Widget HTML #1

Cerpen: Catatan Harian Sang Guru

Cerpen: Catatan Harian Sang Guru

Oleh Reka Puspa Lestari

Cerpen Catatan Harian Sang Guru
Cerpen Catatan Harian Sang Guru. Gambar oleh Pexels dari Pixabay

Namaku Riska Purnama Sari. Aku seorang guru di sebuah Sekolah Menengah Atas. Uniknya, sekolah tempatku mengajar ini merupakan sekolah yang peserta didiknya kebanyakan anak pindahan di sekolah asalnya.

Mereka merupakan anak yang ber-problem di sekolah asalnya. Sedangkan yang asli mendaftar dari kelas X itu palingan hanya sampai 5 orang. 

Problem mereka itu bermacam-macam ada yang malas sekolah alias suka bolos, tidak naik kelas sampai pindah karena bermasalah dengan guru disekolah asalnya.

Aku ingat sekali, awal mulanya aku berat sekali ingin memulai mengajar di sini. Banyak sekali kekhawatiran yang ada di benakku.

Dan sebenarnya aku sudah lama diajak mengajar di sana, tapi aku masih takut.

Bukan apa-apa, aku takut sekali nanti aku dilawan sama mereka sedangkan mereka dari segi badan saja sudah lebih besar dariku.

Karena pada dasarnya aku termasuk mempunyai badan mungil dan masih banyak hal yang kutakutkan pada saat itu.

Akhirnya, karena masih belum juga mendapatkan pekerjaan dan ajakan itu pun datang lagi, tanpa pikir panjang aku ambillah ajakan mengajar di sana.

Dengan bismillah kubuang semua ketakutanku. Ajaibnya semua yang kutakutkan, tidak pernah terjadi terhadapku.

Sungguh di luar dugaanku, mereka tidak pernah melawanku. Walaupun aku sering mengomel di depan mereka. Sering marah karena kesalahan mereka sendiri.

Karena pada dasarnya kesalahan mereka, ya kesalahan seperti anak sekolah pada umumnya.  

Ada yang telat, jarang masuk, tidak buat tugas sampai kalau mereka bermasalah sama guru lain. 

Pasti hari itu juga langsung kena sembur olehku, semua kata mutiara bahkan kata-kata berlian keluar semua dari mulutku.

Uniknya di balik kenakalan mereka ada ragam kelucuan atas tingkahnya. Ada saja tingkah yang membuat kita takjub dan tertawa bahkan stress kita hilang karena adanya mereka. 

Selain itu mereka ini juga ternyata pintar tapi karena malas jadi kepintarannya jarang terlihat, sekali kepintarannya terlihat kita pun jadi terkesima.

Memang sudah kebiasaanku kalau setiap sabtu pagi, sembari menunggu guru mata pelajarannya datang, kukawanilah mereka di kelasnya.

Bukan apa-apa jika mereka tidak ditemani didalam kelas, mereka pasti akan berkeliaran bahkan mengganggu kelas lain yang sedang belajar.

Sambil menunggu, aku ajaklah mereka ngobrol apa saja. Tujuanku supaya mereka berani berbicara dan merespon ketika ditanya.

Karena mereka ini adalah tipe anak yang malas ngomong, kalo nggak ditanya nggak akan ngomong bahkan terkadang kita tanya saja mereka hanya senyum dan jawab seadanya.

Memang di kelas X ini, problemnya sedikit susah membangun interaksi. Jadi aku sangat-sangat berusaha membangun interaksi mereka terutama ketika mereka bersamaku dan sedang belajar denganku.

Sampai akhirnya di Sabtu pagi diiringi rintik hujan yang sedikit mengandung cahaya matahari alias hujan panas, aku minta bantulah sama anak cewek di kelasku untuk menempelkan huruf-huruf sebagai aksesoris lokal.

Saat itu kami sedang membuat pojok baca dan nyeletuklah anak cowokku ini.

Ilustrasi Tempat Membaca
Ilustrasi Tempat Membaca. Gambar oleh Michal Jarmoluk dari Pixabay 

Aku sungguh sedikit terkejut karena jarang-jarang sekali aku bisa mendengar suaranya.

Dia berpendapatlah tentang kalau hujan itu enaknya di sore hari saja. kalau di pagi hari aktivitas jadi terganggu.

"Bu, enaknya hujan seperti ini di sore hari saja Bu ya?" tanya muridku Deni namanya.

"Kenapa enak di sore hari saja hujannya? Hujan ini pada dasarnya kan berkah dari Allah Nak" Ujarku

"Iyalah Bu, enak sore karena jika hujannya di pagi hari aktivitas jadi sedikit terganggu. Misalnya yang mau sekolah jadi malas, yang mau kerja harus berangkat basah-basah."

Aku pun mengiyakan pendapat anak cowokku ini akhirnya kita diskusi lumanyan panjang tentang hujan saat itu dan teman-temannya pun ikut berpendapat. 

Dan tak kusangka dia pun bertanya lagi; siapa Bu Nabi yang buat kapal besar dan yang lain pun tidak mau kalah; ada yang nanya buah apa Bu yang dimakan oleh Nabi yang diusir dari surga.

Boleh Baca: Cerpen Guruku Pahlawanku

Semuanya pertanyaan mereka satu per satu aku jawab dan tak lupa aku jabarkan sehingga tidak hanya jawaban dari pertanyaan itu saja yang mereka dapat tapi ada ilmu baru.

Bahkan hikmah ataupun pembelajaran yang bisa dipetik dari sebuah pertanyaan yang mereka sendiri ajukan.

Dan akhirnya sampailah pada pertanyaan yang bagiku ini adalah pertanyaan pamungkas dari mereka.

Sebagai pertanyaan penutup dari mereka yakni pertanyaan tentang kiamat atau hari akhir.

"Bu nanti kalau kiamat gimana, Bu? Apa yang terjadi dengan kita, Bu? Kalo kita kiamat nanti, selesai hidup kita Bu ya?" tanya mereka secara beruntut dan bergiliran.

"Tidak ananda karena setelah dunia nanti hancur, kiamat datang maka semuanya baru dimulai. Kehidupan yang kekal barulaah dimulai. Asal tahu saja ananda, kita di dunia ini hanyalah sementara. Jadi gunakanlah waktu yang sementara ini untuk beribadah dan selalu berbuat baik." Ujarku.

"Terus, Bu, nanti kalau kiamat apa yang terjadi Bu?" Tanya mereka lagi.

"Jika nanti kiamat datang nak, semua yang ada dunia ini hancur termasuk gunung-gunung saling bertabrakan dan benda-benda langit juga saling bertabrakan, semuanya hancur. Jika kalian mau lihat gambaran kiamat itu seperti apa coba kalian buka al-Qur'an salah satunya di juz 30 itu ada banyak surah al-Qur'an yang menceritakan bagaimana nanti jika terjadinya kiamat. Ada surah An-Naba', Al-Qari'ah, Al-Zalzalah dan masih banyak surah-surah dalam al-Qur'an selain di juz 30 tentang mengenai hari kiamat Nak."

Dan semua pertanyaan anak-anakku pada hari itu terjawab semua sampai mereka bilang; oh jadi seperti itu ya Bu.

Boleh Baca: Cerpen Mengapa Bukan Guru Saja?

Tanpa sadar aku jadi terkesima sama anak cowok-cowokku ini, sudah mau bertanya sekaligus menjawab atau merespon dari apa yang kita obrolkan.

Begitu pun dengan anak cewekku sudah mulai ada perubahan yang meningkat terkait interaksi mereka dengan seseorang.

Semenjak hari itu bahkan hingga hari ini, tak kusangka mereka pun sudah berani untuk memulai obrolan dan menjawab atau memberikan pertanyaan kepadaku. entah itu tentang pelajaran atau hanya sekedar mengobrol ringan saja.

***

Guru Penyemangat
Guru Penyemangat Guru Profesional, Guru Penggerak, Blogger, Public Speaker, Motivator & Juragan Emas.

Posting Komentar untuk "Cerpen: Catatan Harian Sang Guru"