Widget HTML #1

Cerpen Tentang Keterbatasan Fisik Singkat: Dira Bukanlah Beban Keluarga

Cerpen Tentang Keterbatasan Fisik Singkat
Cerpen Tentang Keterbatasan Fisik Singkat. Gambar oleh Engin Akyurt dari Pixabay 

Hai, Sobat Guru Penyemangat, tahukah kamu bahwa keterbatasan fisik bukanlah halangan untuk menggapai masa depan dan impian yang cerah?

Sudah tentu demikian, kan. Soalnya setiap orang itu berhak untuk sukses, berhak untuk meraih mimpi, serta berhak untuk memperjuangkan cita-citanya.

Biar bagaimanapun kisahnya, dunia ini tidak pernah melarang kita untuk bermimpi. Mimpi itu gratis, dan siapa pun kita, kita tidak boleh menghardik atau bahkan menertawai impian orang lain.

Toh, bisa saja kisah seseorang bakal berubah drastis di masa depan, kan?

Nah, di sini Gurupenyemangat.com bakal menyajikan cerita pendek yang berjudul “Dira Bukanlah Beban Keluarga” karya Agan Fahmi.

Cerpen berikut ditulis singkat dan berkisah tentang keterbatasan fisik yang tidak menjadikan Dira sebagai beban dalam keluarga.

Oke, mari kita simak, ya:

Cerpen: Dira Bukanlah Beban Keluarga

Oleh Fahmi Nurdian Syah

Ilustrasi Perempuan Lumpuh Duduk di Kursi Roda
Ilustrasi Perempuan Lumpuh Duduk di Kursi Roda. Foto oleh Marcus Aurelius dari Pexels

Malam semakin dingin dan sunyi, hanya hembusan angin yang berbisik lirih. Seorang perempuan dengan alis yang tebal yang duduk di atas kursi menapung dagu dengan kesal.

Bibir yang mungil pun seakan tak mau ketinggalan dalam mengekspresikan kekesalan yang sedang dia rasakan. 

Gadis itu biasa dipanggil dengan nama Dira. Ia merupakan seorang perempuan yang lahir dari keluarga yang berkecukupan, atau bisa dikatakan keluarga orang kaya.

Namun nahas, kejadian yang menimpanya membuat Dira tak bisa menopang tubuhnya sendiri. Ia harus menggunakan bantuan kursi roda. 

Dira mengalami cedera berat pada tulang ekornya sehingga ia mengalami kelumpuhan pada kedua kakinya.

Kejadian itu terjadi di sekolah ketika ia hendak duduk di kursi, namun teman sekelasnya menjahilinya dengan cara memindahkan kursi tersebut, sehingga membuat Dira terjatuh.   

Semenjak kejadian itu, hidup Dira memang hanya bisa bergantung pada kedua orang tuanya lantaran ia yang tidak bisa berbuat banyak. Namun di hati kecil gadis tersebut terdapat sejuta mimpi yang ingin ia raih.

Boleh Baca: Cerpen Tentang Menabung untuk Menggapai Impian

Seiring berjalannya waktu, kedua orang tuanya mulai mengacuhkannya karena selain cuma bisa menyusahkan, juga merasa tak ada yang dapat diharapkan dari anaknya yang hanya menghabiskan waktunya duduk di atas kursi roda tersebut.

Sementara, kakaknya juga merasa malu mempunyai adik dengan kondisi yang Dira alami. 

Setiap hari Dira hanya menghabiskan sebagian waktunya di dalam kamar dan sesekali mengarahkan kursi rodanya menuju ke arah taman.

Dira yang berusia tujuh belas tahun tersebut menghilangkan rasa jenuh sekaligus pikiran buruknya yang melintas dengan cara menggambar di taman. 

Suatu pagi Dira terjatuh dari kursi rodanya, namun tidak ada satupun orang di dalam rumah yang mendekat untuk menolongnya.

Rasa kecewa terhadap hal tersebut membuat Dira memiliki kekuatan untuk menggerakan kursi rodanya ke arah taman kompleks. Ia berniat menenangkan diri. 

Ketika sedang tersedu di taman, tiba-tiba Dira dihampiri oleh seorang gadis seusianya yang memiliki kondisi sama dengannya.

Gadis itu mengulurkan tangannya kepada Dira dan menyebutkan namanya, Hima. mereka berdua mulai saling akrab.

Boleh Baca: Cerpen Tentang Menghargai Orang Lain (Rahasia Warna Pelangi)

Kemudian Hima Berkata seolah memotivasi Dira yang sedang terpuruk, “Ingatlah Dira! bahwa tak ada seorangpun di dunia ini yang terlahir secara percuma. Mungkin kita tidak bisa berdiri tegak seperti mereka yang normal. Akan tetapi, kita masih punya hak untuk merasakan bahagia. Cobalah untuk menerima keadaan dirimu sendiri.”

Setelah itu Hima berpamitan dan meninggalkan Dira di taman sendirian. 

Semenjak pertemuannya dengan Hima, Dira mulai mencerna perkataan yang diucapkan oleh gadis tersebut.

Dira berpikir bagaimana ia bisa menerima keadaan dirinya jika keluarganya tidak mendukungnya sama sekali. Dira kembali teringat bahwa dia hanyalah seorang gadis yang diacuhkan.

Hal yang dipikirkan oleh Dira adalah bagaimana supaya ia bisa mewujudkan mimpinya dengan kondisi lumpuh. 

Mimpi Dira adalah menjadi seorang pelukis yang karyanya bisa dihargai dengan dipajang di dalam pameran besar. Hal yang perlu dilakukan oleh Dira untuk memulainya adalah rajin membuat lukisan.  

Perlahan mimpi Dira mulai terwujud lantaran ia sering memposting lukisannya melalui media sosial.

Hingga suatu hari ada seorang lelaki yang datang ke rumah Dira untuk menemuinya. Lelaki tersebut melihat lukisan-lukisan Dira yang cukup bagus sehingga ia mengajaknya untuk bergabung di dalam sebuah pameran lukisan. 

Kedua orang tua Dira terperangah mendengar ucapan lelaki tersebut, karena tidak menyangka bahwa Dira si gadis yang hanya dianggap beban keluarga bisa menghasilkan karya lukisan yang indah.

Dira tersenyum melihat respon kedua orang tuanya dan ia menerima tawaran pameran tersebut. 

Berbagai lukisan indah dipajang dalam pameran yang diberi tema Mimpi Sang Dira.

Orang tuanya menghadiri pameran tersebut dan terharu atas pencapaian anaknya yang selama ini diacuhkannya.

Sementara Dira sudah bisa menerima keadaan fisiknya dan bersyukur apa yang telah dimilikinya.

***

Nah, demikianlah tadi sajian cerita pendek dari Guru Penyemangat. Mudah-mudahan sedikit banyaknya kisah di atas mampu menghadirkan motivasi untuk kita semua, ya.

Salam.

Guru Penyemangat
Guru Penyemangat Guru Profesional, Guru Penggerak, Blogger, Public Speaker, Motivator & Juragan Emas.

Posting Komentar untuk "Cerpen Tentang Keterbatasan Fisik Singkat: Dira Bukanlah Beban Keluarga"