Widget HTML #1

Cerpen: Alangkah Baiknya Bilang Dulu Sebelum Meminjam

Hai, Sobat Guru Penyemangat, seberapa sering dikau dibuat kesal oleh sikap teman yang menggunakan barang-barang kepunyaanmu tanpa izin?

Hahaha. Agaknya cukup sering dan rasanya cukup kesal, ya. Terkadang kita sudah merawat barang tersebut dengan baik supaya diri ini yang bisa menggunakannya terlebih dahulu, eh malah diserobot orang lain.

Lho, kan katanya kita teman?

Teman sih teman.

Tapi teman tidak bisa dijadikan cerita dan alasan untuk berbuat seenaknya. Jadi, alangkah baiknya bilang dulu sebelum meminjam.

Baiklah, berikut Gurupenyemangat.com hadirkan cerpennya:

Cerpen: Alangkah Baiknya Bilang Dulu Sebelum Meminjam

Oleh Fahmi Nurdian Syah

Cerpen Alangkah Baiknya Bilang Dulu Sebelum Meminjam
Cerpen: Alangkah Baiknya Bilang Dulu Sebelum Meminjam. Gambar oleh Prawny dari Pixabay

Di suatu Sekolah Dasar, terdapat seorang murid yang terkenal akan sifat nakalnya, ia bernama Baim. 

Baim merupakan anak kelas 3 SD yang sering membuat marah Bu Guru. Karena perilaku nakalnya itu, ia sering mendapatkan teguran hingga dipanggil ke kantor.

Namun hal tersebut tidak pernah membuatnya takut apalagi kapok terhadap perilaku nakalnya itu.

Pada suatu hari ketika jam istirahat sekolah, disaat temannya yang lain merasa malas keluar karena langit nampak begitu gelap dengan rintikan air hujan yang membasahi tanah, Baim ingin pergi ke kantin, namun ia tak membawa payung dari rumah.

Baim berjingkat dari tempat duduknya bergegas keluar dan melihat di depan kelas terdapat payung yang tergeletak begitu saja.

Tanpa basa-basi dan berpikir panjang, ia segera mengambil payung itu dan dibawanya menuju ke kantin.  

Di lain sisi, terdapat dua gadis kecil yang merupakan teman satu kelas Baim yang masih duduk di dalam kelas. 

"Antar aku yuk ke toilet, kebelet nih pengen pipis," ajak Meysa kepada teman sebangkunya.  

"Tapi di luar lagi hujan, aku gak membawa payung," jawab Rara. 

Jika berjalan dari kelas 3 menuju ke toilet sekolah, harus melewati sebuah halaman yang tidak beratap, jadi kalau tidak membawa payung maka akan basah lah pakaian mereka berdua. 

"Tenang, aku bawa payung ku taruh di luar, satu payung untuk berdua," ucap Meysa, yang memang sering dibekali ibunya payung untuk berjaga-jaga jikalau hujan. 

Rara pun menganggukkan kepalanya tanda ia mau untuk mengantar Meysa menuju ke toilet, namun ketika mereka tepat berdiri di depan ruang kelas, mata Meysa terbelalak karena tak melihat keberadaan payungnya.

Ilustrasi Anak Perempuan Menggunakan Payung
Ilustrasi Anak Perempuan Menggunakan Payung. Gambar oleh nini kvaratskhelia dari Pixabay 

Rara juga merasa heran lantaran Meysa yang bilang menaruh payungnya di luar tak mendapati keberadaan payung tersebut.

Meysa biasanya menaruh payung lipatnya di tas, tapi kali ini memang sengaja ia taruh luar karena keadaan yang hujan. 

Wajah Meysa seketika berubah menjadi agak kemerahan, kini air matanya tak terbendung. Rara yang kebingungan tak tahu harus berbuat apa hanya menatap temannya yang sedang menangis tersedu-sedu. 

Hingga tak lama kemudian bel masuk telah berbunyi, datanglah Bu guru yang hendak mengajar kelas 3 melihat keberadaan Rara dan Meysa yang masih menangis di luar kelas.

Boleh Baca: Cerpen Tentang Bullying Singkat

"Rara, ada apa kok Meysa nangis?" tanya Bu guru kepada Rara. 

"Ini, Bu, payungnya hilang," jawab Rara. 

"Payungmu warnanya apa?" tanya Bu guru kepada Meysa.

"Merah Bu," jawab Meysa yang masih sesenggukan.

Dari arah kejauhan terlihat Baim yang tengah berjalan membawa payung berwarna merah. Bu Guru pun menyurigai bahwa itu payung Meysa.

"Baim, itu payung siapa yang kamu pakai?" tanya Bu guru penasaran.

"Gak tau, Bu, tadi tergeletak di sini, yaudah aku bawa aja," jawab Baim dengan polos yang tak merasa bersalah.

"Apa ini payungmu?" Sambil menatap Meysa.

"Iya Bu," jawab Meysa sembari mengucek matanya.

"Baim, kamu ini ya, kalau mau memakai benda milik orang lain harus bilang dulu supaya yang punya gak nyariin, meskipun tergelatak di luar kamu harus mencari tau siapa pemilik payung itu, paham?" ucap Bu Guru yang meninggikan intonasi suaranya.

Boleh Baca: Cerpen Tentang Pesan dari Ibu Guru

"Paham, Bu."

Baim pun meminta maaf kepada Meysa dan berjanji tak akan mengulangi perbuatannya tersebut.

Setelah kejadian di itu, Baim pun selalu bilang ketika hendak meminjam sesuatu. Bukan hanya itu saja, Baim juga menjadi lebih berhati-hati dalam bertindak sehingga tidak membuat kesalahan kepada teman-temannya. 

Dengan begitu, Baim pun menjadi punya banyak teman. Sekarang mereka sudah tidak takut lagi bergaul dengan Baim.

Berbeda dengan dulu, mereka banyak yang takut berteman dengan Baim karena kenakalannya, sehingga meembuat mereka menjauh supaya bisa menghindari kenakalan yang diperbuat oleh Baim.

~Selesai~

Nah, demikianlah tadi sajian cerpen karya Agan Fahmi mengenai pentingnya berkabar alias izin terlebih dahulu sebelum meminjam barang kepada orang lain.

Semoga bermanfaat, ya.
Salam

Guru Penyemangat
Guru Penyemangat Guru Profesional, Guru Penggerak, Blogger, Public Speaker, Motivator & Juragan Emas.

Posting Komentar untuk "Cerpen: Alangkah Baiknya Bilang Dulu Sebelum Meminjam"