Widget HTML #1

Terkadang, Bunga yang Layu Karena Air Hujanlah yang Paling Menggerakkan Hati Kita

Baru-baru ini, aku telah menemui hal yang menarik di episode ke-37 dari anime Ahiru no Sora. Tepatnya pada menit 15:30, ada perkataan bijak sang kepala SMA Kuzuryu yang bagiku sangat-sangat menyentuh.

Kepala sekolah yang saat itu sedang menasehati tim basket sempat memberikan untaian harapan positif berupa tuangan kata-kata mutiara:

“Terkadang, bunga yang layu karena air hujanlah yang paling menggerakkan hati kita.”

Bunga Layu Karena Air Hujanlah yang Paling Menggerakkan Hati Kita
Foto diolah oleh Gurupenyemangat.com

Sebenarnya ungkapan “mendebarkan hati dan jiwa” yang telah diungkapkan oleh kepala sekolah ini bukanlah tanpa sebab.

Ia begitu takjub dan bangga dengan murid-muridnya yang terus mencari jalan demi meraih cita-cita sebagai pemain basket profesional di masa depan.

Ada murid yang rela menjadi petugas kebersihan di sekolahnya.

Ada murid yang rela tiap malam membangun kembali ruang tim basket yang telah terbakar.

Dan, ada pula murid yang terus berlatih melawan tim universitas gara-gara eskul basket SMA Kuzuryu dibekukan.

Dari perjuangan-perjuangan murid yang tak kenal putus asa ini, akhirnya kepala sekolah kembali membuka hatinya dengan cara memberikan kesempatan kepada Momoharu Hanazono untuk menghidupkan kembali tim basket.

Selain itu, kepala sekolah yang begitu tegas ini juga ingin agar tim basket membuktikan bahwa mereka bukanlah orang-orang yang suka membuat masalah. 

Gara-gara hal ini, menurutku secara tidak sadar sang kepala sekolah telah mewujudkan sendiri kata-kata mutiara yang sempat ia ucapkan tadi.

Ya, hati ia sendiri yang akhirnya tergerak setelah menyaksikan tim basket yang terlihat seperti bunga yang layu karena air hujan.

Tapi, bila kita kemudian ingin menyorot makna “bunga yang layu karena air hujan”, seperti kalimat ini benar-benar meninggalkan makna yang mendalam di kehidupan kita secara nyata. 

Ya, bila bunga yang layu kita analogikan sebagai masalah, maka air hujan mirip seperti timpaan masalah-masalah lain yang datang dan semakin meruwetkan hati kita.

Kala itu, kita seakan harus mengambil keputusan terbaik. Mau maju atau mundur. Mau lanjut atau berhenti.

Sejujurnya masalah tiap-tiap orang di kehidupan nyata tidaklah segampang dan sesederhana anime Ahiru no Sora yang telah diterbitkan di Indonesia dengan judul Sora the Wingless Duck ini.

Tapi, sebagai gambaran pahitnya hidup, cukup cocok, kan?

Berada Puncak Kesulitan, Salah Satu Jalan Tergeraknya Hati Seseorang

Karena sudah sampai sini, sekalian saja kita bicara tentang masalah dan kesulitan.

Lagi-lagi aku masih meminjam ucapan kepala sekolah dalam Anime Ahiru no Sora “bunga yang layu karena air hujanlah.”

Secara tidak langsung, akhiran –lah di sana seakan menegaskan bahwasannya bunga itu sebenarnya sudah layu.

Ibaratkan seseorang yang sudah jatuh kemudian tertimpa oleh tangga, bunga yang sudah layu itu jadi semakin menyedihkan karena tertimpa oleh air hujan.

Jika kita rekatkan pada kesulitan hidup, agaknya permasalahan yang seperti ini sudah benar-benar mencapai puncaknya.

Jikalau sudah berada di puncak masalah, hal utama yang sering datang dan berkeliaran di pikiran kita adalah kebingungan.

Ketika Berada di Puncak Kesulitan
Ketika Berada di Puncak Kesulitan. Foto: Pixabay

Bingung ingin pilih ini dan itu. Bingung menimbang konsekuensi ini dan itu.

Sebenarnya jika konsekuensi yang kita pilih dalam mengatasi suatu permasalahan tidak terlalu berat, maka mudah untuk memilih.

Tapi bila kedua konsekuensinya sama-sama berat? Inilah yang menjadikannya ruwet dan ambyar. Sama-sama penting, dan sama-sama prioritas.

Bunga yang layu, syahdan dilayukan lagi oleh air hujan.

Misalnya, kita dihadapkan dengan permasalahan PHK, tabungan makin sedikit, dan saat itu anak-anak sudah mendaftar kuliah di perguruan tinggi swasta.

Permasalahan ini cukup ruwet, kan?

Ya, di saat yang bersamaan ada beban berat yang hinggap di pundak dan di saat itu pula kita cukup kebingungan untuk memilih. 

Mau memakai tabungan untuk memulai bisnis sebagai opsi pekerjaan baru, tapi anak-anak butuh uang untuk bayar UKT.

Jika keadaannya dibalik juga seperti tidak memungkinkan. Membiarkan anak-anak cuti kuliah sementara sampai kita dapat pekerjaan.

Tidak tega rasanya!

Baca juga: Sesedih Apa pun Itu Jangan Mau Jadi Batu, Apalagi Tenggelam!

Kalau sudah begini, apakah solusinya?

Lagi-lagi puncak permasalahan hidup seakan menuntut hati kita untuk segera bergerak.

Karena putus asa bukanlah pilihan, maka opsi melamar pekerjaan baru bahkan meminjam uang kepada kerabat keduanya bisa dipakai.

Di saat hati sudah bergerak, tiada lagi alasan untuk malu dengan profesi.

Apa pun pekerjaan yang halal, pasti akan diperjuangkan, ditekuni, dan digeluti. Banyak kan kita temui orang-orang yang seperti ini? 

Itulah salah satu contoh nyata bahwa selalu ada jalan keluar dari kesulitan. Hal ini juga sekaligus menguatkan kalam Allah dalam QS Surah Al-Insyirah ayat 5-6:

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”

Saat kesulitan telah memuncak, saat itu pula keadaan mulai memaksakan hati kita untuk bergerak. Seperti yang telah kusampaikan tadi, pilihannya pasti ada 2:

Maju atau mundur.

Lanjut atau berhenti.

Tapi, hebatnya Islam tidak mengajarkan begitu.

Melalui kalam Allah tadi, Islam mengajarkan kepada kita untuk terus berusaha melawan kesulitan-kesulitan yang ada.

Demi memangkas rasa putus asa, telah Allah pastikan akan ada “kemudahan” alias solusi terbaik dari permasalahan tadi.

Hanya saja, kemudahan itu tidak selalu seindah kata-katanya. Memang ada orang-orang yang sedikit berusaha, kemudian ia langsung sukses dan berhasil. 

Tapi, tidak sedikit pula orang-orang yang harus jatuh bangun, menangis, terluka, kecewa, kesal, jengkel dan ambyar terlebih dahulu bersama kesulitan, barulah kemudian ia mendapatkan kemudahan.

Kadang pula, setiap kesulitan-kesulitan yang datang secara teori seperti tidak ada solusinya lagi. Nah, bila menghadapi keadaan yang seperti ini, kita harus bagaimana? 

Solusi terbaik adalah, tetap mendekatkan diri kepada Allah, tawakal, serta yakin bahwa akan ada pertolongan di waktu yang sudah Allah tentukan. 

Sejatinya, kesulitan itu datang agar kita bisa naik kelas.

Dan, bila ada masa di mana kita tertimpa kesulitan bahkan secara bertubi-tubi, berarti saat itu Allah ingin dekat kepada kita. jika saat itu datang, maka mendekatlah kita kepada-Nya.

Salam.
Ditulis oleh Ozy V. Alandika

Baca juga:

Guru Penyemangat
Guru Penyemangat Guru Profesional, Guru Penggerak, Blogger, Public Speaker, Motivator & Juragan Emas.

Posting Komentar untuk "Terkadang, Bunga yang Layu Karena Air Hujanlah yang Paling Menggerakkan Hati Kita"