Cerpen: Jujur itu Sangat Mulia
Sobat Guru Penyemangat pasti setuju bahwa perilaku jujur itu sangat mulia, kan?
Pastinya begitu. Dari segi arti, jujur bermakna benar baik dari segi perkataan dan perbuatan. Orang yang jujur akan mendapat kepercayaan, dihormati, disenangi, bahkan disegani.
Namun memang, perilaku jujur makin hari makin tergerus oleh nafsu dan kekotoran hati. Entah itu demi keuntungan saat berdagang, bernegoisasi, dan sebukit macam hal lainnya.
Pada postingan kali ini Gurupenyemangat.com bakal menghadirkan contoh cerpen tentang perilaku jujur yang mulia.
Mari disimak ya:
Cerpen: Jujur itu Sangat Mulia
Oleh Reka Puspa Lestari
Cerpen Jujur Itu Sangat Mulia. Dok. Gurupenyemangat.com |
Pagi ini langit tampak sangat cerah sekaligus disambut dengan kicauan burung serta angin yang berhembus dengan segar.
Aku Ersa seorang karyawan disebuah kantor pemasaran, setiap pagi weekend usai shalat Subuh kusempatkanlah diriku untuk berolahraga.
Ya, walau hanya lari-lari kecil di sekitaran komplek perumahan yang sekaligus ada semacam tempat seperti taman bermain.
Selain untuk kesehatan, berlari-lari kecil juga membantuku berinteraksi dengan tetangga komplek perumahanku.
Karena memang aku jarang sekali berinteraksi dengan tetanggaku. Karena aku selalu disibukkan dengan pekerjaan kantor.
Seperti biasa, setelah aku berlari-lari kecil di sekitaran komplekku, aku pun beristirahat di area taman bermain.
Memang taman bermain ini, jika setiap hari minggu pasti akan selalu ramai. Banyak keluarga kecil yang bermain maupun berolahraga di sana dan tak lupa ada banyak pedagang yang mencari rezeki di sana.
Setelah puas aku berlari-lari kecil, aku pun beristirahat duduk di taman dan kerongkongan ku pun mulai terasa dahaga.
Sekilas kulihat ada bapak-bapak yang berjualan minuman segar di sana. Kuhampirilah bapak itu dengan tujuan untuk membeli minuman.
Betapa terkejutnya diriku di dekat dagangan si Bapak tertulis "Jujur itu Sangat Mulia". Dan rupa-rupanya di balik adanya tulisan ini, ternyata bapak ini mempunyai kekuarangan.
Beliau adalah seorang tunanetra. Tidak terbayang denganku, jika ada pembeli yang jahil terhadapnya.
Bukan untung yang beliau dapat, malahan rugilah yang akan beliau terima. Betapa sakit hatinya beliau jika mengetahui, dagangan yang ia jualkan ternyata mengalami kerugian.
Setelah membayar minumanku, kududuklah mengobrol dengan beliau. Banyak sekali pertanyaan yang terlintas diotakku terkait tentang beliau. Sembari meminum minumanku, kutanyailah beliau.
"Bapak, sudah lama berjualan di sini, Pak?" tanyaku sebagai permulaan.
"Bisa dikatakan tidak terlalu lama, dik. Karena Bapak, kalau jualan itu berpindah-pindah tempat, dik. Di mana sekira ramai kata anak bapak, diantarlah dia bapak ke sana."
"Oh, jadi Bapak kalo jualan diantar sama anak Bapak ya, Pak?"
"Iya, Dik diantar sama anak saya. Dia juga profesinya sama seperti saya jualan juga. Setelah dia ngantar saya, dia juga pergi berjualan tapi di tempat berbeda."
Boleh Baca: Cerpen Kejujuran Membawa Keberkahan
"Biar supaya penghasilan bertambah ya, Pak, kalau seandainya hanya di satu tempat kemungkinan penghasilan jualannya tidak sebanyak di dua tempat ya, Pak."
"Iya, Dik, demi keluargalah, Dik. Kitanya harus giat bekerja."
"Sebelumnya, maaf ya, Pak. Pernah nggak bapak ketika jualan, dijahili sama pembeli? Misalnya mereka beli minum ini tapi bayarnya tidak sesuai dengan yang dia beli, Pak?"
"Pernah, Dik, ya tapi mau bagaimana lagi dik sepertinya ini lah salah satu resiko saya.
Ketahuannya juga ketika, nanti anak saya jemput dan anak saya hitung hasil penjualan dari saya dan menghitung sisa minuman yang dibawa."
"Jatuhnya, Bapak rugi kan, Pak?"
"Iya, Dik, tapi mau bagaimana lagi. Saya dan anak saya tidak tahu pelakunya kan. Mau marah dan mau protes juga kami tidak tau mau marah ke siapa.
Jadi kami, hanya bisa berdoa semoga dapat gantinya di hari esok atau hari esoknya lagi.
Karena ketika seseorang melakukan kecurangan atau kebohongan dengan sengaja sedangkan saya sudah meminimalisir supaya mereka tidak berbohong dengan cara menempel tulisan "Jujur itu Sangat Mulia" dan ternyata dia masih melakukan kebohongan itu, artinya tinggal dia berurusan lagi sama Tuhan. Kasarnya seperti itu dik. Dia pasti akan menerima mudharatnya, Dik. Karena Allah maha mengetahui atas apa yang ia lakukan."
Sungguh terkesima aku mendengar jawaban beliau, sungguh salah satu orang yang berlapang dada.
"Benar sekali, Pak, dan semua itu pasti akan ada balasannya, Pak. Bukan hanya si pembohong yang mendapatkan balasan-Nya. Tapi Bapak juga nanti akan Allah beri nikmat yang luar biasa atas kebaikan yang telah bapak lakukan. Mungkin memang bukan detik ini juga Allah balas, tapi bisa jadi besok atau besoknya lagi, Pak. Teruslah berbuat baik dan teruslah untuk ikhlas, Pak. Masya Allah, aku sungguh takjub dengan cerita bapak, Pak."
"Iya benar sekali, Dik. Apa yang kamu katakan mungkin memang bukan detik ini juga Allah balas, tapi bisa jadi besok atau besoknya lagi. Itu benar sekali, Dik. Pernah suatu waktu, hari ini bapak rugi dan dua hari kemudian Allah kirim orang baik dan ternyata setelah beliau beli dagangan bapak, beliau tidak mintak dikembalikan uangnya, dia bilang untuk bapak saja. Dan Masya Allah hari itu keuntungan Bapak menjadi bertambah."
Boleh Baca: Cerpen Keserakahan Menghilangkan Segalanya
"Masya Allah sekali ya, Pak, sungguh nikmat Allah itu tidak terduga dan tidak disangka-sangka ya pak. Selain itu juga, Pak, jika seandainya orang tersebut melakukan kebohongan, dia pasti akan terus melakukan kebohongan untuk menutupi kebohongan-kebohongan yang telah dia lakukan. Naudzubillah min dzalik ya, Pak."
Sungguh Allah benar-benar memberikan balasan atas apa yang telah kita lakukan, baik itu kebaikan atau sekalipun perbuatan buruk yang telah kita lakukan.
Semuanya akan Allah beri balasan, teruslah untuk berbuat baik di manapun kita berada. Sesungguhnya perbuatan baik itulah yang nantinya akan menolong kita di dunia dan di hari akhir.*
Posting Komentar untuk "Cerpen: Jujur itu Sangat Mulia"
Posting Komentar
Berkomentarlah sesuai dengan postingan artikel. Mohon maaf, link aktif di kolom komentar tidak akan disetujui.
Diperbolehkan mengutip tulisan di blog Guru Penyemangat tidak lebih dari 30% dari keseluruhan isi (1) artikel dengan syarat menyertakan sumber. Mari bersama-sama kita belajar menghargai karya orang lain :-)