Widget HTML #1

Cerpen: Rintihan Nasi Putih yang Sedih

Hai, Sobat Guru Penyemangat. Seberapa sering Sobat menemukan butiran nasi yang terbuang di tempat umum?

Agaknya cukup sering kan, ya. Guru Penyemangat sendiri juga sering menemukan sisa-sisa nasi yang terbuang, terutama di rumah makan dan di sekitaran taman.

Ada nasi yang terbuang bersama sayuran, nasi yang terbuang bersama daging ayam, bahkan ada pula pesanan makanan porsi besar tapi yang dimakan hanya lauknya saja.

Bila kita bayangkan, orang-orang yang sangat butuh terhadap makanan pasti sedih melihat fenomena tersebut. Apalagi nasinya sendiri, kan? Pasti sangat sedih.

Di sini Gurupenyemangat.com bakal menyajikan cerita pendek yang kaya akan pesan moral tentang rintihan nasi putih yang sedih.

Mari disimak ya:

Cerpen: Rintihan Nasi Putih yang Sedih

Oleh Fahmi Nurdian Syah

Cerpen: Rintihan Nasi Putih yang Sedih
Cerpen: Rintihan Nasi Putih yang Sedih. Gambar oleh juemi dari Pixabay

Di saat purnama baru saja lepas terjaga, berganti mentari yang menyembul di ufuk timur. Sinar mentari yang cerah menembus sela-sela jendela kamar Marina.

Marina yang masih lelap dalam mimpinya seketika merasa terganggu dengan silaunya sinar mentari. Sembari mengucek matanya, ia pun bangun dari tidurnya.

"Ah, udah pagi aja," gerutunya karena masih merasa ngantuk.

Marina merasa terpaksa mengalahkan rasa kantuknya demi bersiap-siap untuk berangkat sekolah. Jika tidak, ia bisa telat sampai sekolah. Gadis perempuan itu tak mau dihukum karena kesalahan kecil.

30 menit telah berlalu, Marina kini sudah siap berangkat ke sekolah. Sebelum berangkat tak lupa untuk berpamitan kepada ibunya.

Ia pun mengayunkan sepedanya dengan pelan. Marina menikmati perjalanan menuju ke sekolah.

Sesampainya di sekolah, Marina melihat keberadaan Zhida yang tak jauh berada di depannya.

"Zhidaaa! tungguin," teriak Marina dan mempercepat langkah kakinya.

Zhida yang sedang berjalan sedikit kaget mendengar teriakan suara yang tak asing di kepala memanggilnya dari belakang, sehingga ia pun menoleh dan melihat sosok Marina yag sudah berada tepat satu langkah di belakangnya.

"Ih dipanggil bukannya berhenti," ucap Marina dengan kesal.

"Maaf, Aku gak tau kamu ada di belakang tadi," jawab Zhida dan berhenti melangkah.

"Yaudah ayo masuk ke kelas, keburu bel masuk berbunyi." Mereka pun masuk ke kelas bersama.

Marina mengikuti pelajaran pada hari ini seperti hari biasanya. Hingga bel istirahat sekolah pun berbunyi.

Tett.. tett.. tett.. 

Setiap pintu kelas terlihat para murid mulai keluar untuk beristirahat setelah merasakan penaknya belajar. Tak terkecuali Marina dan Zhida, mereka bergegas menuju ke kantin sekolah yang letaknya tak jauh dari kelasnya.

Sesampainya di kantin, mereka segera memesan makanan yang diinginkan.

"Marina, kamu mau makan apa?" tanya Zhida.

"Seperti biasa, nasi goreng sama es teh manis," jawab Marina sembari tersenyum.

"Oh gitu, kalau aku sekarang lagi pengen makan batagor." Zhida berjalan dan memesan ke ibu kantin.

Tak lama kemudian makanan yang dipesan pun datang.

"Nasi goreng satu, batagor satu, es teh manis dua ya Neng," ucap ibu kantin.

"Iya, Bu."

Mereka pun langsung menyantap makanan yang berada di depannya masing-masing dengan lahap. Akan tetapi, baru beberapa suap Marina menikmati nasi gorengnya, ia menaruh sendok dan garpu di atas piringnya. 

“Kenapa? Udah kenyang?” tanya Zhida penasaran. 

Marina hanya menganggukkan kepalanya sembari meminum es teh. 

"Kebiasaan deh,” ucap Zhida yang sudah tidak kaget dengan kebiasaan Marina.

“Eh, tahu gak? Kalau kamu makannya gak dihabisin nanti nasi itu pada nangis lho." 

“Nasi menangis? Jangan becanda deh kamu!” Marina tak percaya dengan ucapan Zhida. 

“Lihat aja nanti kalo kamu gak percaya, nasi itu bakal menghampirimu." Zhida menatap Marina dengan wajah serius.

"Yaudah, ayok masuk kelas." Ajak Marina mengalihkan pembicaraan.

Mereka berdiri dari tempat duduknya dan membayar terlebih dahulu sebelum kembali ke kelas. 

Jam pelajaran telah di mulai, kali ini Marina terlihat seperti tidak fokus terhadap pembelajaran. Ia masih terpikirkan akan ucapan Zhida tentang nasi yang menangis.

'Ah mana mungkin nasi bisa menangis.'

Tak terasa, jam pelajaran hari ini telah habis. Bel pulang pun berbunyi. Marina langsung pulang ke rumah.  

Sesampainya di rumah, entah kenapa hari ini ia merasa badannya capek sekali tidak seperti biasanya. Marina hanya ganti baju dan berbaring di kasur kamarnya. 

“Huhu, Kenapa kau sangat kejam dan tega untuk membuangku? Apa salahku?.” 

Marina tersentak, badannya gemetar. Ia mengedarkan kedua bola matanya ke sekeliling sudut. Tetapi ia tak melihat keberadaan siapapun.

"Suara siapa itu?" 

“Hai manusia! Lihatlah sekelilingmu! Banyak orang yang membutuhkanku. Apabila kau tak suka denganku, jangan perlakukanku seperti ini!”

“Tidaakk… Ibuu! Aku takuutt…” Nani menjerit dengan keringat dingin yang membasahi tubuhnya. 

“Kenapa kau takut kepadaku?”

“Ka-kau siapa? Perlihatkanlah wujudmu padaku!”

“Aku ada di depanmu, lihatlah!”

Marina tercengang. Jantungnya berdegup tak beraturan. Ditepuk-tepuk pipinya, berharap ini hanya mimpi.

“kau bukan bermimpi, ini nyata." 

“Jadi benar cerita tentang nasi menangis itu? Maafkanku aku, Nasi. Sungguh, aku sangat menyesal. Aku berjanji tak akan mengulangi perbuatanku ini. Tolong maafkan aku!”.

“Aku tak percaya kau akan melaksanakan janjimu itu.”

“Sungguh, Nasi! Percayalah padaku!"

“Baik. Akan aku ingat janjimu itu. Jikalau sampai kau mengulangi lagi, lihatlah azab tuhanmu yang akan menimpa kepadamu."

Marina berjanji kepada dirinya sendiri, ia tak akan membuang dan menghabiskan nasi yang ia makan.

~ Selesai ~

Pesan moral dari cerita pendek di atas adalah jangan pernah membuang-buang nasi, alangkah baiknya kita berikan kepada orang yang membutuhkan karena tak sedikit di luar sana yang merasa kelaparan tiap hari.

Lanjut Baca: Cerpen Tentang Si Miskin yang Tidak Sanggup Memakan Makanan Syubhat

Guru Penyemangat
Guru Penyemangat Guru Profesional, Guru Penggerak, Blogger, Public Speaker, Motivator & Juragan Emas.

Posting Komentar untuk "Cerpen: Rintihan Nasi Putih yang Sedih"