Widget HTML #1

Ketika Kegiatan Tes Offline Harus Berakhir dengan Reuni

Ketika Kegiatan Tes Offline Harus Berakhir dengan Reuni
Foto dari Kiri: Buk Ayu Rahmi, Buk Monna Pak Totok, Buk Yulind, Buk Ayu Anisah, Pak Ozy.  

“Datang ke kampus jauh-jauh untuk mengikuti tes offline, sampai di kampus malah zonk. Bagaimana rasanya?”

Kukira, hampir semua orang yang melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi pernah mengalami kekecewaan yang seperti ini. 

Secara, kampus baik itu negeri maupun swasta merupakan lembaga pendidikan yang sangat sibuk. Apalagi dosennya!

Mau bukti? Coba, deh. Kalian ingat-ingat lagi masa-masa awal perkuliahan. Pasti tertebak kan siapa yang paling sibuk?

Tentu saja, yang paling sibuk di kampus adalah dosen.

Yang paling sering melanggar janji pertemuan/perkuliahan adalah dosen. Yang paling sering lupa dan menggagalkan rencana bimbingan tugas akhir (skripsi/tesis), juga adalah dosen.

Padahal, kalau kita sering berkeliaran di kampus, dosen-dosen yang sering kita lihat, tidak sibuk-sibuk amat, kan? Rasanya sih, yes

Dosen sibuknya paling-paling main futsal, main tenis, cerita-cerita sesama rekan dosen, hingga ngopi di kantin.

Kecuali dosen itu punya jabatan struktural seperti rektor dan kepala divisi, wajar bila mereka sibuk. 

Eksistensi kampus kan bergantung pada perjuangan mereka!

Kebetulan tadi pagi saya bersama teman-teman seperjuangan mahasiswa Pascasarjana buru-buru datang ke kampus demi mengikuti tes offline (Toefl/Toafl).

Sesuai dengan kabar salah seorang teman, tes offline akan diadakan di pagi hari pukul 09.00.

Karena jarak kampus yang cukup jauh, saya pun berangkat pagi-pagi dari rumah sekitar pukul 07.00. Teman-teman yang lain juga demikian.

Sesampainya di kampus –kira-kira jam 9 lewat, kami pun menunggu satu sama lain. 

Ketika Kegiatan Tes Offline Harus Berakhir dengan Reuni
Pak Totok dan Pak Ozy.

Setelah semua yang ditunggu sudah datang, akhirnya kami segera menemui panitia penyelenggara tes dan mengabarkan kepada mereka bahwa kami sudah siap.

Tapi, kami malah terkejut dengan jawaban sang panitia.

“Mau tes apa? Dosen yang bertanggungjawab untuk mengurusi tes ini belum datang!”

Bagaimana kami tidak terkejut, sikap sang panitia yang terkesan acuh tak acuh seakan membuat lelah perjalanan ini kambuh lagi. Masa iya, tes yang rencananya akan digelar hari ini jam 9 pagi harus berakhir zonk?

Saat menunggu, kami terus melempar kisah-kisah lama di semester awal perkuliahan.

Ada kisah tentang dosen yang merajuk, kisah tentang dosen yang “semena-mena” memberi nilai, dan ada pula dosen yang sangat sulit ditemui ketika mahasiswanya mau bimbingan tesis.

Alhasil, satu jam berlalu dan canda-tawa-kesal-gelisah-gundah hingga ambyar bersatu padu dalam proses menunggu.

Lelahku yang tadinya begitu terasa, akhirnya hilang. Begitu pula teman-teman. 

Secara, semenjak corona melanda kami sudah cukup lama tidak bertemu.

Apalagi pada awal tahun ini saya dan beberapa teman lainnya sudah mengambil cuti kuliah, tentu makin sepi saja isi kampus. Upps

Saat kami mulai terdiam dan mengambil nafas, tiba-tiba sang panitia tes tadi memanggil kami:

“Dek, berapa orang yang mau tes? Ini, Bapak dapat informasi dari sang dosen bahwa ada dua pilihan untuk mengikuti tes. Pertama, bila kalian buru-buru, kalian bisa mengikuti tes offline pada akhir Juli ini. Tapi, kalau kalian tidak buru-buru, maka opsi kedua adalah tes online yang rencananya akan diadakan pada bulan Agustus.”

What? Hanya begitu saja?

Kami kira akan ada kabar baik bahwa sang dosen penanggungjawab kegiatan akan datang. Ternyata, zonk!

Bayangkan saja, kami sudah jauh-jauh dan menunggu lama untuk mengikuti tes offline, tapi ternyata tesnya bisa dilakukan secara online. 

Kalau saja kami mau hitung-hitungan tentang berapa biaya lelah yang kami keluarkan, berapa biaya bensin yang kami bayar, hingga berapa lama waktu yang kami habiskan untuk menunggu, bisa-bisa kepala kami jadi keriting semua! 

Hahaha, lagi-lagi kami harus sabar dan memaklumi. Yang jelas, ada doa yang terselip bahwa andai nanti kami jadi dosen, kami tak akan menyulitkan mahasiswanya hingga sebegini. 

Secara, di era milenial sekarang ini sikap dosen yang angin-anginan dan suka PHP sudah bukan zamannya lagi.

Sekarang adalah era digitalisasi yang berkemajuan, tak boleh lagi membuang waktu untuk hal yang tak pasti.

Karena masa tunggu kami sudah terjawab sepenuhnya, akhirnya kegiatan hari ini harus kami akhiri dengan reuni. Inilah solusi terbaik. Daripada kami harus langsung pulang!

Kan, jadi dobel zonk nantinya!

Ketika Kegiatan Tes Offline Harus Berakhir dengan Reuni
Buk Yulind.
Berbicara tentang reuninya anak kampus, kami kira tak ada hal-hal spesial yang harus disiapkan.

Mahasiswa bisa nongkrong di mana saja, makan di mana saja, serta berkumpul di mana saja asalkan kegiatan itu tak menghasilkan mudharat.

Kebetulan di dekat ruangan tes ada kantin, jadi, ya kami melanjutkan cerita-cerita lama di kantin saja.

Sambil makan gado-gado, sambil makan nasi goreng, sambil minum es jeruk, dan khusus untuk saya, minum kopi hitam. Hahaha

Ketika Kegiatan Tes Offline Harus Berakhir dengan Reuni
Buk Ayu Rahmi.

Apakah reuni yang seperti ini cukup menyenangkan?

Tentu saja, kisah-kisah kebersamaan kami tak akan pernah ada habisnya. Habis topik pertama, lahir topik kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya.

Bahkan, di akhir-akhir pertemuan hari ini kami malah sempat mencanangkan kegiatan jalan-jalan ke pantai di Kaur dan Laguna. Tapi?

Rencana tinggal rencana. Kami harus fokus terlebih dahulu dengan apa yang ada di depan mata. Yaitu? Tesis. 

Ya, tesis harus segera diselesaikan dan kami ingin cepat-cepat wisuda. Ingin cepat-cepat memetik gelar magister. Jadi, doakan kami ya? Semoga secepatnya. Aamiin.

Salam.
Ditulis oleh Ozy V. Alandika

Guru Penyemangat
Guru Penyemangat Guru Profesional, Guru Penggerak, Blogger, Public Speaker, Motivator & Juragan Emas.

Posting Komentar untuk "Ketika Kegiatan Tes Offline Harus Berakhir dengan Reuni"