Widget HTML #1

Analisa Bahan Ajar PAI Penangkal Radikalisme Modul PAI Kontemporer

Berikut GuruPenyemangat.com sajikan contoh Analisa Bahan Ajar PAI Penangkal Radikalisme Modul PAI Kontemporer untuk memenuhi tugas PPG PAI.

Mari disimak:

ANALISA BAHAN AJAR “PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PENANGKAL RADIKALISME”

Analisa Bahan Ajar PAI Penangkal Radikalisme Modul PAI Kontemporer
Analisa Bahan Ajar PAI Penangkal Radikalisme Modul PAI Kontemporer. Designed by GuruPenyemangat.com

TULISLAH 5 KONSEP DAN DESKRIPSINYA YANG ANDA TEMUKAN DI DALAM BAHAN AJAR.

1. Konsep Radikalisme Laksana Dua Mata Pisau

Radikalisme dalam agama ibarat pisau bermata dua, di satu sisi, makna positif dari radikalisme adalah spirit menuju perubahan ke arah lebih baik yang lazim disebut ishlah (perbaikan) atau tajdid (pembaharuan). Dengan begitu radikalisme tidaklah bisa disamakan dengan ektrimitas atau kekerasan, ia akan sangat bermakna apabila dijalankan melalui pemahaman agama yang menyeluruh dan diaplikasikan untuk ranah pribadi. Namun di sisi lain, radikalisme akan menjadi berbahaya jika sampai pada tataran ghuluw (melampaui batas) dan ifrath (keterlaluan) ketika dipaksakan pada pemeluk baik internal agama maupun agama lain.

2. Ciri-ciri Radikalisme

Pertama, menjadikan Islam sebagai ideologi final dalam mengatur kehidupan individual dan juga politik ketatanegaraan. Kedua, nilai-nilai Islam yang dianut mengadopsi sumbernya di Timur Tengah secara apa adanya tanpa mempertimbangkan perkembangan sosial dan politik ketika Alquran dan Hadist hadir di muka bumi ini, dengan realitas lokal kekinian. Ketiga, karena perhatian lebih terfokus pada teks Alquran dan Hadist, maka mereka ini sangat berhati-hati untuk menerima segala budaya non-asal Islam (budaya Timur Tengah) termasuk berhati-hati menerima tradisi lokal karena khawatir mencampuri Islam dengan bidah. Keempat, menolak ideologi non Timur Tengah termasuk ideologi Barat, seperti demokrasi, sekularisme dan liberalisasi. Sekali lagi, segala peraturan yang ditetapkan harus merujuk pada Alquran dan Hadis. Kelima, gerakan kelompok ini sering berseberangan dengan masyarakat luas termasuk pemerintah.

3. Karakteristik Radikalisme

Pertama, sikap tidak toleran dan tidak mau menghargai pendapat atau keyakinan orang lain. Kedua, sikap fanatik, yaitu selalu merasa benar sendiri dan menganggap orang lain salah. Ketiga, sikap eksklusif, yaitu membedakan diri dari kebiasaan orang kebanyakan. Keempat, sikap revolusioner, yaitu cenderung menggunakan kekerasan untuk mencapai tujuan. Radikalisme sebagai fenomena internasional akan menjadi kuat dan berbahaya bagi stabilitas keamanan dunia manakala mereka yang beragama justru memiliki peran besar di dalamnya. Hal itu dikarenakan kaum radikalis yang beragama akan cepat memperoleh fatwafatwa fiqhiyyah bagi perilakunya yang menjadikan dirinya merasa puas dengan fatwa-fatwa tersebut, seperti fikrah at-takfir (ide pengkafiran), merampas hak milik orang lain, menyandera wanita dan anak-anak, hingga membunuh mereka yang dianggap kafir. Itulah sebabnya mengapa radikalisme agama dikatakan oleh banyak kalangan sebagai benih munculnya terorisme.

4. Konsep Tawasuth dalam Menangkal Radikalisme

tawasuth (moderat) mengambil jalan tengah yang lebih bijaksana. Doktrin ini mengajarkan bahwa manusia memiliki kebebasan untuk melaksanakan suatu aktivitas tetapi sebebas apapun manusia masih dibatasi oleh kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa. Artinya dalam menjalankan tugasnya di muka bumi sebagai penegak agama Allah tidak lantas menjadikan manusia lupa bahwa kehendak untuk menjadikan manusia beragam adalah mutlak kehendak Allah. Jika ingin meraih kesuksesan, manusia wajib ikhtiyar secara optimal tetapi jangan lupa bahwa Allah swt juga ikut menentukan keberhasilan. Setelah berusaha manusia wajib berdoa dan pasrah kepada Allah swt. Semangat yang terlalu tinggi tanpa kendali akan menjadikan manusia terjerumus pada perbuatan israf (berlebihan). Jika demikian maka Radikalisme dan ektrimisme cenderung pada sikap israf.

5. Konsep Tawazun dan I’tidal

Tawazun (keseimbangan). Doktrin ini mengajarkan bahwa manusia dalam memandang suatu realitas tidak boleh bersifat ektrem baik kekiri atupun ke kanan. Artinya manusia yang baik tidak terlalu berlebihan pada saat senang atau benci kepada sesuatu. Hal ini didasarkan asumsi bahwa sebaik baik menurut pandangan manusia belum tentu baik menurut Allah swt, sebaliknya sejelek jelek dalam pandangan manusia juga belum tentu jelek menurut Allah swt. Adapun i’tidal (keadilan); doktrin ini mengajarkan bahwa diantara sesama manusia harus saling memebrikan kepercayaan dan kepercayaan yang dibangun harus memberikan peran secara proporsional. Dunia akan cepat hancur jika masing masing-masing elemen tidak memiliki kesadaran untuk melaksanakan peran masing-masing secara proporsional.

LAKUKAN EVALUASI DAN REFLEKSI ATAS PEMAPARAN MATERI PADA BAHAN AJAR.

Sebagai bahan evaluasi dari pemaparan materi pada bahan ajar di atas, bahwa saat ini radikalisme tidak hanya menjalar kepada kalangan anak muda maupun mereka yang kurang pengetahuan agamanya melainkan juga orang-orang yang baru ingin memulai hijrah; hijrah dalam artian ingin kembali menuju Qur’an dan Sunnah. Di sini, kelompok radikalisme yang suka mengkafirkan bisa masuk dan merayu menggunakan dalil-dalil Qolallaah dan Qolar-rosul supaya orang-orang yang baru hijrah tertarik dan menganggap bahwa kelompok mereka adalah benar. Namun pada keberlanjutannya, orang yang baru hijrah tadi diajarkan nilai-nilai intoleransi tidak hanya intoleransi agama melainkan juga intoleransi secara umum. Wujud dari perilakunya yaitu tidak mau mengikuti upacara bendera, menganggap bahwa hari kemerdekaan adalah wujud perilaku tasyabbuh, dan sebagainya.

Adapun refleksi yang bisa dipetik pada pemaparan bahan ajar di atas yaitu:  yang menjadi sasaran empuk para oknum radikalisme adalah anak-anak muda yang sedang berusaha mencari jati diri. Sarana yang efektif digunakan oleh kelompok radikal adalah ruang digital yang kini digemari oleh anak-anak muda masa kini, seperti media sosial, yang pada kadar tertentu sulit untuk menemukan batas kepantasan. Pemuda dituntut untuk memiliki kepekaan dan kemampuan kritis serta kemampuan untuk mengidentifikasi, melawan, mempertahankan diri dari pengaruh paham-paham radikal. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memperluas pemahaman tentang nila-nilai kebangsaan, Pancasila, dan kearifan lokal. Bimbingan orang tua dan lingkup pergaulan pula menjadi faktor yang sangat penting di sini. Biarpun orang tua gaptek teknologi, namun mereka perlu untuk beradaptasi dan belajar sehingga bisa memilah dan memilih konten yang edukatif untuk anak-anak. Pun demikian dengan pergaulan. Sekarang pergaulan tidak hanya di dunia nyata melainkan juga dunia maya. Perlu ada batasan, perlu ada pilah-memilah supaya generasi muda bisa dijauhkan dari unsur-unsur radikalisme.

TULISLAH KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TERKAIT DENGAN PENJELASAN MATERI PADA BAHAN AJAR.

Kelebihan:

1. Pemaparan materi pada bahan ajar disajikan dengan sistematis, serta mencoba untuk menampilkan nilai-nilai agama Islam untuk mencegah radikalisme.

2. Pemaparan materi pada bahan ajar fokus terhadap masalah, dan menyajikan kalimat-kalimat penjelas dalam tiap paragraf secara deskriptif sehingga memudahkan pembaca dalam memetik intisari.

3. Materi pada bahan ajar sudah dilengkapi dengan poin-poin seperti subjudul dan sub-subjudul yang jelas sehingga membantu pembaca dalam mengklasifikan tiap-tiap materi.

Kekurangan:

1. Pada bahan ajar belum disajikan peta konsep baik itu berbentuk gambar sederhana maupun diagram yang bisa memetakan radikalisme secara umum.

2. Pada bahan ajar belum diulas secara spesifik mengenai faktor-faktor penyebab radikalisme terutama yang berkembang dewasa ini.

3. Pada bahan ajar belum diuraikan contoh-contoh atau bentuk radikalisme yang biasanya muncul di media-media sosial, juga pembanding antara mana contoh non-radikalisme dan mana contoh yang radikalisme.

KAITKAN ISI BAHAN AJAR DENGAN NILAI MODERASI BERAGAMA.

Pada saat sekarang ini, bisa kita pahami bahwa anak muda yang menjadi sasaran empuk kaum radikal adalah anak-anak SMP dan SMA yang sedang tahap pembentukan kepribadian. Paham keagamaan berupa nilai-nilai agama Islam dan nilai-nilai moderasi beragama yang mereka dapatkan di sekolah waktunya sangat sedikit, satu jam dalam seminggu. Konsekuensinya, jika tidak mendapatkan pelajaran dari orang tua di rumah atau ustad di lingkungan mereka, tidak tertutup kemungkinan anak-anak ini mencari pemahaman agama secara liar. Perkara pendidikan agama disekolah tidak sebatas kurikulum dengan waktu yang sangat terbatas untuk pengajaran agama tapi juga buku teks pendidikan agama yang dikeluarkan pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Maka darinya, penting bagi pemerintah untuk menambah porsi nilai-nilai moderasi beragam seperti toleransi, saling menghargai, saling menghormati, tenggang rasa, hingga rendah hati untuk dimuat di buku teks keagamaan siswa.

Semoga bermanfaat
Salam.

Lanjut Baca:

👉Download Resume LK KB 1 Modul PAI Kontemporer

👉Download Resume LK KB 2 Modul PAI Kontemporer

👉Download Resume LK KB 3 Modul PAI Kontemporer

👉Download Resume LK KB 4 Modul PAI Kontemporer

👉Analisa Bahan Ajar PAI Penangkal Radikalisme Modul PAI Kontemporer

👉Analisa Bahan Ajar Jual Beli Online Berbasis Media Sosial dalam Perspektif Ekonomi Islam Modul PAI Kontemporer

👉Analisa Bahan Ajar Tentang Peran Gender dan Gender Seksualitas Modul PAI Kontemporer

👉Analisa Bahan Ajar Tentang Konsep Toleransi Modul PAI Kontemporer

Guru Penyemangat
Guru Penyemangat Guru Profesional, Guru Penggerak, Blogger, Public Speaker, Motivator & Juragan Emas.

Posting Komentar untuk "Analisa Bahan Ajar PAI Penangkal Radikalisme Modul PAI Kontemporer"