Cerpen: Saring Sebelum Sharing
Hai, Sobat Guru Penyemangat. Pernahkah Sobat melihat postingan di media sosial yang dibanjiri oleh ribuan komentar, likes, hingga emoji marah?
Agaknya cukup sering, ya. Biasanya ketika ada hal-hal baru berupa berita panas atau sesuatu yang cukup mencegangkan, rakyat netizen sontak heboh dan mulai menuangkan opininya.
Tapi, pertanyaanku, sebenarnya hal-hal yang viral seperti itu belum tentu benar seutuhnya, kan?
Begitulah. Sering kali banyak orang yang tergoda oleh judul berita atau headline yang menohok sehingga langsung membagikannya tanpa sempat memeriksa lebih lanjut.
Berikut ada cerpen "Saring Sebelum Sharing" tentang jangan mudah percaya terhadap suatu hal sebelum mengecek kebenarannya.
Mari disimak ya:
Cerpen: Saring Sebelum Sharing
Oleh Fahmi Nurdian Syah
Cerpen Saring Sebelum Sharing. Gambar oleh mohamed Hassan dari Pixabay |
Sudah lebih dari satu tahun kami semua harus berdiam diri di rumah karena pandemi covid-19 yang menyerang seluruh dunia.
Segala aktivitas yang seharusnya dilakukan dengan lancar terpaksa harus tertunda karena munculnya wabah berbahaya ini, termasuk kegiatan belajar mengajar di sekolahku.
Setiap harinya aku yang berkegiatan sebagai seorang pelajar harus rela belajar di rumah sendirian menggunakan sistem yang bernama daring (dalam jaringan).
Rasanya memang membosankan, setiap harinya kami harus menatap layar ponsel dan laptop untuk mengikuti proses pembelajaran.
Sayangnya karena keterbatasan seperti ini, terkadang apa yang guru kami sampaikan tentang materi hari ini sedikit sulit untuk kupahami.
Aku ingin pandemi ini segera berakhir supaya bisa kembali berkumpul bersama teman-teman juga para guru di sekolah, selain itu tentu saja agar segala materi pembelajaran dapat kupahami dengan baik.
Boleh Baca: Kumpulan Cerpen Tentang Belajar Daring
Kringg… Kringg… Kringg…
Tiba-tiba suara ponselku berdering, dengan segera aku mengambil dan melihat siapa seseorang yang meneleponku sore hari begini.
Rupanya Nia, dia adalah sahabatku di sekolah. Sepertinya ada hal penting yang akan Nia sampaikan, oleh karena itu aku langsung mengangkat panggilannya.
“Halo, Alya?”
“Kenapa, Ni?”
“Apa kamu sudah tahu jika sebentar lagi kita akan kembali belajar di sekolah?”
“Benarkah?! Bukankah pemerintah masih mewajibkan kita untuk berdiam diri di rumah?”
“Entah, tetapi tadi aku membaca berita tentang hal ini. Kurasa kamu juga harus membacanya, Al.”
“Baiklah, tolong berikan padaku berita itu, aku penasaran ingin membacanya.”
Setelah Nia mengirimkan berita dalam bentuk artikel, aku langsung membaca dan berusaha memahami setiap kalimatnya.
Apa yang sahabatku katakan itu memang benar, dalam artikel ini dijelaskan bahwasannya segala kegiatan agar berlangsung kembali normal mulai minggu depan, termasuk kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Seketika aku langsung meloncat kegirangan, akhirnya setelah sekian lama di rumah aku akan kembali ke sekolah untuk belajar.
Rasa bahagia yang ada dalam diriku sontak mengundang kedatangan Ayah ke dalam kamarku.
Ayah Bertanya alasan mengapa diriku sangat bahagia hingga melompat-lompat seperti ini, tentu saja aku langsung menceritakan berita penting yang baru saja ku baca karena Ayah pasti belum tahu mengenai hal ini.
Namun, Ayah justru menggelengkan kepala dan tidak merasa bahagia seperti yang sedang aku rasakan.
Beliau memintaku untuk menunjukkan artikel yang menyebar berita seperti ini, tanpa bertanya apapun aku langsung memberikannya pada Ayah.
Sepanjang Ayahku membaca, ekpresi beliau sama sekali tidak menyenangkan dan terus-menerus menggelengkan kepala seolah-olah menyalahkan berita itu.
“Kenapa Ayah tidak bahagia?” tanyaku penasaran.
“Bukan tidak bahagia, tetapi berita yang Alya baca ini adalah berita palsu," jawab Ayah.
Tentu saja aku terkejut mendengar apa yang baru saja Ayah katakan. Beliau menjelaskan padaku bahwa ini adalah ulah oknum yang tidak bertanggung jawab dan hanya ingin memperkeruh keadaan.
Ayah juga mengatakan jika untuk saat ini wabah covid-19 di Indonesia masih sangat berbahaya, dengan demikian segala kegiatan masih dilakukan di rumah masing-masing, termasuk aktivitas belajar dan mengajar.
“Itulah sayang pentingnya untuk kamu membaca dan mencari berita dengan benar karena tidak semua berita dapat dipertanggungjawabkan orisinalitasnya. Satu lagi, sebelum kamu menyebarkan setiap berita pada banyak orang, kamu harus mencari tahu kebenarannya terlebih dahulu.” Ayah menjelaskanku secara rinci dan jelas.
Sekarang aku paham betapa pentingnya membaca dan mencari tahu sesuatu terlebih dahulu, apalagi berita-berita seperti ini.
Untung saja Ayah segera bertindak sebelum berita ini tersebar jauh dan dibaca banyak orang. Hal buruk pasti akan terjadi jika aku membagikannya tanpa menelitinya terlebih dahulu.
~ Selesai ~
Pesan moral dari cerita pendek di atas adalah jangan mudah percaya terhadap suatu berita yang sedang menyebar sebelum mengecek kebenarannya.
Posting Komentar untuk "Cerpen: Saring Sebelum Sharing"
Posting Komentar
Berkomentarlah sesuai dengan postingan artikel. Mohon maaf, link aktif di kolom komentar tidak akan disetujui.
Diperbolehkan mengutip tulisan di blog Guru Penyemangat tidak lebih dari 30% dari keseluruhan isi (1) artikel dengan syarat menyertakan sumber. Mari bersama-sama kita belajar menghargai karya orang lain :-)