Widget HTML #1

Cerpen Tentang Menghargai Orang Lain: Rahasia Warna Pelangi

Hai, sobat Guru Penyemangat, menurutmu, seberapa penting kita menghargai orang lain?

Sejatinya, sikap menghargai terhadap sesama manusia itu sangatlah penting, ya. Soalnya, sebagaimana yang ditegaskan dalam Al-Quran Surah Al-Hujurat ayat 13 bahwa Allah telah menciptakan manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kita mau saling mengenal.

Dengan demikian, bukanlah sebuah masalah ketika ada teman kita yang berbeda dari segi warna kulit, tinggi badan, bentuk wajah, bentuk mata, dan segenap penampilan fisik lainnya.

Karena…

Karena yang berharga di sisi Allah adalah takwa seorang hamba.

Nah, kali ini Gurupenyemangat.com bakal menghadirkan cerpen dengan tema pentingnya menghargai terhadap sesama manusia.

Cerpen tentang menghargai orang lain berikut menerangkan rahasia warna pelangi dalam hubungannya dengan perbedaan rupa. Mari kita petik hikmahnya ya.

Nah, langsung disimak saja:

Cerpen: Rahasia Warna Pelangi

Oleh: Fahmi Nurdian Syah

Cerpen Tentang Menghargai Orang Lain Rahasia Warna Pelangi
Rahasia Warna Pelangi. Gambar oleh ykaiavu dari Pixabay 

Di hari Minggu yang begitu cerah, Ririn bersama Rina dan Jihan berada di teras rumahnya yang tak begitu luas sedang duduk memegangi dagunya.

“Dari mana asalnya, ya?” Mata Ririn membulat memandangi sebuah titik yang ada di kertas miliknya. Begitu juga dengan Rina. Titik itu tidak terlalu besar, juga tidak terlalu kecil. Namun, yang membuat penasaran adalah titik itu berwarna hijau.

“Kamu punya warna hijau?” tanya Rina.

Ririn menggelengkan kepalanya. “Aku tidak punya. Aku juga heran kenapa bisa ada warna hijau di kertas ini.”

Hari ini, Ririn, Rina dan Jihan sedang berkumpul dan mereka diberi tugas mewarnai bermacam-macam gambar oleh Mamanya Ririn.

Namun, Mamanya Ririn hanya menyediakan lima macam warna cat air. Lima warna itu adalah merah, kuning, biru, hitam, dan putih.

“Mungkin, warna hijau ini sudah ada sebelum kita mulai mewarnai,” tebak Jihan.

Ririn memandangi temannya, Jihan. Yang bertubuh sedikit lebih besar darinya. Kulitnya putih dan matanya yang minimalis.

“Aku setuju dengan Jihan, gumam Rina. Kalau tidak, bagaimana bisa ada warna hijau di situ, iya kan?” lanjutnya.

Mau tak mau, Ririn ikut setuju. Memang itu satu-satunya penjelasan yang bisa dimengerti oleh mereka. Akhirnya, ketiga anak itu pun kembali melanjutkan mewarnai gambarnya.

“Mana warna biru?” suara Jihan menggema terdengar beberapa saat kemudian. “Aku mau pakai.”

“Ini warna kesukaanku. Aku juga mau pakai biru,” kata Rina.

“Gantian dong,” pinta Jihan.

“Ah, kamu juga tidak mau gantian. Dari tadi pakai warna kuning terus sampai catnya mau habis,” Rina tak mau kalah.

“Kamu tidak cocok memakai warna cerah. Harusnya kamu pakai warna hitam saja. Seperti warna kulitmu,” decak Jihan dengan keras.

“Biar saja kulitku gelap. Yang penting mataku besar. Tidak sipit seperti kamu,” balas Rina.

Ririn memandangi kedua temannya yang masih sibuk bertengkar. Dia kesal. Karena kedua temannya itu tiba-tiba tidak akur. Ada-ada saja yang mereka ributkan. Jihan meributkan warna kulit Rina yang gelap. Keluarga Rina memang berasal dari Papua.

Sementara itu, Rina membalas dengan membandingkan matanya yang bulat besar dengan mata sipit Jihan. Om Roy, ayah Jihan, memang keturunan Tionghoa. Itu sebabnya, Jihan wajahnya mirip ayahnya yang bermata sipit.

“Sudah, dong,” keluh Ririn. “Jangan berantem terus.”

Tapi, rupanya Jihan dan Rina tak ada yang mau mendengar. Mereka kini malah saling tarik wadah kecil tempat cat air berwarna biru. Tak ada yang mau mengalah.

Boleh Baca: Cerpen Tentang Jangan Menilai Seseorang dari Masa Lalunya

Tesss...tesss...tesss

Ririn memperhatikan ada beberapa tetes cat yang tumpah ke atas gambar Jihan. Saat melihat itu, Ririn awalnya terkejut. Namun, dia akhirnya hanya tersenyum tipis.

“Lihat!” tunjuk Ririn pada kertas gambar Jihan.

Mau tak mau, Jihan dan Rina berhenti bertengkar dan beralih melihat ke arah yang ditunjuk Lia. Semua langsung terkejut. Ternyata sekarang gambar Jihan ada yang berwarna ungu dan hijau!

“Kok bisa?” tanya Jihan heran.

“Aku tahu kenapa,” jawab Ririn sambil tersenyum.

“Kenapa?”

“Karena warna biru,” jelas singkat Ririn. 

Rupanya, cat warna biru yang diperebutkan Jihan dan Rina tumpah mengenai gambar Jihan yang berwarna merah dan kuning. Yang merah, setelah terkena biru berubah jadi ungu. Sedangkan yang kuning, setelah terkena biru berubah jadi hijau.

Karena itu, misteri warna hijau tadi pun sudah terpecahkan!

“Wah, ternyata dua warna jika digabung bisa jadi warna yang berbeda, ya,” seru Rina takjub.

Mendengar itu, Ririn jadi memandangi kedua temannya dan mulai teringat sesuatu. Senyum menghiasi wajahnya. Ia kini punya ide bagus!

Ririn pun lalu memandangi wajah Jihan.

“Jihan, ada berapa hidung Rina?”

Jihan keheranan. Namun, dia tetap menjawab.

“Satu.”

Ririn tersenyum mendengarnya. Kini dia ganti menatap Rina. “Rin, berapa mata Jihan?”

“Dua,” jawab Rina.

“Berapa kaki dan tangan yang kalian miliki?” tanya Ririn lagi.

“Dua,” jawab mereka bersamaan.

“Nah, berarti kalian berdua sama, kan?”

Mereka diam tak menjawab. Mereka memandangi Ririn tak mengerti.

“Kalian berdua sama-sama manusia. Sama-sama punya dua kaki, dua tangan, dua mata, dan satu hidung. Tidak boleh saling bertengkar dan mengejek terus dong,” ujar Ririn sambil tersenyum.

Rina dan Jihan menunduk. Namun, mereka masih diam saja.

“Kata ibuku, pelangi punya rahasia lohh,” kata Ririn kembali.

Jihan terperangah. “Rahasia?”

“Coba lihat gambar-gambar kita ini,” Lia menunjuk. “Kalau cuma diwarnai dengan satu warna, gambarnya biasa saja. Tapi, kalau ada perbedaan warna, gambarnya jadi lebih cantik, kan? Kata ibuku, pelangi juga begitu. Pelangi jadi lebih cantik karena adanya perbedaan warna. Sama seperti kita, ya. Kalau kita berteman dan bermain bersama tanpa bertengkar, pasti akan lebih indah dilihat. Seperti pelangi.”

Rina dan Jihan mengangguk. 

“Terasa lebih menyenangkan juga kalau damai. Apalagi kita kan sama-sama orang Indonesia. Tidak boleh bertengkar terus. Harus cinta damai dan saling menghargai.”

Jihan dan Rina berpandangan. Malu-malu, mereka pun saling mengulurkan tangan dan bersalaman. Ririn tersenyum lega melihatnya. Idenya tentang rahasia warna pelangi ternyata berhasil!

***

Nah, demikianlah tadi seuntai cerita pendek yang berisikan pesan tentang pentingnya menghargai orang lain dan tidak menjelek-jelekkan manusia atas perbedaan penampilan fisik dan rupa.

Allah telah menciptakan pelangi, dan dari pelangi kita bisa belajar bahwa makhluk Allah itu diciptakan berdasarkan keanekaragaman agar mereka bisa belajar saling memahami.

Semoga bermanfaat, ya.

Salam.

Lanjut Baca: Cerpen Tentang Jangan Menilai Seseorang dari Fisiknya Saja

Guru Penyemangat
Guru Penyemangat Guru Profesional, Guru Penggerak, Blogger, Public Speaker, Motivator & Juragan Emas.

Posting Komentar untuk "Cerpen Tentang Menghargai Orang Lain: Rahasia Warna Pelangi"