Widget HTML #1

Cerpen Tentang Perpisahan Sekolah dengan Sahabat

Hai Sobat Guru Penyemangat, kira-kira bagaimana perasaanmu sesaat setelah menghadiri acara perpisahan sekolah?

Sepertinya sedih, ya. Ambyar rasanya bila harus berpisah dengan teman-teman, sahabat, hingga para guru yang telah mendidik dan mengajari ilmu.

Guru memang banyak dan bakal terus berganti, tapi kalau sahabat? Sahabat sejati di zaman sekarang ini begitu susah dicari.

Sahabat berbeda dengan teman. Teman suka datang di saat butuh, lalu pergi di saat kita sedang terpuruk. Tapi sahabat? Akan ada di saat senang dan sedihmu. Ciye ciye!

Nah berikut ada secarik cerpen tentang perpisahan sekolah antara dua orang sahabat sejati yang lucu dan menyentuh hati.

Mari disimak ya:

Cerpen: Perpisahan Sahabat dan Tukang Ngutang

Oleh Ozy V. Alandika

Cerpen Perpisahan Sahabat dan Tukang Ngutang
Cerpen Perpisahan Sahabat dan Tukang Ngutang. Dok. GuruPenyemangat.com

“Eh, Say, nanti kalo kita udah jarang ketemu, kamu jangan berubah menjadi tukang ngutang, ya!”

“Yaelah, apa hubungannya sahabat dengan tukang ngutang? Daripada jadi yang begituan, mendingan aku jadi Ultraman.”

“Memangnya Ultraman ada yang perempuan?”

“Ada dong, namanya Ultrawati.”

Lala memang begitu. Ucapannya seringkali bikin orang bingung. Tidak hanya urusan ngobrol, ketika mendengarkan pun ia acapkali “tidak nyambung”. Entah karena multitasking-nya lemah, atau malah hidupnya yang saban hari penuh dengan kegalauan.

Siska yang sudah tahu betul bagaimana tingkah dan sikap Lala pun tak mau merespon serius. Karena akhir-akhir ini banyak anak-anak Gen Z dan Gen Alpha yang merusuhi story Facebook dan reels Instagram dengan Ultraman, ya sudah mendingan ia jadi Ultrawati saja.

Secara, Ultraman seperti yang dikisahkan di film-film yang disenangi oleh generasi milenial ~yang mulai menua~ adalah sosok penolong sekaligus pemberantas para monster.

Di dadanya ada lampu yang senantiasa berkelap-kelip. Entah apa tandanya, mungkin itu adalah lambang kekuatan dan cara kerjanya mirip seperti baterai, akan berkelip kalau sudah habis tenaga.

Duh, entah itu tandanya Ultraman sudah habis baterai atau sekadar ingin menipu mata si monster, ya?

Terserah. Yang jelas Utrawati lebih nyata daripada si Maman. Eh, Ultraman.

*

Tadi sore, baru saja acara perpisahan sekolah selesai digelar. Acaranya sangatlah sederhana. Bila orang-orang di luar sana sibuk menyewa jas, meminjam batik, hingga menempeli muka dengan skincare tebal, sekolahnya Lala dan Siska hanya cukup dengan mengenakan baju putih biru.

Ya, pihak sekolah tidak mau repot. Tambah lagi ini sekolah negeri. Kalau nanti acaranya mewah bin elit, maka iurannya pun bakal bikin kantong wali siswa meraung dan menangis.

Toh acara perpisahan sekolah utamanya ialah tentang ucapan terima kasih, permintaan maaf, serta doa restu. Ditambah dengan beberapa tetes air mata sekejap setelah menyanyikan lagu hymne guru.

Bukan untuk gaya-gayaan. Apalagi pamer.

Tapi memang iya sih. Anak-anak remaja sukanya pamer. Pamer mau masuk SMA mana, pamer bakal pindah ke luar kota dan provinsi, dan ada pula yang pamer undangan nikah.

Untuk yang terakhir, mudah-mudahan bukan karena kecelakaan sih. Soalnya sekarang kan alat transportasi MRT udah ngebut banget. Eh, apa hubungannya coba!

Boleh Baca: Cerpen Tentang Sahabat Sejati

*

“Eh, La. Memangnya apa yang salah dengan tukang ngutang. Kita kan sahabat, memangnya ada uangmu yang belum aku kembalikan?”

“Ciye, ciye, ciye, udah mulai over thinking nih ye. Apakah dirimu kebanyakan healing duhai sayang?”

“Aih, aku traktirin sebaskom boba baru tahu rasa!”

“Hahaha. Gak gitu juga, Sis. Gini loh, kita kan sering nemu tuh postingan di media sosial yang isinya orang ngomel-ngomel karena uang yang sudah ia pinjamkan tidak dikembalikan.”

“Iya sih. Banyak banget deh postingan semacam itu. Musim duren aja kalah, karena nyaris tiap hari kan, La?”

“Iya. Makanya aku agak ngeri dengan orang-orang yang mau pinjam uang. Awal meminjam, mulutnya manis, eh ketika sudah jatuh tempo malah perasaan kita yang diiris-iris!”

“Hahaha. Iya gitu deh. Kadang pula si peminjam uang yang sok garang. Dianggapnya kita yang meminjamkan uang sedang menjatuhkan harga dirinya. Padahal, kan?”

“Padahal dia yang makan hak orang!”

“Hahaha, fix dah. Udah paham betul ya kita dengan geliat generasi tukang ngutang.”

“Makanya itu, karena sebentar lagi kita pisah sekolah, kamu jangan sampai jadi tukang ngutang, ya?”

“Aman, La. Tapi masa iya aku gak boleh lagi pinjam uang ke kamu?”

“Bukan gitu, Say. Kalo uang mah boleh dong, tapi aku cuma khawatir aja nanti salah satu dari kita ketularan dengan sifat si tukang utang.”

“Memangnya sifat yang seperti apa sih, La?”

“Itu loh. Kebanyakan tukang ngutang yang enggak bertanggung jawab itu kan sering kali ngilang setelah akrab. Di awal-awal chatting-nya manis banget, tapi seiring dengan berjalannya waktu, dia terus ngilang, chat di-read doang, bahkan mulai main blokir-blokir nomor.”

“Tapi kan gak semua peminjam uang begitu, kan?”

Boleh Baca: Kumpulan Puisi untuk Sahabat Sejati

“Tentu saja, sama seperti perpisahan sekolah, Say. Selama tiga tahun ini kita begitu akrab. Main sama-sama, jalan sama-sama, sedih sama-sama, makan bakso sama-sama, juga seru-seruan sama-sama. Tapi tantangan ketika nanti kita bersekolah di SMA atau kuliah ceritanya bisa beda lagi, kan? Kini kamu mungkin jadi Ultrawati, tapi tahun depan?”

“Hahaha. Suka-suka aku dong mau jadi apa. Hak aku dong untuk bisa berubah di saban tahun. Tapi ya, pokoknya kontak dan silaturahmi kita harus tetap terjaga. Intinya, besok kalo kamu enggak balas chat aku, kamu wajib bayar denda lho.”

“Denda apa cenderamata?”

“Denda, lah. Kalo denda kan artinya berpisah namun bakal bertemu lagi. Kalo cenderamata? Entah kapan bisa bertemu. Hahaha”

Lala dan Siska masih saja saling lempar canda. Padahal saat itu adalah pertemuan terakhir mereka.

Lala bakal melanjutkan sekolah yang berada di dekat rumahnya, sedangkan Siska bakal pindah provinsi karena tuntutan pekerjaan Ayahnya.

Perpisahan sekolah ini bukanlah akhir, melainkan menjadi awal untuk kehidupan yang lebih kompleks. Hari-hari ke depan adalah waktu dimulainya ujian bagi sahabat sejati.

“Ya sudah deh, Say. Selamanya kita tetap sahabat, kan?”

“Fix mah kalo yang itu. Sahabat sejati pokoknya.”

“Bukan sahabat tukang ngutang, kan?”

“Bukan juga sahabat seperti pohon jati yang bakal meranggas ketika kemarau tiba.”

“Hahaha, kamu memang sahabat paling rajin deh. Materi pelajaran untuk ujian semester kemarin saja kamu masih hafal.”

“Iya dong, kalo hal simpel saja aku lupa, lalu bagaimana bisa aku mampu untuk menjaga persahabatan kita?”

“Waduh. Rasanya aku kelelep rasa. Hiya hiya.”

Boleh Baca: Inilah 10 Inspirasi Hadiah Terbaik untuk Sahabat

***

Demikianlah tadi sajian tentang cerpen bertema perpisahan sekolah dengan sahabat yang lucu yang penuh makna.

Semoga menghibur dan bermanfaat ya
Salam.

Guru Penyemangat
Guru Penyemangat Guru Profesional, Guru Penggerak, Blogger, Public Speaker, Motivator & Juragan Emas.

Posting Komentar untuk "Cerpen Tentang Perpisahan Sekolah dengan Sahabat"