, itulah yang menjadi masalahnya. Kalau provokatornya memulai dengan pujian, maka itu adalah jalan menuju sikap bijaksana. 

Tapi jikalau sebaliknya? Ternyata dialah sang pembuka jalan dosa yang tiada disangka-sangka.

Karena aku cukup sering menulis, sebenarnya aku hampir tiap hari menemukan kasus komentar medsos yang jauh dari etika. 

Padahal aku sama sekali tak mau memasang judul artikel clicbait, tapi entah mengapa masih ada saja komentar negatif.

Sontak saja aku jengkel bin kesal sehingga aku non-aktifkan kolom komentar. Terutama di Facebook. Ya, warga Facebook yang banyak menghadirkan komentar dan tanggapan yang amburadul.

Kalau kolom komentar postingan tetap aku biarkan, jangan-jangan nanti malah makin menggunung caciannya.

Mengapa Sih Harus Sibuk dengan Urusan Hidup Orang Lain!

Bila dirimu dan diriku menyukai sebuah postingan, maka berikan apresiasi. Bila kurang suka? 

Ya tinggalkan saja. Rasanya opsi tersebutlah yang sangat ringan dan bijak untuk kita tinggalkan. 

Percuma berdebat di media sosial, meskipun kita yang benar, ya! Sebagaimana kalam hadis yang dituangkan oleh Rasulullah SAW:

"Aku berikan jaminan rumah di pinggiran surga bagi orang yang meninggalkan perdebatan, meskipun ia benar." HR. Abu Dawud

Jikalau kita ingin merenung lebih dalam, tampaknya, celaan serta makian ini bermula dari sok sibuknya kita terhadap urusan serta hidup orang lain. Sementara itu, di setiap postingan orang lain kita selalu punya opsi untuk meninggalkannya.

Untuk apa sih terlalu sibuk dengan urusan hidup orang lain? Kabar amal kita masih belum jelas, hisab masih menegangkan, apalagi kabar surga! Masih penuh dengan ketidak jelasan.

Sejatinya, etika bermedia sosial dihadirkan agar tiap-tiap penggunanya makin bijak dalam berkomentar. 

Tiap-tiap orang pasti memiliki gagasan dan pandangan, itu wajar. Tapi bakal jadi tidak wajar bila gagasan tersebut disampaikan dengan cara-cara kotor.

Terang saja, keributan di dunia medsos kadangkala berlanjut ke dunia nyata. Ketika ada konflik, bisa saja hubungan antara dua orang sahabat makin renggang, ribut sesama saudara, hingga musuhan dengan rekan di ruang kerja.

Nah, kan diri sendirilah yang nantinya bakal rugi! Mendingan ditinggalkan sejak dini. Soalnya hati orang itu macam-macam. Bisa jadi ada perkataan yang bagi kita sepele, namun malah melukai hati orang lain.

Jadi, jangan anggap remeh hal-hal kecil tersebut. Lebih baik kita lebih santai dengan medsos, serta lebih serius dengan kehidupan nyata.

Salam.
Ditulis oleh Ozy V. Alandika

Baca juga:

Guru Penyemangat
Guru Penyemangat Guru Profesional, Guru Penggerak, Blogger, Public Speaker, Motivator & Juragan Emas.

2 komentar untuk "Media Sosial Ada Etikanya, Bijaklah Berkomentar di Postingan Orang Lain!"

Comment Author Avatar
Yang paling mengerikan kata-kata kotor dan caci makinya di twitter. Nenek sampai ogah aktif di sosmed tersebut. Celakanya, oknum orang pintar di atas pusat sana juga merantam melulu via twitter. Sepertinya mereka sudah tuna etika. Orang di bawah pusat seperti kita2 tinggal niru. sambil ikut memanas-manasi. terima kasih telah berbagi cucunda.
Comment Author Avatar
Entahlah Nek. Sedih kita melihat fenomena ini. Padahal kata2 kotor secara tidak sadar telah menjatuhkan diri mereka. Kita malaj kasihan dengan generasi penerus bangsa yg terus memandangi diksi-diksi takberetika. Hemm
Makasih Nek
Salam hangat selalu

Berkomentarlah sesuai dengan postingan artikel. Mohon maaf, link aktif di kolom komentar tidak akan disetujui.

Diperbolehkan mengutip tulisan di blog Guru Penyemangat tidak lebih dari 30% dari keseluruhan isi (1) artikel dengan syarat menyertakan sumber. Mari bersama-sama kita belajar menghargai karya orang lain :-)