Widget HTML #1

Murid dan Guru Menikah, Ketika Kisah Cinta Guru Semanis FTV

Kisah cinta tiap insan di dunia ini memang beda-beda, ya. Ada-ada saja sesuatu yang unik bahkan di luar rencana terjadi dengan indahnya. Termasuklah kisah cinta Abdul Murid dan Yanti yang viral baru-baru ini.

Dulu murid, sekarang jadi suami, ternyata kisah Yanti selaku guru di sebuah SMA berakhir manis layaknya FTV hingga jenjang pernikahan, setelah dilamar oleh Abdul Kodir tepatnya pada 28 Mei 2020.

Dulu Murid Sekarang Jadi Suami, Ketika Kisah Cinta Guru Semanis Sinetron di Televisi
Kisah Cinta Guru Semanis Sinetron. Diolah dari Foto: Dok. Yanti via Wolilop

Pasangan yang sempat viral di TikTok dan menikah pada tanggal 10 Juni 2020 di Samboja, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur ini sejatinya dipertemukan lewat kegiatan karnaval sewaktu SMA.

"Pas dia kelas 3 SMA, mau dekat kelulusan dan Agustus 2018 ada karnaval, kebetulan saya ditunjuk jadi guru pendamping untuk anak-anak yang mengikuti karnaval (khusus anak kelas 1 dan 2). Kelas 3 tidak.”

“Kebetulan guru BK meminta dia membantu guru-guru yang jadi pendamping. Diberilah nomor telepon saya. Dari situ dia chat saya dan membantu. Di awal saya masih biasa aja dan menganggap seperti chat pada umumnya," begitu tandas Muhrianti, alias Yanti sebagaimana dikutip dari wolipop (23/12/2020)

Sang istri yang juga merupakan seorang guru honorer tersebut juga menambahkan bahwa dirinya dag-dig-dug sekaligus senang ketika orangtua Abdul datang melamar ke rumah. 

Meski demikian, syukur seraya dilantunkan karena janji muridnya ternyata bukan janji kaleng-kaleng.

Di sisi lain, sebenarnya hubungan alias kisah percintaan antara murid dengan gurunya merupakan kisah yang tidak biasa. Barangkali jika ceritanya adalah guru laki-laki dengan guru perempuan bisa dibilang biasa. Tapi ini malah sebaliknya.

Alhasil, sempat ada pro dan kontra terkait hubungan Yanti dan Abdul, terutama dari sudut pandang lingkungan. 

Meski demikian, Yanti juga menegaskan bahwa tidak ada komentar negatif terkait hubungan mereka. Aku kira, ini sudah menjadi bagian dari profesionalisme seorang guru.

Tidak ada yang salah dengan kisah cinta murid dengan gurunya, kan? Toh, jalan yang ditempuh adalah jalan yang benar menurut syariat dan juga negara. Hal inilah yang malah menjadi warna, warna bahwa takdir seorang hamba tiada disangka-sangka.

Ketika Kisah Cinta Guru Semanis FTV

Bagaimana mau disangka, kisah cinta dua pelaku pendidikan ini sejatinya persis semanis sinetron di FTV alias televisi. Aku, kamu, dan kita semua barangkali sering menyaksikan betapa “lurus” serta kebetulannya kisah cinta di sinetron.

kisah cinta sinetron di televisi
Kisah cinta ala sinetron di televisi. Dok. Gurupenyemangat.com

Dalam durasi yang tak sampai dua jam, skenario percintaan berjalan mulus dan selalu ditutup dengan penyelesai yang indah bin manis. Kisah penutup jadi manis karena suasana yang awalnya saling benci dan saling bertemu secara kebetulan, akhirnya “mekar” di pelaminan. So sweet!

Entah miris entah menghibur, sejatinya cukup banyak sinetron “habis tonton sekali” duduk yang mengambil tema kisah percintaan seorang guru.

Sebut saja seperti Pak Guru Cintanya Real, No Tipu-Tipu, Guru Cantik Lurah Palsu, Guru Cantik Idola Hati, Cintaku Tertangkap Guru Berwajib, Guru Cantikku Alay, Guruku Abege, dan mungkin masih banyak lagi yang tak bisa aku sebutkan.

Semua kisah cinta mereka berakhir manis, bahkan sejatinya setiap penonton sudah bisa menebak alur cerita sedari awal. Tapi... gegara pemeran sinetron cantik dan ganteng, jadi rela nonton sampai tuntas, bahkan tahan menanti iklan tanpa rela skip ke channel lain. Hahaha

Tapi di luar skenario itu semua, sudah dipastikan bahwa jalan cerita yang dihadirkan Tuhan lebih indah daripada sinetron.

Bagaimana tidak indah dan manis, lihat saja perjalanan kisah Abdul yang mungkin dinilai Yanti sebagai seorang murid SMA, namun sekarang menjadi Suami dan ayah untuk anak-anaknya. 

Salah satu hal yang bisa dipetik di sini adalah bukti cinta, bahwa kecintaan itu perlu dibuktikan. Bukan sekadar omong kosong, atau malah rayuan gombal tiada ujung. Salut, sekaligus diterima, sih. Karena sesungguhnya jodoh seseorang kita tak pernah tahu.

Hanya saja, ketika kisah cinta yang manis ini pelakunya adalah guru dan murid, agaknya sebagai guru sudah seharusnya menjunjung tinggi nilai-nilai kode etik sekaligus profesionalisme guru.

Guru wajib profesional bahwa yang mereka hadapi di sekolah adalah murid, terlepas cantik atau tidaknya murid tersebut, masing-masing dari mereka berhak mendapat ilmu dan pengetahuan sama rata.

Kalau di luar sekolah? Mungkin beda lagi. Pun demikian dengan jodoh. Lagi-lagi tak ada yang salah darinya. Terpenting, seorang guru perlu bijak menempatkan di mana posisinya. 

Siswa juga demikian. Walaupun mereka naksir dengan guru, hak dan kewajiban diri sebagai pelajar tak bisa diingkari. Soal cinta memang soal hati, tapi soal hak belajar itu wajib dipenuhi secara objektif, tanpa ada alasan guru lebih cinta dengan siswa A sedangkan siswa B tidak.

Itu yang bahaya, bisa-bisa jadi masalah. Sayangnya, taruhannya bukan hanya nama baik guru, melainkan juga sekolah.

Ya, walaupun kisah “Dulu Murid Sekarang Jadi Suami ala FTV” ini jarang-jarang terjadi di dunia nyata, tetap saja merupakan kisah cinta yang spesial. Lagi-lagi, Tuhan punya skenario yang lebih indah daripada sinetron FTV.

Salam.

Guru Penyemangat
Guru Penyemangat Guru Profesional, Guru Penggerak, Blogger, Public Speaker, Motivator & Juragan Emas.

2 komentar untuk "Murid dan Guru Menikah, Ketika Kisah Cinta Guru Semanis FTV"

Comment Author Avatar
Saya kira foto itu cuma iklan clickbait, ternyata emang beneran ada. Soalnya, sering muncul di laman2 berita. Hahaha.
Apakah ini berarti Pak Ozy otw begitu? Eh.
Salam hangat, Pak Ozy.
Comment Author Avatar
Hahaha. Beneran ada, Pak. Klo agak meragukan biasanya enggak aku tulis.
Aku? Enggak Pak. Tp entahlah nanti. Wkwk
Tengkyu Pak Deddy
Salam hangat selalu

Berkomentarlah sesuai dengan postingan artikel. Mohon maaf, link aktif di kolom komentar tidak akan disetujui.

Diperbolehkan mengutip tulisan di blog Guru Penyemangat tidak lebih dari 30% dari keseluruhan isi (1) artikel dengan syarat menyertakan sumber. Mari bersama-sama kita belajar menghargai karya orang lain :-)