Widget HTML #1

Cerpen: Pesan Ibu di Tepi Pantai

Hai, Sobat Guru Penyemangat, Bagaimana Kabarmu Hari Ini?

Kuharap senantiasa baik-baik saja, ya. Terutama saat kita sedang dekat dengan seorang Ibunda tercinta.

Terang saja, dalam sepi maupun ramainya dunia, Mama sering kali menghadirkan pesan-pesan mutiara penuh cinta untuk kebaikan anaknya di masa depan.

Maka dari itulah, pada sajian cerpen kali ini Gurupenyemangat.com pula bakal menghadirkan cerpen tentang pesan dari seorang Ibu untuk anaknya.

Cerpen pesan Ibu berikut berisikan tentang pentingnya seorang anak perempuan untuk selalu menutup aurat di mana pun dirinya berada.

Nah, langsung disimak saja ya:

Cerpen Pesan Ibu di Tepi Pantai Tentang Pentingnya Menutup Aurat

Oleh Fahmi Nurdian Syah

Cerpen Pesan Ibu di Tepi Pantai
Cerpen Pesan Ibu di Tepi Pantai. Gambar oleh Hasyim Muhamzah dari Pixabay

Di malam yang sunyi ini, aku dan kedua orang tuaku tengah sibuk memasukkan berbagai bekal cemilan ke dalam tas untuk dibawa besok. Kami berencana akan pergi ke pantai untuk liburan akhir pekan.

Jujur saja, sudah lama aku tidak pergi ke pantai, jadi ini merupakan momen yang sudah lama aku nantikan.

Aku termasuk orang yang bukan terlahir dari keluarga yang setiap minggu untuk pergi liburan, tetapi lebih seringnya menghabiskan waktu bersama di rumah. 

Namaku Anggita, Aku merupakan seorang siswi yang baru duduk di bangku kelas satu SMP. Di umurku yang masih cukup belia ini, aku belum ada keberanian untuk pergi liburan sendiri. 

Sebenarnya aku merasa bosan jika sering menghabiskan waktu di rumah, dan ingin sesekali pergi liburan untuk menghilangkan rasa penat, tapi karena kedua orang tuaku yang selalu mengelak untuk pergi, jadi aku harus mengurungkan keinginanku itu. 

Setelah semua selesai dipersiapkan aku dan kedua orang tuaku pun bergegas pergi ke kamar untuk beristirahat malam, lantaran besok kita harus bangun pagi-pagi.

Boleh Baca: Cerpen Harapan Ibu

Keesokan harinya, aku dan keluargaku sebelum pergi ke pantai, kami kumpul di meja makan untuk mengisi perut yang masih kosong.

Setelah selesai, kami bergegas pergi ke pantai mengendarai sepeda motor. Perjalanan menuju pantai kurang lebih satu jam dari rumah, di sepanjang jalan aku sudah tak sabar untuk segera sampai di lokasi. 

Sesampainya di sana, meskipun masih terbilang pagi, tetapi suasana pantai sudah cukup terlihat banyak orang.

Ada beberapa yang menikmati hangatnya sinar matahari, ada beberapa yang menyantap makanan bersama di pinggir pantai, dan ada beberapa juga yang berenang.  

Aku sangat senang sekali bisa melihat ombak air laut yang dingin dan putihnya pasir pantai. Tiba-tiba ayahku pergi meninggalkanku dan ibuku untuk ke toilet.

Saat itu, aku dan ibuku menunggu di sebuah ayunan. Ibuku hanya mengamati sekitar dan kemudian mengeluarkan dua buah permen dari dalam tas.

Ilustrasi Permen
Ilustrasi Permen. Gambar oleh S. Hermann & F. Richter dari Pixabay

Aku kaget ketika Ibu melempar satu permen yang masih terbungkus rapi ke tanah, lalu ia menyuruhku untuk mengambil dan memakannya.

Aku pun memakan permen itu. Kemudian ibu membuka permen yang satunya dan melemparkannya ke tanah, ibuku menyuruhku mengambilnya dan memakannya.

Aku mengambilnya namun aku tak mau memakan permen itu lantaran kotor, beberapa pasir menempel di permen itu. Ibuku tersenyum melihat tingkahku. 

Setelah itu, ibuku bilang; "ketika kamu sudah dewasa nanti, di manapun kamu berada, apapun keadaannya jangan sekali-kali untuk membuka auratmu itu, karena jika kamu sudah membuka auratmu maka tubuhmu ibarat permen yang sudah dibuka, akan gampang sekali untuk kotor. Maka jagalah dirimu baik-baik." 

Boleh Baca: Cerpen tentang Kasih Sayang Ibu kepada Anaknya

Mendengar ucapan yang dilontarkannya, aku paham maksud ibu setelah melihat ke berbagai penjuru pantai.

Di pantai banyak sekali perempuan yang berpakaian mini dan tak menutup auratnya. Ibu tak ingin aku seperti mereka, aku harus tetap menutup aurat meskipun di berbagai tempat dan apapun keadaannya. 

Tak lama kemudian, ayah telah kembali dari toilet. Kemudian ia mengajak berkeliling di sekitaran pantai.

Suasana pagi menuju siang membuat pantai semakin ramai pengunjung. Sesekali kakiku basah terkena air yang terseret ombak. Aku tak berenang karena aku tak bawa pakaian ganti.  

Setelah berjalan-jalan di sekitaran pantai, kami pun berhenti dan duduk di atas sebuah tikar. Ibuku mengeluarkan berbagai cemilan yang sudah dipersiapkannya semalam. Kami pun menikmatinya sembari merasakan terpaan angin yang begitu kencang.

Aku dan kedua orang tuaku begitu bahagia, tak ada nikmat lain memang selain berkumpul dan pergi liburan bersama mereka.  

Waktu telah menunjukkan pukul setengah dua belas siang. Kami pun memutuskan untuk pulang ke rumah.

Hari ini aku begitu bahagia. Selain pergi liburan, aku juga mendapatkan sebuah nasihat yang berharga dari ibuku.

***

Nah, demikianlah tadi secarik cerpen karya Fahmi yang telah Guru Penyemangat tayangkan.

Dari cerpen di atas, kita bisa memetik makna bahwa Ibu sedang berpesan kepada Anggita untuk senantiasa menjaga aurat di mana pun dirinya berada.

Agar nasihat Ibu ngena di hati, Ibu langsung menghadirkan perumpamaan seorang perempuan laksana permen yang dibungkus.

Permen yang dibungkus lebih terjamin kebersihannya dibandingkan permen yang jatuh ke pasir. Demikianlah perumpamaan tentang pentingnya menjaga aurat bagi seorang perempuan.

Dari sana kita belajar bahwa nyatanya Islam begitu memuliakan seorang perempuan.

Nah, semoga bermanfaat dan menginspirasi ya.

Salam.

Guru Penyemangat
Guru Penyemangat Guru Profesional, Guru Penggerak, Blogger, Public Speaker, Motivator & Juragan Emas.

Posting Komentar untuk "Cerpen: Pesan Ibu di Tepi Pantai "