Widget HTML #1

Contoh Cerita Pendek Tentang Kejujuran Singkat, yang Baik Selamanya Akan Baik

Contoh Cerita Pendek Tentang Kejujuran
Contoh Cerita Pendek Tentang Kejujuran. Dok. Gurupenyemangat.com

Rasa-rasanya, perilaku jujur dan kebaikan seseorang itu laksana sepasang sepatu, kan?

Begitu, kejujuran dan kebaikan tidak bisa dipisahkan karena kedua akhlak ini saling berhubungan satu sama lain.

Orang yang berusaha untuk jujur pasti sedang berjuang untuk bisa bersikap baik kepada diri sendiri. Pun demikian dengan keluarga, tetangga, hingga kepada orang lain di masyarakat.

Meski begitu, menjadi seseorang yang berperilaku jujur itu terkadang banyak tantangannya.

Kok bisa?

Soalnya tidak mudah bagi kita untuk terus bersikap lurus hati, tidak berbohong, hingga berkata benar.

Dalam hidup, kita harus jujur kepada diri sendiri, kepada orang lain, bahkan kepada Allah.

Kebaikan pula demikian. Bukan hal yang mudah untuk berperilaku sesuai timbangan alias tidak berat di salah satu sisi. Dibutuhkan komitmen dan kesungguhan baik dari hati maupun tindakan.

Satu hal yang pasti, bahwa yang baik itu selamanya akan baik. Kebaikan tidak boleh dicampur oleh keburukan karena keduanya merupakan sikap dan sifat yang berseberangan.

Maka dari itu, dalam hal ini Gurupenyemangat.com bakal menghadirkan cerita singkat tentang kejujuran yang menginspirasi.

Contoh cerita pendek nan singkat yang berkisah tentang kejujuran ini diharapkan dapat membuat kita semua lebih semangat dalam berbuat baik.

Cerita Pendek Tentang Kejujuran

Contoh 1:

Jujur di Sekolah Membawa Berkah

Jujur di Sekolah Membawa Berkah
Jujur di Sekolah Membawa Berkah. Dok. Gurupenyemangat.com

Pada hari Senin, aku bersama teman-teman se-SD melaksanakan upacara bendera. Yang bertugas hari itu adalah peserta kelas 5 SD, termasuk aku yang juga ditugaskan menjadi pengibar bendera.

Beruntung waktu itu kegiatan upacara dilaksanakan sebentar saja, soalnya Guru selaku pembina upacara hanya menyampaikan sepatah dua patah kata pesan.

Pak Guru berpesan agar kita semua terus berusaha menjadi pribadi yang lebih baik, patuh kepada orang tua dan guru, menjaga kebersihan diri, sekolah, dan lingkungan, serta berperilaku jujur.

Sesudah upacara, aku bersama dua orang temanku pun sempat melipat bendera.

Bersamaan dengan itu, secara tidak sengaja aku lihat ada uang Rp50.000 yang jatuh dari saku celana seorang siswa kelas 6.

“Eh, Toni. Itu ada uang kakak kelas barusan jatuh. Bagaimana ini?”

“Wah, banyak itu! Bagaimana kalau sepulang sekolah nanti kita makan-makan di warung baksonya Bu Siti. 50.000 lho, lumayan, kan. Kita bisa dapat porsi komplit.”

Aku pun agak gemetar mendengar percakapan kedua orang temanku. Sebenarnya sejak awal melihat uang itu aku ingin langsung mengembalikannya kepada Kakak kelas, tapi aku takut. Aku juga tidak kenal.

“Begini saja, teman-teman. Menurutku, lebih baik kita kembalikan uang ini kepada Kakak kelas dan kalian tolong temani aku.”

“Ya udah deh. Aku setuju. Toh, ini juga bukan uang milik kita, kan. Jelas-jelas tidak akan berkah jika kita membelanjakannya. Selain itu, kita juga harus jujur kepada diri sendiri dan orang lain.”

“Setuju. Oke. Mari kita bergegas menuju kelas 6 sebelum bel berbunyi.”

Teman-temanku memang orang-orang yang baik. Buktinya, mereka mau mendukung niat yang baik serta membudayakan perilaku jujur.

Pada saat itu juga, akhirnya kami langsung pergi ke kelas 6. Aku tidak takut lagi karena sudah didampingi teman-teman baik.

Saat masuk ke kelas 6, aku pun terlebih dahulu menyimpan uang Rp50.000 tersebut sembari bertanya kepada seluruh siswa di kelas tersebut.

“Maaf, izin sebentar. Apakah di sini ada Kakak-kakak yang baru saja kehilangan uang?”

Aduh, aku kaget! Ternyata ada lebih dari 5 orang siswa yang mengaku kehilangan, padahal kan uangnya cuma selembar saja.

Aku sontak langsung bertanya kepada kelima siswa tersebut tentang berapa jumlah uang yang hilang. Ternyata mereka berbohong.

Ada yang menjawab Rp5.000, Rp10.000, Rp.20.000, hingga Rp100.000. Ternyata mereka tidak tanggung-tanggung ingin menipuku dan teman-teman.

Meski begitu, tetap saja hanya ada satu orang yang menjawab Rp50.000, dan aku yakin memang dialah pemilik uang yang asli.

Detik itu pula, aku pun mengembalikan uang tersebut. Tanpa banyak berbicara, kami pun langsung masuk ke kelas. Tak lupa, dia sang senior juga mengucapkan terima kasih seraya tersenyum.

“Terima kasih, Dek. Uang ini adalah ongkos Kakak selama 3 hari.”

Kami pun ikut bahagia melihat Kakak kelas yang juga bahagia. Sembari berjalan menuju kelas, tiba-tiba Pak Guru yang menjadi pembina upacara tadi memanggilku.

“Nak, ke sini sebentar. Iya, kalian bertiga. Cepat, ya!”

Entah ada angin apa kok Pak Guru sampai memanggil kami ke ruang guru. Ketika aku dan teman-teman tiba di ruang guru, ternyata di sana sudah ada hidangan lontong daging.

“Anak-anak, kalian sungguh hebat. Kalian adalah panutan siswa yang mengudarakan perilaku kejujuran di sekolah. Sebagai apresiasi, Bapak traktir kalian untuk bersama-sama kita makan lontong.”

Aku dan teman-teman senang bukan kepalang. Aku jadi teringat kata temanku tadi bahwa kejujuran itu sebenarnya selalu membawa berkah. Yang baik selamanya akan selalu baik.

Boleh Baca: Cerita Pendek Tentang Sikap Adil

Contoh 2:

Ujian Kejujuran Seorang Pedagang Batagor

Ujian Kejujuran Seorang Pedagang Batagor
Ujian Kejujuran Seorang Pedagang Batagor. Dok. Gurupenyemangat.com

Nama penjual batagor itu adalah Teguh. Sehari-hari beliau bisa dipanggil Mang Teguh. Biasanya beliau berkeliling mendorong gerobak batagor sejak pagi hari dan pulang menjelang Magrib.

Kegiatan berjualan ini sudah ia lakukan puluhan tahun, dan syukur dagangannya selalu disenangi oleh para pelanggan, terutama para Emak dan anak-anak sekolah.

Pada suatu pagi sebelum berangkat berjualan, tiba-tiba anaknya yang sudah SMA melapor ke Mang Teguh seraya meminta uang SPP.

“Ayah, aku sudah menunggak SPP 3 bulan. Jika dalam dua hari ini tidak dilunasi, maka aku bakal di-skors bahkan diancam dikeluarkan dari sekolah. Bagaimana ini, Ayah?”

“Tunggu ya, Nak. Besok Ayah upayakan agar uangnya ada. Kamu pokoknya belajar yang rajin, Ayah akan cari uang yang banyak hari ini dan semoga dagangan kita laris.”

Beliau berangkat dengan perasaan cemas. Tahu sendiri, sekarang sedang ada wabah pandemi sehingga banyak orang lebih betah berdiam di rumah. Sekolah pun digelar secara daring. Alhasil batagor jualan Mang Teguh cukup sepi pembeli.

Di tengah perjalanan, tiada disangka Mang Teguh melihat ada pasangan yang keluar dari mobil seraya bertengkar.

Entah apa yang mereka ributkan sampai-sampai pihak perempuan melempar tas dan sepatunya.

Tanpa sempat melerai, pasangan tersebut sudah terlanjur pergi menaiki mobil, sedangkan barang-barang seperti alat kosmetik dan sepatu masih tertinggal di pinggir jalan.

Mang Teguh yang sudah sampai di lokasi kejadian tiada terduga menemukan sebuah dompet. Ketika ia coba lirik, ternyata ada banyak uang dan kartu berharga.

Uangnya kira-kira ada sekitar 5 juta. Mang Teguh pun ingat dengan permintaan anaknya tentang SPP sekolah, tapi jauh dari dalam lubuk hatinya beliau ingin mengembalikan dompet tersebut.

Secara, selain ada uang Rp5 juta, ada pula banyak kartu berharga seperti KTP, kartu kredit, ATM, dan beberapa administrasi penting lainnya.

Tanpa berpikir panjang, Mang Teguh langsung saja mendorong gerobak batagornya ke alamat yang tertuju di dompet seraya berharap agar bisa bertemu dengan pasangan yang bertengkar tadi.

Ternyata jauh!

Mang teguh berangkat pukul 11 pagi, dan tiba di alamat pemilik dompet jam 3 sore. Ia agak cemas dan sedih. Dagangannya belum ada yang beli. Tapi di sisi yang sama, Mang Teguh sudah berjanji kepada dirinya sendiri untuk berperilaku jujur sekaligus amanah.

“Assalamu’alaykum. Permisi…Pak, Bu?”

Sesaat setelah mengetuk pintu, tiba-tiba terdengar jawaban dari seorang perempuan.

“Walaikumussalam, ada perlu apa ya, Pak?”

“Begini, Bu. Apakah benar Ibu yang namanya Anita?”

“Iya benar, Pak, dengan Saya sendiri.”

“Ini, Bu. Tadi ketika di jalan Saya tidak sengaja melihat Ibu bertengkar. Lalu Saya menemukan dompet ini.”

Mang Teguh pun menunjukkan dompet dan mengembalikannya kepada Bu Anita.

“Alhamdulillah, Ya Rabb. Benar sekali, Pak. Terima kasih banyak, Pak. Ini dompet saya, ada banyak barang berharga di dalamnya.”

“Iya, sama-sama, Bu.”

“Tunggu, tunggu. Jadi Bapak berjalan dari lokasi jatuhnya dompet sampai ke sini dengan jalan kaki dan mendorong gerobak batagor ini?”

“Iya, Bu. Kalau begitu, saya pamit dulu ya Bu. Soalnya hari sudah sore dan Saya ingin segera pulang ke rumah.”

“Masya Allah, ternyata masih banyak orang baik nan jujur di kota ini. Tunggu, Pak. Ini Saya ada sedikit rezeki untuk keluarga Bapak, hitung-hitung untuk mengganti ongkos jalan kaki Bapak yang telah mengantarkan dompet ini kembali.”

Terlihat Bu Anita mengeluarkan uang sebanyak 1 juta dan berniat memberikannya kepada Mang Teguh.

“Waduh, tidak usah, Bu. Saya ikhlas. Saya permisi ya, Bu. Assalamu’alaykum.”

Mang Teguh sontak menolak uang pemberian Bu Anita seraya kembali mendorong gerombak. Bibirnya tampak sedang tersenyum, tapi hatinya tetap cemas.

Tapi, ada situasi yang cukup aneh. Di tengah perjalanan pulang, tiba-tiba saja ada banyak pembeli batagor yang menghampiri Mang Teguh.

Ada sekitar 300 orang waktu itu. Mang Teguh kaget seraya kegirangan. Dalam waktu 1 jam saja, akhirnya batagor jualannya habis.

Ternyata tanpa sepengetahuan Mang Teguh, Bu Anita yang tadinya baru saja mendapatkan dompetnya kembali sempat menelepon para karyawan di perusahaan dan meminta mereka untuk membeli batagornya Mang Teguh.

Siapa sangka peristiwa ini bisa terjadi. Inilah ujian kejujuran bagi Mang Teguh, bahwa segala yang baik akan kembali ke hal yang baik pula.

Karena barang dagangannya habis, Mang Teguh pun dapat untung banyak serta bisa membayar SPP sekolah anaknya. Alhamdulillah!

***

Yup. Demikianlah tadi contoh cerita pendek tentang kejujuran. Mudah-mudahan bisa menginspirasi kita semua, ya.

Semangat selalu untuk berperilaku jujur. Dirimu, diriku, dan diri kita harus yakin bahwa segala yang baik selamanya akan baik. Jujur itu indah, jujur itu membahagiakan.

Salam.

Guru Penyemangat
Guru Penyemangat Guru Profesional, Guru Penggerak, Blogger, Public Speaker, Motivator & Juragan Emas.

Posting Komentar untuk "Contoh Cerita Pendek Tentang Kejujuran Singkat, yang Baik Selamanya Akan Baik"