Widget HTML #1

Cerpen Tentang Keajaiban Tuhan: Kembalilah ke Surau Kami

Hai, Sobat Guru Penyemangat, apakah Sobat percaya dengan keajaiban Tuhan?

Sebagai insan yang beriman, tentu saja kita wajib percaya, ya. Dalam Qur'an sudah diterangkan bahwa jikalau seorang bertakwa kepada Allah, maka ia akan mendapatkan kejaiban berupa jalan keluar dan rezeki yang tidak disangka-sangka. [Baca di QS At-Talaq ayat 2-3]

Meski demikian, tetap saja keajaiban tidak bisa datang tanpa ikhtiar dan doa, kan? Begitulah.

Terkadang kita perlu menyadari bahwa belum terkabulnya doa mengajak diri untuk berusaha dan bersabar sedikit lebih lama sekaligus meningkatkan keyakinan bahwa janji Tuhan itu pasti.

Nah, pada tulisan ini akan disajikan cerpen tentang keajaiban Tuhan dengan judul "Kembalilah ke Surau Kami". Mari kita petik hikmahnya ya:

Cerpen: Kembalilah ke Surau Kami

Oleh Muhammad Nur Faizi

Cerpen Tentang Keajaiban Tuhan Kembalilah ke Surau Kami
Cerpen Tentang Keajaiban Tuhan Kembalilah ke Surau Kami. Dok. Gurupenyemangat.com

Ari adalah seorang pembual sejati. Hampir setiap kata yang keluar dari mulutnya adalah kebohongan untuk menguntungkan dirinya.

Warga sekitar sudah mengetahui tabiat Ari yang selalu membual. Namun anehnya, hampir setiap hari Ari membual, dan hampir tiap waktu itu juga ada yang percaya pada bualannya. 

Pernah Ari membual pada ibu-ibu kompleks yang galak dan cerewet. Saat Ari lewat depan rumah ibu-ibu tersebut, dia menemukan sebuah mangga tergeletak di tanah.

Tidak menunggu lama, Ari mengambil mangga itu untuk bekal ganjal perut di hari ini. Kebetulan juga Ari belum makan sedari pagi. 

Namun belum sampai tangan Ari menempel pada buah mangga itu, buru-buru ibu kompleks berteriak sangat keras.

Kemudian keluarlah seribu kata andalannya yang tak mampu dilawan oleh Ari. Sesaat Ari menjadi pendengar yang baik, meskipun keadaan pendengarannya kini tidak baik.

Kata-kata pedas dari ibu kompleks keluar masuk sangat cepat dari telinga kiri menuju telinga kanan. 

Setelah beberapa saat, akhirnya ibu kompleks menghentikan pembicaraan panjang. Dia ingin mendengarkan penjelasan Ari yang berniat mengambil sebuah mangga, yang kemungkinan besar terjatuh dari pohon mangga di depan rumahnya.

Buru-buru Ari menarik nafas lega seraya menenangkan diri untuk memberi penjelasan yang masuk akal. 

Cukup lama Ari terdiam memikirkan alasan apa yang akan dia utarakan pada ibu kompleks, akhirnya sepatah dua patah kata siap ia lontarkan.

Dia berkilah bahwa dirinya tidak berniat mengambil mangga tersebut. Malahan Ari bermaksud baik untuk mengantarkan mangga itu kepada pemiliknya. 

“Bu, saya tidak berniat mengambil mangganya. Saya lihat tadi ibu sibuk ngurusin anaknya, jadi saya ingin ambilkan mangga ini. Siapa tahu bisa buat tambahan nutrisi anak Ibu,” kata Ari berkilah.

“Saya juga masih ingat ajaran Ustaz Adi bahwa memakan makanan yang tidak baik, tidak akan membuat kenyang, malahan menimbulkan masalah di kemudian hari.” 

Tidak disangka jawaban Ari membuat ibu kompleks luluh. Segera ibu kompleks meminta maaf telah berburuk sangka dan mengajak Ari untuk masuk ke dalam rumahnya.

Setelah mengobrol lama dengan ibu kompleks tersebut, datanglah Ninda anak ibu kompleks lengkap membawa nasi, sayur, dan lauk pauk untuk disantap bersama.

Kenyanglah Ari di hari itu dengan suguhan makanan dari ibu kompleks. 

Kehebatan Ari dalam bersilat lidah ini, rupanya diam-diam diperhatikan oleh Ustaz Adi. Bahkan dalam beberapa waaktu, Ustaz Adi juga sempat termakan bualan Ari.

Namun Ustaz Adi tidak marah, malahan dirinya secara suka rela membagi sesuatu yang dibutuhkan oleh Ari. 

Pernah saat itu ketika matahari sedang panas-panasnya, penjual es krim keliling lewat depan surau. Ari dan Ustaz Adi yang duduk di emperan surau melemparkan senyum kepada penjual es krim yang tidak lain adalah tetangga mereka sendiri.

Karena Ari yang sudah tidak tahan ingin memakan es krim, mulailah dirinya menjalankan taktik licik pada Ustaz Adi. 

“Tad, panas banget ya hari ini,” kata Ari. 

“Iya, Ri, nggak kayak biasanya, padahal lagi musim penghujan,” sahut Ustaz Adi. 

“Kita mah enak ya, Tad, panas-panas gini masih bisa duduk santai di surau. Lha, Pak Bawi panas-panas gini masih sibuk jualan keliling kampung. Mana dari tadi belum ada yang beli lagi,” keluh Ari. 

Mendengar sekelumit kalimat Ari, Ustaz Adi berpikir sejenak kemudian memanggil Pak Bawi yang sedang beristirahat di bawah pohon besar. 

“Pak Bawi, mau beli es krim, Pak,” teriak Ustaz Adi memanggil Pak Bawi. 

“O iya, Tad, bentar,” sahut Pak Bawi dengan semangat. 

Segera Pak Bawi membawa gerobaknya menghampiri Ustaz Adi dan Ari. Kini di hadapan mereka berdua, berjejer puluhan es krim yang siap disantap saat cuaca panas.

Ustaz Adi mengambil beberapa es krim di tangannya. Kira-kira tiga es krim telah didapatkan Ustaz Adi, wajahnya berpaling ke arah Ari sambil mengucapkan kalimat manis yang sedari tadi ditunggu oleh Ari. 

“Ayo, Ri, pilih es krim mana yang ingin kamu makan, aku yang traktir,” kata Ustaz Adi dengan wajah sumringah. 

“Masyaallah, terimakasih banyak ya, Tad. Semoga lancar rejekinya,” ucap Ari penuh kegembiraan. 

Siang itu mereka berdua kenyang akan es krim. Sekali lagi teknik pembicaraan dari Ari telah mampu menghipnotis Ustaz Adi dan menguntungkan dirinya yang dilanda keinginan untuk makan es krim. 

*

Namun manusia tidak selalu dalam keadaan yang beruntung.

Ada kalanya Ari bertemu dengan keadaan yang membuatnya berjuang lebih keras menghadapi lawan bicaranya. Dan pada hari jumat, setelah selesai jumatan, hari yang menurut Ari itu sial akhirnya muncul juga.

Boleh Baca: Cerpen Ingin Dirindukan Penduduk Langit

Seperti biasa, Ari pulang lebih lambat daripada jamaah lainnya. Terlebih dahulu Ari mengobrol santai dengan para pengurus masjid terkait keadaan masjid.

Dari obrolan tersebut, Ari mendapat bocoran informasi jika satu-satunya masjid untuk melaksanakan ibadah warga sekampung kekurangan dana untuk menggelar suatu acara. 

Setelah dilakukan perincian oleh bendahara masjid, terhitung masih kekurangan dana sekitar 10 juta untuk menggelar pengajian tahunan di emperan masjid.

Ari yang mendengar pernyataan tersebut, tanpa sengaja mengucapkan sebuah janji akan membantu melunasi masalah administrasi masjid untuk kegiatan pengajian. 

“Kalau saya jadi orang kaya Pak, pasti uang segitu tidak ada apa-apanya, Pak. Apa salahnya sih ngeluarin uang 10 juta untuk kepentingan agama,” ucap Ari. 

“Emang menurut Ari yang dimaksud orang kaya itu seperti apa?” tanya Ustaz Adi. 

“Ya, minimal punya rumah megah dan mobil mewahlah, Tad,” jawab Ari.

“Ya nggak bisa gitu, Ri, setiap orang itu punya kebutuhannya sendiri-sendiri. Belum tentu orang yang terlihat kaya, punya mobil dan rumah mewah itu punya uang banyak,” sahut Pak Sobirin yang merasa tersindir omongan Ari. 

“Pak, Allah itu Maha Kaya, asalkan orang itu punya niat, pasti semuanya digampangkan. Apalagi orang yang sudah jelas hari ini dan kedepannya bisa dapat rejeki dari mana, pasti semuanya digampangkanlah, Pak,” lanjut Ari.

“Ngomong aja sih emang gampang, Ri. Tapi ngelakuinnya yang sulit. Nggak semua yang kita pikir itu gampang, bakal gampang ke depannya,” elak Pak Sobirin. 

“Yasudah,  Pak, saya akan buktiin sama bapak kalau kita punya niatan baik pasti akan digampangkan. Saya meniatkan diri untuk menyumbang 2 juta dalam acara pengajian besok,” ucap Ari. 

***

Ari merasa bingung dengan perkatannya kemarin yang ingin menyumbangkan sejumlah uang.

Bagi Ari yang belum memiliki pekerjaan tetap, mengumpulkan uang 2 juta adalah pekerjaan yang sulit, malah dapat dikatakan mustahil.

Apalagi jarak waktu terselenggaranya pengajian hanya berselang 1 bulan saja. 

Ari yang kebingungan segera berjalan-jalan keluar rumah. Tercatat sudah 2 kali Ari mengelilingi kampung itu, namun belum juga menemukan jalan keluar.

Orang-orang yang biasanya berhasil Ari kelabui, tiba-tiba di hari itu menghilang. Ada yang sibuk kerja, ada yang sedang mengurus peliharaannya, dan ada juga yang sedang menikmati tidur paginya. 

Lalu Ari pergi ke masjid untuk menemui Ustaz Adi berniat meminta solusi darinya. Tidak disangka, untuk seminggu ke depan, Ustaz Adi sedang ada acara di luar kota untuk membimbing para jamaah haji melakukan ritual yang nanti akan dijalankannya.

Akhirnya, Ari hanya bisa duduk di masjid sambil menengadahkan tangannya, meminta pertolongan dari Tuhan. 

Tidak disangka rupanya Allah ingin melihat Ari berusaha lebih lama. Sudah seminggu lamanya usaha yang dilakukan Ari tidak membuahkan hasil.

Mulai dari meminjam ke orang-orang kaya desa, hingga menceritakan niat baiknya kepada para sahabatnya, semuanya berbuah nihil. Ari gagal mendapatkan uang 2 juta sesuai janjinya. 

Kenyataan itu membuat Ari menyerah. Bahkan doa yang dipanjatkan oleh Ari tidak sepanjang biasanya. 

Dzikirnya pun serasa dikurangi karena tidak bisa berkonsentrasi memikirkan kemana akan mencari uang 2 juta yang nantinya akan diberi. 

Lama Ari merenung dalam masjid, akhirnya tiba juga waktu Ashar. Segera Ari melantunkan Adzan dan Iqamah untuk memulai jalannya sholat Jamaah.

Warga kampung yang masih sibuk bekerja, hanya meninggalkan Ari sendiri di dalam masjid. Terpaksa Ari menjadi makmum sekaligus imam di masjid yang kian besar. 

Tidak disangka, saat sampai di rakaat ketiga, ada seseorang yang menepuknya dari belakang, tanda ingin melakukan sholat jamaaah.

Segera Ari merubah posisi menjadi imam, sedangkan orang di belakangnya menjadi makmum. 

Setelah selesai salam, Ari menengok ke belakang, dan mendapati orang tidak dikenal. Lalu Ari menyibukkan diri untuk berdzikir dan berdoa.

Selepas berdoa, Ari menyalami orang tersebut dan bekenalan. Rupanya orang tersebut sangat tertarik pada Ari yang mampu mengimbangi pembicaraannya.

Alhasil mereka mengobrol sangat lama tentang banyaknya topik yang terjadi. 

Hingga pada satu topik, Ari menceritakan keinginannya untuk memberikan sumbangan kepada masjid untuk melaksanakan pengajian.

Akan tetapi dirinya belum mempunyai uang yang cukup dan sudah berusaha sekuat tenaga. 

Mendengar cerita tersebut, orang di depan Ari merogoh sesuatu di tas kerjanya. Segera segepok uang muncul di hadapan Ari.

Dengan sigap, orang tersebut menjelaskan akan rasa terharunya pada perjuangan Ari. Sehingga dirinya yang sedang berada di posisi berkecukupan, merasa terpanggil dan tergerak hatinya untuk terlibat dalam acara mulia tersebut. 

Di lain hari, Ari menghitung uang dari sosok yang tempo hari ditemuinya. Cukup lama Ari menghitungnya, dan mendapatkan jumlah 5 juta pada uang tersebut.

Rupanya jumlah tersebut sama persis dengan jumlah kekurangan di H-7 pengajian di selenggarakan. Maka dengan rasa syukur dan bangga Ari menyerahkan uang 5 juta. 

“Alhamdulillah, Allah Maha Memudahkan segalanya,” ucap Ari dalam hati.*

Lanjut Baca: Cerpen Hijrahku Karena Allah

Guru Penyemangat
Guru Penyemangat Guru Profesional, Guru Penggerak, Blogger, Public Speaker, Motivator & Juragan Emas.

Posting Komentar untuk "Cerpen Tentang Keajaiban Tuhan: Kembalilah ke Surau Kami"