Cerpen Tentang Ibu: Jaket Kuning
Cerpen: Jaket Kuning
Oleh Inong Islamiyati
Ilustrasi Jaket Kuning. Gambar oleh analogicus dari Pixabay |
Hujan rintik-rintik turun perlahan membasahi lapangan sekolah dasar permata siang ini. Terlihat beberapa murid keluar dari sekolah dengan mengenakan jaket kuning cerah.
Mereka terlihat sangat ceria bagai sinar mentari kecil yang berada di tengah hujan yang dingin. Berlarian dan menikmati hujan dengan senyum yang lebar. Seolah hujan adalah teman yang mereka nanti.
Tidak perlu khawatir akan sakit atau basah karena jaket kuning itu telah melindungi mereka.
Sementara di teras sekolah, seorang anak terdiam sambil menunggu orang yang akan menjemputnya pulang.
Teman di sebelahnya sudah mengenakan jaket kuning, tetapi bingung dan ragu untuk meninggalkannya sendirian.
“Tidak apa-apa Alisya kalau Fira pulang sekarang?” tanya Fira dengan raut wajah bimbang
“Tidak apa-apa kok. Sebentar lagi ibuku pasti sampai. Sudah Fira pulang saja. Nanti jam tiga Fira ada les bukan? Aku tidak apa-apa.”
“Ya sudah, Fira pulang ya. Assalamualaikum.”
“Wa ’alaikumsalam,” jawab Alisya sambil melambai pada Fira yang sudah dijemput sopirnya.
Dari kejauhan terlihat Fira berlari menuju mobilnya, membuat air mata Alisya jatuh. Dia iri sekali pada Fira yang kaya dan selalu mendapatkan apa yang dia inginkan.
Alisya masih setia menunggu sambil sesekali melihat jalan. Akhirnya setelah sekian lama menunggu, dari kejauhan mamanya datang dengan membawa payung biru sambil tergopoh-gopoh.
Mama tersenyum sambil menyeka kepala Alisya dengan handuk yang dibawanya.
“Maaf Mama telat ya, Sayang. Tadi kedai Mama ramai jadi Mama harus menyelesaikan pesanan dulu. Ayo kita pulang sayang,” ajak mama sambil mengamit lengan Alisya.
Alisya terdiam. Dia mulai berjalan pulang bersama mama. Di jalanan, sesekali dia melihat teman-temannya yang begitu riang bermain hujan. Sementara dia hanya bisa memakai payung biru tua ini.
Alisya sudah berapa kali membayangkan bisa bergabung dengan mereka. Memakai jaket kuning yang cerah. Dia akan tersenyum ceria secerah jaket yang dipakainya dan tertawa bersama teman-teman.
Setelah sampai di rumah, mama langsung menyuguhkan teh manis hangat kepada Alisya. Padahal di dalam hati, Alisya sangat ingin meminum susu cokelat seperti yang dibawa Fira ke sekolah.
Namun kata mama, teh lebih menyehatkan. Alisya sebenarnya sudah tahu kalau mamanya tidak sanggup membeli susu cokelat seperti milik Fira karena susu itu terlalu mahal.
“Ma, boleh tidak Alisya minta dibelikan jaket kuning. Teman-teman Alisya sudah punya semua, Ma. Alisya juga mau. Boleh ya, Ma?” Alisya memohon dengan sangat sambil menunjukkan senyum termanisnya.
Mama ikut tersenyum sambil merangkul Alisya dari samping.
“Nanti ya Sayang kalau Mama sudah dapat rezeki,”
“Ah Mama pasti bohong lagi. Sudah dari seminggu yang lalu mama bilang begitu. Alisya juga mau jaket seperti teman-teman Alisya agar bisa bermain hujan bersama. Alisya sedih setiap kali pulang sekolah harus menunggu sendirian di depan sekolah. Sementara teman-teman Alisya seru sekali bermain hujan-hujanan.”
“Sabar Sayang, insya Allah mama akan segera membelikan jaket kuning untuk Alisya. Nah, sekarang Alisya bantu Mama dulu yuk mencuci sayur. Mama harus jualan lagi.” Alisya menyanggupi permintaan mamanya dan mulai mencuci sayuran.
Alisya hanya hidup berdua saja dengan mamanya. Ayahnya, sudah meninggal saat dia berumur dua tahun.
Demi menghidupi Alisya, mama membuka kedai gado-gado di depan rumah. Alisya tahu betul perjuangan mamanya.
Namun seperti teman-teman yang lain dia juga ingin bisa bermain hujan. Tetapi kalau dia bermain tanpa pelindung, dia takut akan jatuh sakit dan justru akan merepotkan mamanya lagi.
Jadi, Alisya hanya menunggu sampai nanti mamanya cukup uang untuk membelikannya jaket kuning.
Coba kalau aku bisa sekaya Fira. Pasti tidak perlu susah memikirkan soal uang. Jangankan satu jaket kuning, satu lemari baju juga tidak masalah, gumam Alisya dalam hati.
Bukan hanya sekali ini Alisya iri pada Fira. Alisya tahu, kalau Fira adalah anak orang kaya dan kehidupan mereka berdua sangat berbeda.
Fira selalu pergi ke sekolah diantar sopir dan mengikuti berbagai macam les yang seru. Dia juga selalu membawa bekal yang enak-enak ke sekolah, dan sering memberi Alisya hadiah kecil setiap kali Fira selesai berlibur ke suatu tempat.
Alisya iri pada sahabatnya namun di dalam hati Alisya bersyukur karena bisa berteman dengan Fira. Meski anak orang kaya Fira tidak pernah sombong dan selalu baik kepada siapa saja. Sehingga semua teman-teman sekelas menyukainya.
“Alisya boleh tidak aku pergi ke rumahmu hari ini?” tanya Fira keesokan paginya ketika mereka baru sampai di sekolah
“Boleh saja. Memangnya kamu tidak dijemput oleh sopirmu?”
“Hari ini mobilku sedang di bengkel. Kata pak Beni mobilnya baru bisa dipakai jam dua siang nanti, jadi aku akan telat dijemput. Aku menunggu di rumahmu saja ya, nanti aku bilang sama pak Beni.”
“Oh berarti hari ini kamu tidak pergi les?”
“Enggak soalnya hari ini guru lesku ada acara jadi lesnya diubah ke hari Senin. Boleh ya Alisya?” tanya Fira lagi
“Tentu saja boleh. Ini pertama kalinya kamu main ke rumahku setelah sekian lama. Aku senang banget,” seru Alisya sambil merangkul Fira.
“Makasih Alisya,” jawab Fira dengan perasaan lega.
Hujan turun lagi. Memang sekarang sudah musim hujan. Semua teman-teman Alisya selalu membawa jaket kuning dalam tasnya. Termasuk Fira.
Namun kali ini, ada yang berbeda. Fira justru menyerahkan jaket itu di hadapan Alisya.
“Apa ini?” tanya Alisya bingung
“Kali ini kamu saja yang pakai jaketnya. Aku tahu kok Alisya, kamu ingin sekali pakai jaket kuning ini dan bermain hujan. Karena itu hari ini kamu saja yang pakai.”
“Benar tidak apa-apa Fira?”
“Iya. Aku pakai payung bersama ibumu juga tidak apa-apa kok.”
“Hore!” seru Alisya riang
Setelah mama Alisya sampai, mereka bertiga segera pulang bersama. Alisya tampak begitu senang dengan jaket kuning tersebut.
Dia melompat-lompat di atas genangan air. Berlari dan menikmati hujan dengan senang. Fira juga bahagia karena bisa meminjamkan barang berharganya untuk Alisya.
Namun, bukan hanya karena itu Fira merasa senang. Perasaan bahagia saat mama Fira menyeka kepalanya dengan handuk, memayungi dia, dan tersenyum hangat membuat Fira juga ikut tersenyum.
“Nah Fira makan sup ayam ini ya. Meski ayamnya sedikit, Tante harap Fira suka,” ucap mama Alisya
“Terima kasih Tante . Saya makan ya,” jawab Fira
“Ma... Alisya mau tambah kuahnya.”
“Ambil sendiri Alisya,” seru mama
Boleh Baca: Cerpen Tentang Kasih Sayang Seorang Ibu Terhadap Anaknya
“Mangkuknya kan ada di dekat mama, tolong tuangkan ya Ma”
“Aduh Alisya, iya-iya nih mama tambahkan.”
Tiba-tiba suara tangisan terdengar. Alisya dan mamanya terkejut melihat Fira yang menangis sambil tetap memakan sup. Mama Alisya memeluk Fira dari samping.
“Kenapa Fira?”
“Mama Alisya sangat baik. Fira iri sekali. Soalnya mama Fira selalu sibuk dengan pekerjaannya. Papa juga begitu. Setiap Fira ingin bersama mereka, mereka selalu sibuk.”
“Fira, mama dan papa Fira pasti sayang sekali pada Fira. Hanya saja cara menyayangi mereka agak berbeda. Tante yakin papa dan mama Fira juga rindu bermanja-manja dengan Fira. Tetapi Fira harus sabar ya. Jangan menangis. Tante yakin, setelah pekerjaan mereka selesai, mereka akan mau bermain dengan Fira.”
“Benarkah?” tanya Fira lagi
“Iya Fira sayang.” Mama Alisya kemudian memeluk Fira erat. Alisya yang melihat hal tersebut ikut memeluk Fira.
Kini Alisya justru bersyukur karena mamanya selalu ada di sisinya. Meski kehidupan mereka biasa saja, namun cinta mama mampu membuat Alisya bahagia.
Alisya juga menyadari bahwa meski Fira orang kaya, ada hal-hal yang tidak bisa Fira dapatkan. Mereka berdua menjadi sahabat baik, dan Alisya berjanji akan selalu ada untuk Fira. Begitu juga sebaliknya.*
Posting Komentar untuk "Cerpen Tentang Ibu: Jaket Kuning"
Posting Komentar
Berkomentarlah sesuai dengan postingan artikel. Mohon maaf, link aktif di kolom komentar tidak akan disetujui.
Diperbolehkan mengutip tulisan di blog Guru Penyemangat tidak lebih dari 30% dari keseluruhan isi (1) artikel dengan syarat menyertakan sumber. Mari bersama-sama kita belajar menghargai karya orang lain :-)