Widget HTML #1

Cerpen Pendidikan Karakter: Dilema di Bioskop

Hai Sobat Guru Penyemangat, bagaimana kabarmu hari ini? Semoga kisah kita sedang baik-baik saja, ya, walaupun memang kisah negeri ini sedang dirundung kemerosotan karakter.

Jujur saja, kabar pendidikan karakter generasi penerus bangsa jika kita lihat semakin ke sini semakin tidak sehat.

Kadang tersiar oleh berita bahwa ada anak memaki, bahkan memukul orang tuanya demi bisa dapat uang puluhan ribu untuk top up diamond. Sedangkan di sisi lain? Ada anak hebat yang bahkan untuk makan pun dia hanya mampu 1 hari sekali.

Hemm. Meng-sedih.

Sejatinya, pendidikan karakter itu adalah bagian dari kebaikan dan cerita kebaikan sering kali dimulai dari hal-hal kecil.

Di sini Guru Penyemangat baru saja menerima kiriman cerpen dari Kudus, buah karya dari Fahmi Nurdian Syah.

Penasaran? Oke, langsung disimak saja ya:

Cerpen Tentang Pendidikan Karakter: Dilema di Bioskop

Oleh: Fahmi Nurdian Syah
Cerpen Pendidikan Karakter
Contoh Cerpen Pendidikan Karakter. Dok. Gurupenyemangat.com

Hari ini merupakan hari yang berkesan bagi Amel, di mana ia menginjakkan kakinya di bioskop untuk pertama kali. Amel pergi ke bioskop bersama Ibunya. Meskipun sinar matahari begitu terik tak sedikit pun menyusutkan niat mereka untuk tetap pergi ke bioskop.

Sesampainya di bioskop.

“Amel mau pilih popcorn atau kentang goreng?” tanya Ibu.

Pertanyaan tersebut lantas membuat Amel sedikit berpikir karena menurut Amel kedua makanan tersebut sangat enak.

“Ibu apakah boleh Amel membeli keduanya?” tanya Amel dengan wajah penuh harap.

Sontak Ibu tersenyum dan menganggukkan kepala, namun sebelum Ibu membeli kedua makanan itu, “Amel yakin mau beli keduanya? tapi Amel harus janji untuk menghabiskan kedua makanan ini ya” tanya Ibu lagi. 

Sontak ucapan Ibu membuta Amel kembali terdiam dan berpikir.

“Ibu, mengapa Amel harus menghabiskan kedua makanan ini? Amel mau popcorn dan kentang goreng karena Amel rasa keduanya sangatlah enak namun Amel tidak yakin untuk bisa menghabiskan kedua makanan ini Ibu."

“Amel sayang, kita wajib menghabiskan makanan yang kita makan, apalagi makanan yang sudah dibeli. Jika Amel merasa tidak sanggup untuk menghabiskan, maka Amel pilih salah satu ya”, jawab Ibu.

Kemudian dengan pasrah Amel hanya menganggukan kepala lalu berpikir bahwa Ibu pelit terhadapnya dan pada akhirnya Amel memilih kentang goreng untuk menemaninya nonton film di bioskop.

Ketika sedang menonton film, Amel begitu lahap menyantap kentang goreng tersebut, karena ucapan Ibunya begitu membekas pada pikirannya yaitu harus menghabiskan makanannya.

Setelah filmnya berakhir Amel dan Ibu pulang ke rumah, saat berada di perjalanan pulang, bocah imut tersebut memanyunkan bibirnya merasa bahwa Ibu sebenarnya tidak mau membelikan kedua makanan yang Amel inginkan. 

Lalu Ibu melihat tingkah laku anaknya itu yang keliatan tidak senang lewat kaca spion.

“Apakah film tadi tidak seru Amel?” tanya Ibu penasaran.

 “Seru, Bu” jawab singkat Amel.  

“Lalu, jika film tadi seru kenapa Amel kelihatan cemberut gitu? Apakah Ibu ada salah kata denganmu?” tanya Ibu kembali.

“Senang, Bu, Ibu tidak melakukan kesalahan”  jawab Amel dengan muka datar.

Tanpa sadar kini mereka telah sampai di rumah, namun setelah sampai di rumah Amel tak seperti biasanya langsung bergegas lari ke kamarnya dan menutup pintu kamar. 

Melihat tingkah laku Amel, Ibu hanya menggelengkan kepalanya. Kemudian ia mencuci tangan dan bergegas mengayunkan kakinya menuju ke kamar Amel. Ketika membuka pintu kamarnya, Ibu melihat Amel sedang duduk di ranjang dan menghadap ke jendela dengan muka murung. 

Kemudian Ibu berkata, “Amel jangan lupa untuk cuci tanganmu kemudian ganti baju" Ucap Ibu dari depan pintu kamar.

Amel yang mendengar ucapan Ibunya hanya menganggukkan kepalanya tanpa mengalihkan pandangannya dari jendela.

Setelah itu Ibu keluar dari kamar Amel dan berjalan menuju dapur, sedangkan Amel masih murung dengan tatapan kosong. Namun di dalam lubuk hatinya ia merasa bersalah kepada Ibunya. 

Terik sinar matahari yang begitu menyayat kulit perlahan mulai pudar dan langit pun mulai gelap Ayah.

"Assalamualaikum" ucap salam Ayah Amel yang baru pulang kerja.

"Wa'alaikumussalam" jawab Ibu Amel.

Ayah Amel yang baru saja pulang tersebut langsung menuju ke kamar mandi untuk membersihkan badannya. Setelah selesai ia mengajak istri dan anaknya untuk makan bersama.

Di meja makan Ayah menanyakan kepada Amel tentang film yang ia tonton bersama Ibunya di bioskop.

Lalu Amel hanya menjawab dengan sebuah senyuman kecil.

 “Mengapa Amel jadi diam? Apakah Amel tidak suka menonton film di bioskop? Bukankah Amel ingin menonton film di bioskop? tanya Ayah.

Amel lantas menjawab, “Amel tidak apa-apa Ayah,  Amel suka kok filmnya”. 

Tanpa menghabiskan makanan malam, Andi bergegas meninggalkan Ayah dan Ibunya di meja makan lalu masuk kekamarnya. 

Ayah yang mendapati hal tersebut, memutuskan untuk menyusul Amel ke kamar, lalu mendekatinya dan menanyakan tentang tingkah lakunya yang tidak seperti biasanya, lalu Amel mulai menceritakan tentang apa yang dia rasakan ketika di bioskop, Ayah Amel yang mendengar ceritanya hanya tersenyum dan berkata, “Amel tau tidak kenapa Ibu bilang seperti itu?"

Amel hanya menggelengkan kepala dan menjawab bahwa Ibunya sebenarnya tidak mau membelikan Popcorn dan kentang goreng untuknya. 

“Lalu apa alasannya Ayah? Tanyanya. 

Ayah tersenyum dan berkata "Karena Ibu tidak mau Amel menjadi anak yang tidak menghargai makanan, karna banyak di luar sana yang belum tentu bisa menikmati makanan yang Amel inginkan dan jika makanan bisa bicara mungkin makanan akan berkata bahwa dia sangatlah sedih jika makanan tersebut tidak dihabiskan apalagi sampai dibuang. 

Amel pun terdiam.

“Ayah dan Ibu ingin Amel bisa menghargai segala sesuatu dimulai dari hal-hal yang kecil, dan Ayah ingin Amel menjadi anak yang terbuka sama Ayah dan Ibu jadi kalau Amel ada masalah, Amel bisa membicarakan bersama Ayah dan Ibu supaya kita bisa bersama-sama  mencari jalan keluar dan jawaban. Seperti itulah seharusnya keluarga saling terbuka dan saling menghargai dan saling mengingatkan. Jadi kalau Amel diam, Ayah dan Ibu tidak mengerti apa yang Amel alami dan harus ingat bahwa Ayah dan Ibu sangatlah sayang. Bahkan bahagia ketika Amel mau bercerita tentang hal apapun sama Ayah dan Ibu. Untuk tadi apa yang dilakukan Amel itu kurang benar karena Amel tidak menghabiskan makan malam, lalu Amel hanya meninggalkan Ayah dan Ibu”, kata Ayah sambil mengelus kepala anaknya. 

Lalu Ibu datang ke kamarnya, Amel yang melihat Ibunya mengatakan, “maaf Ibu, Amel bersalah”. 

Kemudian Ibu hanya tersenyum dan memeluk Amel dan Ayah pun ikut memeluknya sehingga mereka bertiga berpelukan.

*Tamat

***

Demikianlah tadi sajian cerpen bertema pendidikan karakter yang mengajarkan kita untuk menghargai setiap hal yang ada di dunia ini mulai dari yang terkecil.

Intinya, jikalau seorang insan tiada mampu menghargai hal kecil, bagaimana bila nanti ia dihadapkan oleh sesuatu yang besar? Karena segala sesuatu dimulai dari yang kecil.

Salam.

Lanjut Baca: Cerpen Pendidikan Karakter: Ayam Kesayangan

Guru Penyemangat
Guru Penyemangat Guru Profesional, Guru Penggerak, Blogger, Public Speaker, Motivator & Juragan Emas.

Posting Komentar untuk "Cerpen Pendidikan Karakter: Dilema di Bioskop"