Widget HTML #1

Tantangan Pendidikan Semakin Kompleks, 9 Kompetensi Utama yang Perlu Dimiliki Pembelajar Abad 21

Dunia terus berubah!

Ya, masing-masing diri mulai sadar akan hal itu. Situasi serta kondisi negeri hari ini seakan mengajak kita untuk terus memperbaharui kompetensi di berbagai sektor kehidupan.

Pada intinya, generasi hari ini sangat jauh berbeda dengan generasi ketika kita masih unyu-unyu.

Sekarang, anak yang di sana telihat sibuk main game online menggunakan android. Anak yang di sebelahnya asyik rebahan seraya streaming Netflix. Sedangkan anak yang di sini? Sibuk mengunggah video karena telah menanamkan cita-cita untuk menjadi vlogger sukses.

Lalu, di manakah posisi kita hari ini? Apakah kita masih belum berempati untuk pedekate dengan dunia digital?

Menimbang dan membayangkan suasana di abad 21 ini, rasanya kita sebagai pembelajar perlu memperbaharui kompetensi.

9 Kompetensi utama yang perlu oleh Pembelajar Abad 21
9 Kompetensi utama yang perlu oleh Pembelajar Abad 21. Dok . Gurupenyemangat.com

Mengapa aku sebut “pembelajar”?

Alasannya sederhana, karena sejatinya manusia itu adalah penuntut ilmu sepanjang hayat. Semasa kita masih bernafas, semasa itu pula diri perlu terus belajar agar mampu beradaptasi dengan perubahan dunia di hari esok.

Baiklah, dalam kesempatan kali ini, aku ingin mengulas kompetensi utama yang perlu kita miliki di abad 21 ini.

Ulasan ini adalah refleksi dari webinar pendidikan yang saya ikuti akhir tahun yang lalu. Setidaknya, ada 9 item kemampuan yang perlu kita asah. Yok, disimak:

1. Thinking Skill dan Problem Solving

Thinking Skill dan Problem Solving
Thinking Skill dan Problem Solving. Dok. Gurupenyemangat.com

Keterampilan pertama yang perlu dimiliki oleh seorang pembelajar abad 21 adalah keterampilan berpikir dan kemampuan dalam memecahkan masalah. Kompetensi ini sengaja kita racik dalam satu paket.

Sebegitu pentingkah keterampilan berpikir di abad 21?

Kiranya memang sangat penting. Beberapa tahun terakhir, para pelajar kita cukup kesusahan untuk bersaing dengan negara tetangga dari segi kompetensi.

Hal tersebut dibuktikan dengan rendahnya skor PISA generasi penerus bangsa yang telah rilis akhir tahun 2019.

Pelajar Bumi Indonesia menempati peringkat rendah dengan skor PISA di bawah rata-rata skor negara peserta.

skor-pisa-2018-ozyalandika
Skor PISA 2018. Diolah dari oecd.org

Ketika kita usut lebih jauh, sejatinya salah satu penyebab rendahnya nilai PISA adalah kurang maksimalnya kompetensi utama Thinking Skill dan Problem Solving.

Sebagaimana sistem pembelajaran yang sudah kita alami beberapa tahun terakhir, kecenderungan materi ajar di kelas masih bernada hafalan dan tidak jarang hanya sekadar memahami sebuah teori.

Belum sepenuhnya hinggap ke tingkat analisa, evaluasi, maupun sintesa.

Gara-gara hal tersebut, otomatis masing-masing pembelajar akan kesusahan jika harus "berperang" dengan masalah atau fenomena di lapangan yang berbeda dengan teori.

Alhasil, sebagai kompetensi utama, kemampuan berpikir dan penuntasan masalah mau tidak mau perlu kita tingkatkan.

2. Berpikir Kritis dan Sistematis

Berpikir Kritis dan Sistematis
Berpikir Kritis dan Sistematis. Dok. Gurupenyemangat.com

Kompetensi utama kedua yang perlu bin harus dimiliki oleh para pembelajar di abad 21 adalah kompetensi berpikir kritis dan sistematis.

Tidak berbeda jauh dengan tajuk pertama, dua kompetensi ini adalah perpaduan keterampilan yang berhubungan erat satu sama lain.

Perilaku berpikir kritis akan memudahkan kita selaku pembelajar dalam memahami sebuah gejala sosial yang berbeda dengan teori. 

Bersandar dari sana, bakal hadirlah beragam jalan solutif untuk bersikap bijaksana terhadap sebuah gejala yang mungkin belum pernah dialami sebelumnya.

Meski begitu, untuk bisa mencapai tingkat berpikir kritis, rasanya perjuangan menata gaya pikir tiap-tiap pembelajar perlu dilakukan secara bersistem. Sederhananya, kita perlu berproses.

Jikalau desain thinking dalam prosesnya biasa diasah secara runut, maka pembelajar akan melalui sebuah proses sekaligus mendapat pengalaman berupa pembelajaran yang berharga. 

Termasuk pula pembelajaran kehidupan. Toh, hal ini sangat berharga demi meninggikan derajat kebijaksanaan.

3. Kemampuan Mengidentifikasi, Merumuskan, dan Menyelesaikan Masalah

Kemampuan Mengidentifikasi, Merumuskan, menyelesaikan masalah
Problem Solving. Dok. Gurupenyemangat.com

Identifikasi, perumusan, dan penyelesaian masalah. Lha, kok ini mirip dengan sistematinya penyusunan skripsi, ya? Hahaha. Sabar, Bro. Memang begitu.

Problema dan tantangan di abad 21 semakin rumit dan kompleks sehingga butuh kiat penyelesai yang juga cukup kompleks sekaligus terarah.

Kadangkala fenomena yang terjadi di lapangan sekarang ini begitu pelik dan rumit. Contoh dekatnya, lihat saja bagaimana perubahan perilaku yang tampak dari siswa, guru, hingga orang tua dalam menyikapi pembelajaran daring.

Tertuang rasa bosan, rasa kesal, rasa semangat, bahkan ada yang kurang peduli. Keragaman sikap tersebut tentu merupakan masalah yang cukup ruwet, kan? 

Nah, maka dari itulah kebijakan yang lahir baik dari diri sendiri maupun pemerintah perlu analisa dan rumusan yang mendalam.

Demi menyukseskan diri sebagai pembelajar, kita perlu terus terbiasa untuk menyikapi fenomena dengan terlebih dahulu menggaungkan idenfitikasi, perumusan, hingga jalan penyelesai.

4. Kreativitas dan Pemantapan Rasa Keingintahuan

Kreativitas dan Pemantapan Rasa Keingintahuan
Kreativitas dan Pemantapan Rasa Keingintahuan. Dok. Gurupenyemangat.com

Kreatif kok tidak pernah ketinggalan? Tentu saja. Siapapun pembelajarnya harus kreatif untuk menghasilkan sesuatu yang baru seraya beradaptasi dengan situasi yang ada. Kreatif itu sebenarnya susah-susah gampang karena melibatkan proses mental.

Maksudku, dibutuhkan keberanian, keseriusan, serta kemantapan proses untuk menggapai sebuah gagasan maupun anggitan yang fresh

Lebih dari itu, buah dari kreativitas biasanya dibuktikan dengan hasil karya yang bernilai, berharga, dan bisa dianggap “pantas”.

Berarti copy-paste bukan kegiatan kreatif, kan? Tentu saja bukan! Penjiplakan tidak bakalan menghasilkan sesuatu yang baru, juga tidak bisa kita sebut “pantas”. Pelanggaran! Hahaha

Kendati demikian, kreativitas tidak mampu hadir dengan sendirinya. Untuk menjadi sosok yang kreatif, kita sebagai pembelajar perlu memantapkan dan menyelami rasa ingin tahu secara lebih serius.

Bukankah rasa ingin tahu adalah awal untuk kita fokus terhadap sesuatu? 

Begitulah. Jikalau diri sudah serius terutama dalam hal belajar maupun bekerja, biasanya akan ada usaha lebih untuk mendalami, mengolah, serta menganalisa sebuah gagasan untuk kemudian diciptakan gagasan yang segar.

Pada abad ke-21, kreativitas bakal berhadapan langsung dengan pergolakan dunia digital yang sangat gesit.

Dengan demikian, semoga saja kreativitas yang dihasilkan oleh pembelajar adalah sebuah kepantasan, ya. Sekalian kita cepat-cepat beradaptasi

5. Kemampuan Mengelola Informasi dan Media

Kemampuan Mengelola Informasi dan Media
Kemampuan Mengelola Informasi dan Media. Dok. Gurupenyemangat.com

Menjadi seorang pembelajar itu semampu mungkin jangan sampai buta terhadap teknologi. Teknologi juga ada literasinya, sehingga kita perlu melek.

Terlebih lagi ketika kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh para pencari dan penebar ilmu selalu berdampingan dengan dunia virtual. Mau tidak mau, kita perlu memperbaharui kompetensi diri.

Problematikanya hari ini, barangkali sebagian dari kita sering terbentur oleh niat dan “rasa nyaman”.

Karena ada cara yang lebih "cepat saji" dan konvensional, dipilihlah cara itu. Karena ada yang lebih muda bin gesit, maka disilakan kepada mereka untuk terus meningkatkan kompetensi digital. Memang, kesempatan untuk yang muda itu penting. Tapi...

Kalau begitu adanya, bukankah mereka yang setengah hati berjuang akan ketinggalan, bahkan tidak “dipakai” lagi?

Nah, demi siap-siaga mengatasi ketertinggalan ini, tiap-tiap pembelajar perlu meningkatkan kemampuan mengelola informasi dan media, terutama yang berhubungan langsung dengan dunia digital bin virtual.

Jujur saja, informasi yang bertebaran hari ini sangat cepat, juga dengan media yang kekinian banget. Dalam mengelolanya, kita perlu bijaksana dan sering-sering memverifikasi kebenaran sebuah informasi.

6. Kemampuan Berkomunikasi

kemampuan berkomunikasi
Kemampuan berkomunikasi. Dok. Gurupenyemangat.com

Sebagai soft skills, kemampuan berkomunikasi akan begitu penting dalam menunjang kesuksesan diri seorang pembelajar, termasuklah di dunia sekolah maupun di dunia pekerjaan. 

Kemantapan berkomunikasi akan berpengaruh besar dalam meningkatkan insight dan pemahaman seseorang.

Terang saja materi keilmuan maupun gagasan yang kita sampaikan kepada orang lain utamanya cukup banyak yang menggunakan perantara media komunikasi. 

Dan, problematikanya adalah, belum tentu orang-orang yang ingin kita mengertikan itu paham dengan apa-apa gagasan yang kita sampaikan.

Alhasil, pada abad 21 sekarang ini, tuntutan kemampuan berkomunikasi perlu terus diasah, diperjuangkan, sekaligus dibiasakan.

Kita bisa melihat sebuah contoh, misalnya paradigma moderator hari ini dan moderator tahun kemarin. Di era pandemi, peran moderator sedikit berubah gara-gara harus berkomunikasi secara virtual.

Jadi,jikalau diri tidak mau beradaptasi, ya, barangkali akan dicarikan moderator lain yang lebih bisa dan lebih berkompeten.

7. Kemampuan Interpersonal dan Kolaboratif

Kemampuan Interpersonal dan Kolaboratif
Kemampuan Interpersonal dan Kolaboratif. Dok. Gurupenyemangat.com

Sebagaimana yang kita ketahui bersama, kompetensi interpersonal masih berhubungan dengan komunikasi. Meski begitu, kemampuan ini lebih spesifik daripada sekadar berbicara kepada orang lain.

Ya, maksudku kemampuan interpersonal lebih mengarah kepada tindakan, komunikasi verbal maupun non-verbal, kemampuan mengambil keputusan, serta kemampuan "membawa" orang lain.

Secara tidak langsung, kemampuan interpersonal yang hebat bakal memudahkan kita untuk memengaruhi orang lain (dalam artian yang positif, ya).

Mengapa pembelajar abad 21 perlu menguasai kompetensi utama interpersonal? 

Alasannya, karena di dunia serba canggih seperti sekarang, banyak orang lebih mementingkan kebagusan sikap sekaligus ketinggian empati daripada nilai rapor maupun ijazah.

Lebih lagi, dengan berbagai "permintaan pasar" yang ada, seorang pembelajar juga perlu meningkatkan kemampuan berkolaborasi. Memang ada beberapa kegiatan yang perlu diselesaikan sendiri, tapi, bukanlah pekerjaan yang dikerjakan ramai-ramai akan lebih cepat selesai?

8. Kemampuan Pembawaan Diri

Kemampuan Pembawaan Diri
Kemampuan Pembawaan Diri. Dok. Gurupenyemangat.com

Apakah di era digital hari ini, pembawaan diri masih merupakan hal yang penting? Pastinya, sangat penting malahan. Pembawaan diri berhubungan erat dengan penempatan diri seorang pembelajar pada situasi tertentu.

Konteks sekaligus desain perilaku yang mewujudkan pembawaan diri biasanya cukup kompleks karena harus memperhatikan siapa lawan bicara dan di mana kita sedang berada.

Semisal, ketika berhadapan dengan pelanggan, seorang pebisnis perlu mengedepankan empati, murah senyum, sabar menjawab pertanyaan, serta menyetel penampilannya.

Ketika sedang berhadapan dengan guru, seorang pembelajar perlu mengedepankan adab dan menghindari ucapan “ceplas-ceplos” yang melanggar nilai kesopanan.

Syahdan, posisi berjalan siswa juga harus lebih “rendah” alias menghormati sang guru.

Lebih dari itu, ketika kita berada di lingkungan masyarakat juga demikian. Apapun profesi diri, kita semaksimal mungkin berupaya untuk menghormati profesi tetangga dengan tidak merendahkan profesi kita sendiri. 

Dengan cara itu, nantinya kesan orang terhadap kita akan lebih baik dan tertata.

Kompetensi membawa diri agaknya melibatkan adaptasi yang "intin" terhadap berbagai situasi. Termasuklah pada abad 21 sekarang ini.

Karena pembawaan diri adalah soft skills, maka semakin kita bisa membawa diri, semakin terbukalah jalan untuk bisa “dipakai” orang.

9. Tanggung Jawab Diri dan Sosial

Tanggung Jawab Diri dan Sosial
Tanggung Jawab Diri dan Sosial. Dok. Gurupenyemangat.com

Kompetensi utama penutup, kita juga harus berkisah tentang tanggung jawab diri dan tanggung jawab sosial. Agaknya, di era apapun, tanggung jawab itu tetap, senantiasa, dan selalu penting. 

Seorang pembelajar yang bertanggungjawab sudah pasti akan merengkuh kepercayaan tinggi dari orang lain.

Hanya saja, untuk meningkatkan kredibilitas dan kapabilitas diri yang bertanggungjawab,masing-masing kita perlu membiasakan perilaku yang berhubungan erat dengan tanggung jawab. 

Tentu kita perlu mulai dari diri sendiri dahulu, syahdan, libatkan pula diri kita demi mewujudkan tanggung jawab sosial.

Dalam sektor maupun bidang-bidang pekerjaan apapun, tanggung jawab mencerminkan sebuah kualitas diri maupun instansi.

Tanggung jawab juga bersanding dengan etika sehingga semakin terlindungilah kepercayaan yang orang lain titipkan.

Aku selalu yakin dan percaya bahwa, di era 21, orang-orang yang punya tanggung jawab akan segera mendapat tempatnya, baik di hati keluarga, masyarakat, hingga ruang kerja.

Dengan demikian , untuk mencapai 9 kompetensi utama ini, lagi-lagi aku harus kembali berkisah bahwa diri kita semua adalah seorang pembelajar. 

Artinya, kita sebagai pembelajar abad 21 tak boleh berhenti belajar untuk memperbaharui kompetensi demi meningkatkan kualitas hidup sembari menggusur tantangan yang ada.

Salam.
Ditulis oleh Ozy V. Alandika

Baca juga: 6 Literasi Dasar yang Wajib Dikuasai

Guru Penyemangat
Guru Penyemangat Guru Profesional, Guru Penggerak, Blogger, Public Speaker, Motivator & Juragan Emas.

2 komentar untuk "Tantangan Pendidikan Semakin Kompleks, 9 Kompetensi Utama yang Perlu Dimiliki Pembelajar Abad 21"

Comment Author Avatar
Nah, ini yg ditunggu, makasih yaa min 😇

Berkomentarlah sesuai dengan postingan artikel. Mohon maaf, link aktif di kolom komentar tidak akan disetujui.

Diperbolehkan mengutip tulisan di blog Guru Penyemangat tidak lebih dari 30% dari keseluruhan isi (1) artikel dengan syarat menyertakan sumber. Mari bersama-sama kita belajar menghargai karya orang lain :-)