Widget HTML #1

Cerpen: Katakan Saja Fika! Gak Perlu Kau Pendam

Cerpen Katakan Saja Fika! Gak Perlu Kau Pendam
Cerpen Katakan Saja Fika! Gak Perlu Kau Pendam. Dok. WikiHow

Hai, Sobat Guru Penyemangat, pernahkah dikau merasa takut dan segan untuk menolak ajakan teman?

Barangkali cukup sering, ya.

Gara-gara teman baik, kadang seseorang rela untuk dimintai bantuan walaupun bantuan itu memberatkan atau bahkan merugikan dirinya sendiri.

Ya, tapi, sebenarnya hal tersebut tidak bagus bagi diri kita sendiri, kan?

Hellow, Zaman Now Gitu Loh! Setidaknya kita perlu menggaungkan self reward alias penghargaan terhadap diri sendiri.

Berikut disajikan cerpen tentang pentingnya self reward dan belajar berkata tidak terhadap hal yang bisa merugikan diri kita sendiri.

Mari disimak ya:

Cerpen: Katakan Saja Fika! Gak Perlu Kau Pendam

Oleh Fahmi Nurdian Syah

Rintik air hujan terdengar bergemuruh membasahi permukaan bumi, suasana hening menyelimuti ruangan kamar tidur Fika, dari arah kamarnya hanya terdengar suara detak jam dinding yang menggelantung.  

Seorang perempuan dengan rambut ikal sedang berada di sudut kamarnya menatap buku untuk menyelesaikan beberapa tugas yang akan dikumpulkan besok. Besok merupakan hari Senin, jadwalnya begitu padat. 

Alarm jam di atas meja bergetar, Fika yang semalam begadang untuk menyelesaikan tugasnya, menggurutu seakan terpaksa harus bangun dalam keadaan masih mengantuk. Ia bergegas mandi dan siap siap untuk pergi sekolah.  

Setelah selesai upacara bendera, seluruh siswa masuk ke kelasnya masing-masing untuk mengikuti jam pelajaran pertama.

Fika sudah berada di kelasnya, ia duduk dengan rapi meskipun belum ada tanda-tanda guru masuk kelas.

"Fik, tugas Matematika sudah selesai?" tanya Rara, teman sebangkunya.

"Sudah, semalem aku ngebut," jawab Fika.

"Tau kan Pak Fikri kalau ngasih tugas, pasti nunjuk sesuai tanggal untuk di suruh maju," ucap Rara dengan keringat dingin.

"Iya tau kok, terus kenapa?" Fika sebenarnya sudah tau akan niat Rara, akan tetapi dia hanya ingin mengikuti alurnya.

"Hari ini kan tanggal 13, pasti nanti aku yang di suruh maju, sedangkan aku baru ngerjain satu nomor. Boleh kan Nanti aku maju pakai bukumu biar aku gak kena hukum?" Rara menyampaikan kekhawatirannya.

Dengan raut wajah terpaksa, Fika pun menganggukkan kepalanya. 

Tak berapa lama kemudian, Pak Fikri memasuki ruangan. Tanpa basa-basi ia langsung menunjuk absen 13 untuk mengerjakan tugas seminggu yang lalu di depan.

"Fik, sini bukunya, udah disuruh maju aku," bisik Rara.

Fika tak menjawab, tatapannya kosong seperti sedang memikirkan sesuatu.

Rara pun mengambil paksa buku Fika, sontak membuatnya kaget.

'Mau sampai kapan aku terus seperti ini'

Ia tak ingin, dengan menolak permintaannya membuat hubungan dengan Rara menjadi renggang. Ia tak ingin hal itu terjadi.

Rara maju dengan penuh percaya diri. Ia menuliskan kelima jawaban tugas yang diberikan sebelumnya.

Setelah selesai menulis di depan, Rara kembali duduk di bangkunya dan mengembalikan buku Fika tanpa mengucapkan terima kasih.

Pak Fikri pun berjingkat dari tempat duduknya, wajahnya berbinar-binar melihat jawaban Rara.

"Hebat! Jawaban Rara benar semua," ujar pria itu dengan suara yang lantang.

Mendengar ucapan Pak Fikri, sontak membuat ruang kelas menjadi ramai. Banyak yang tidak percaya jika Rara bisa mengerjakan benar semua. Tapi itulah kenyataannya, mereka tak tahu jika ada udang di baliknya.

"Iya Pak, aku kan memang hebat," ucap Rara dengan sombongnya.

Fika yang berada di sampingnya pun merasa tidak nyaman dengan tingkah laku Rara. Ia tidak bisa terus seperti ini jika tak ingin ditindas oleh teman sebangkunya.

Boleh Baca: Cerpen Lucu Tentang Persahabatan

***

Satu bulan kemudian, di tanggal yang sama terdapat mata pelajaran matematika dengan tugasnya. Rara yang sekarang, masih sama dengan Rara sebulan yang lalu.

Sedangkan Fika yang sekarang sudah bukan Fika sebulan lalu. Pelan-pelan ia mulai berani untuk menolak permintaan yang dirasa merugikan baginya.

"Fik, pinjam buku matematikamu dong, ini tanggal 13 nanti aku maju," ucap Rara dengan wajah melas

"Maaf, aku gak bisa minjemin. Pinjem yang lain aja," jawab Fika yang sebenarnya ia tak tega.

"Hanya kamu yang baik sama aku, yang lain pasti gak boleh."

"Berarti sekarang aku sudah sama seperti yang lain."

"Ayolah Fik, tol...."

Tiba-tiba Pak Fikri telah memasuki ruangan. Jantung Rara berdegup tak beraturan, keringat dingin membanjiri tubuhnya.

Seperti biasa tanpa basa-basi, Pak Fikri menunjuk satu murid untuk maju ke depan mengerjakan tugas sebelumnya.

Dengan rasa takut, Rara pun perlahan melangkahkan kakinya ke depan membawa bukunya sendiri. 

Ia hanya mampu mengerjakan tiga dari lima nomor. Pak Fikri pun terkejut, lantaran yang biasanya pasti mengerjakan soal-soal dengan mudah, tiba-tiba Rara tak mampu untuk melakukannya.

"Tumben kamu gak bisa menjawab semuanya, biasanya dengan mudah kamu mengerjakan soal-soal seperti itu," ucap Pak Fikri. 

Rara yang bingung mau jawab apa, tak disangka muncul suara dari arah belakang.

"Itu karena dia pakai buku saya, pak," Fika menyaut.

"Rara, apa benar yang diucapkan Fika?"

"Be-benar Pak," ucap Rara.

Pak Fikri pun menyuruh Rara untuk duduk, kemudian ia menasehati seluruh siswanya untuk tak perlu takut.

Jika tidak bisa bilang saja tidak bisa, tak perlu memaksa untuk menjawab tetapi hasil pekerjaan teman.

Mulai saat itu, Rara pun meminta maaf kepada Fika dan berjanji tidak akan bergantung lagi kepadanya.

~ Selesai ~

Pesan moral dari cerita pendek di atas adalah jangan takut untuk berkata tidak jika itu merugikan dirimu, lebih baik kamu kehilangan teman yang terlalu bergantung terhadapmu daripada dirimu terluka.

Salam.

Guru Penyemangat
Guru Penyemangat Guru Profesional, Guru Penggerak, Blogger, Public Speaker, Motivator & Juragan Emas.

Posting Komentar untuk "Cerpen: Katakan Saja Fika! Gak Perlu Kau Pendam"