Widget HTML #1

Percayalah, Semua Pekerjaan Itu Tidak Ada yang Mudah!

Percayalah, Semua Pekerjaan Itu Tidak Ada yang Mudah!
Percayalah, Semua Pekerjaan Itu Tidak Ada yang Mudah! Dok. Gurupenyemangat.com

Seutas pengalaman mengarungi kehidupan terutama di dunia pekerjaan, awalnya aku sering kali terbius oleh promo “tingkat dewa” yang menerangkan bahwa pekerjaan A, B, C hingga Z itu mudah dan bikin cepat kaya.

Pertama, menjadi kontraktor

Karena terdengar mudah, simpel, dan cukup sesuai dengan rencana masa depan, aku pertama kali terjun ke dunia kerja sebagai seorang kontraktor pabrik kertas.

Padahal guru? Ya, namanya juga pilihan, dan setiap pilihan itu ada risikonya. Kupikir, dengan menjadi kontraktor pabrik, aku bisa mendapat uang banyak.

Belum setahun berlalu, ternyata aku mulai menyadari bahwa kerja sebagai kontraktor itu berat. Lima hari dalam satu minggu aku harus kerja sistem shift dengan gaji borongan tergantung ketersediaan barang dan kinerja mesin.

Shift pagi (pukul 07.00-14.00 WIB) memang tidak terlalu melelahkan. Tapi shift malam (23.00-07.00 WIB) sungguh terasa berat. Belum lagi kalau lembur. Hemm.

Lebih-lebih lagi, pekerjaan yang bertentangan dengan passion itu nyatanya tidak bisa bertahan lama dan penuh dengan sindiran, cacian, bahkan makian. “Katanya sarjana, lulusan terbaik, eh, kok malah kerja serabutan yang cuma butuh ijazah SMA sih?”

Jadi kontraktor itu memang berat, Say!

Pernah kejadian, nyaris 3 minggu mesin pabrik merajuk alias sulit diajak kerja sama. Akhirnya 

Ya sudah, karena gaji hanya segitu-segitu saja syahdan diri ini tak nyaman, akhirnya aku memilih mundur dari pekerjaan tersebut.

Tahun 2017, aku memilih untuk bekerja sesuai dengan renjanaku sebagai seorang guru honorer di SMP favorit di Curup.

Hasilnya? Alhamdulillah, meski gaji honorer semua orang sudah tahu berapa jumlahnya, tapi kebahagiaan yang didapat sungguh luar biasa.

Aku bertemu dengan guru-guru hebat, siswa-siswi hebat, dan seiring dengan bertambahnya waktu aku diberi kepercayaan.

Mulai dari mengajar PAI di kelas 7 dan 8, lalu naik ke kelas 9, lalu jadi staf di perpustakaan, penanggung jawab masjid, penanggung jawab kegiatan Jumat, pembina SBQ, pembina RISMA, hingga panitia pelaksana di berbagai kegiatan.

Terdengar cukup sibuk memang, tapi di sanalah keseruan seorang sarjana yang bekerja sesuai dengan passion-nya.

Sekarang, aku masih menjadi guru tapi kali ini adalah guru SD. Pengalaman baru, suasana baru, tantangan baru, dan bertemu dengan orang-orang baru.

Berapa gajinya? Alhamdulillah cukup, dan satu hal yang tak bisa kumungkiri bahwa segala pekerjaan itu tidak ada yang mudah. Ada tanggung jawab dan kewajiban yang diemban, dan hal tersebut tidaklah mudah.

Buktinya? Sejak dua tahun terakhir aku mulai terjun ke dunia kepenulisan media online dan satu tahun terakhir mulai fokus membangun blog pribadi yang menghasilkan.

Berbekal ketergiuran dari cerita orang bahwa dari menulis blog bisa kaya, aku pun sempat beranggapan bahwa membangun blog lebih mudah daripada mengajar.

Tapi nyatanya?

Sama saja.

Kalau blog isi tulisannya masih di bawah 500 artikel, hasilnya sungguh sangat sedikit. Apalagi acuannya adalah cost per click yang dihadapkan dengan fakta bahwa orang Indonesia itu kalau baca artikel sangat minim apresiasi seperti klik iklan.

Lagi-lagi dari profesi konten kreator aku pula menyadari bahwa setiap pekerjaan itu tidak ada yang mudah dan tidak ada pekerjaan ringan yang langsung bisa bikin kita kaya.

Boleh Baca: Kumpulan Kata-kata Bijak Semangat Kerja

Makanya di samping itu aku juga terjun sebagai pedagang emas, tepatnya agen EOA Gold. Dan apakah menjadi juragan emas aku bisa cepat kaya?

Tidak. Semua butuh perjuangan alias ikhtiar untuk menjemput rezeki. Berbisnis juga butuh usaha seperti promosi, memberikan edukasi, dan semua itu harus dikerjakan dengan sabar.

O ya, terakhir, aku sempat terjun ke dunia afiliasi marketing dengan memanfaatkan blog pribadiku yang sudah lumayan stabil visitornya.

Hasilnya? Masih nihil. Dan alasannya masih sama, bahwa apa yang aku kerjakan masih belum serius alias setengah-setengah bin tidak konsisten.

*

Kisah di atas barulah seutas, tapi sekali lagi aku ingin menegaskan terutama kepada diriku bahwa “Semua Pekerjaan Itu Tidak Ada yang Mudah”.

Semua butuh proses dan sering kali proses itu tidak sebentar. Percayalah bila suatu pekerjaan dikerjakan dengan setengah hati maka hasilnya pun enggan untuk menemui maksimal. Kadang malah banyak gagalnya.

Boleh Baca: Percaya dengan Proses, Lalu Perbaiki Prasangkamu

Apalagi kalau berhenti di tengah jalan!

Sudah merintis 2-3 bulan berbisnis, eh, merasa lelah. Ujung-ujungnya nyesal sendiri, kesal, bahkan sakit hati. Iya! Aku juga begitu, karena sudah belasan kali coba bisnis ini dan itu.

Tapi… Allah tidak pernah tidur. Allah selalu berada di dekat kita dan menyaksikan setiap ikhtiar yang kita lakukan.

Suatu pekerjaan yang dikerjakan dengan tulus, semangat, sesuai dengan kewajiban dan tanggung jawab biasanya dimudahkan dan dilancarkan oleh Allah.

Tapi bila pekerjaan tersebut dikerjakan dengan setengah hati, dicampur dengan keluh, terlalu banyak menuntut hak tapi minim kewajiban, maka biasanya hak yang akan kita dapatkan nanti juga tidak akan penuh.

Bagaimana aku bisa mengatakan bahwa hak yang diterima tidak akan penuh?

Permisalannya begini;

Jika kita punya pekerjaan A, tapi pekerjaan tersebut tidak dikerjakan dengan serius ~dalam artian kewajiban yang kita lakukan tidak penuh~ sedangkan hak yang kita dapatkan adalah penuh, maka otomatis ada pihak lain yang terzalimi.

Pada kemudian hari, di sanalah hubungan kausalitas akan menemui kisahnya; bahwa dengan sendirinya hak kita akan terpotong agar sesuai dengan kewajiban yang kita kerjakan.

Caranya?

Ada banyak cara Allah untuk menyadarkan kita. Misalnya; gaji dari pekerjaan kita dibayar penuh tapi kewajiban yang kita kerjakan hanya setengah, maka bisa saja Allah senggol kita dengan penyakit, kehilangan barang, hingga keperluan dadakan lainnya.

Kok bisa gitu? Karena cukupnya kita bagi Allah cumalah segitu. Bahkan, itu tanda bahwa Allah sayang; seraya menyadarkan kita bahwa ada hak orang lain yang kita cederai.

Pada penutup tulisan ini, pertanyaan yang barangkali bisa aku hadirkan adalah:

Apakah kita saat ini sudah menyadari teguran-teguran Allah agar kita tidak lalai terhadap kewajiban baik di bidang ibadah maupun pekerjaan?

Terkadang kita lupa bahwa cara lain untuk bersyukur adalah bekerja dengan baik, melaksanakan kewajiban dengan baik.

Jangan dikira bahwa kewajiban atas pekerjaan bisa kita ganti dengan sedekah. Pahamilah bahwa sedekah itu sudah masuk bab pembahasan lain.

Kalau saja semua orang beranggapan bahwa kewajiban kerja bisa diganti dengan sedekah, bisa jadi esok hari akan banyak orang yang libur selama satu bulan penuh, terima gaji penuh, dan setengah gajinya disedekahkan. Hehe

Salam.
Ditulis oleh Ozy V. Alandika

Guru Penyemangat
Guru Penyemangat Guru Profesional, Guru Penggerak, Blogger, Public Speaker, Motivator & Juragan Emas.

Posting Komentar untuk "Percayalah, Semua Pekerjaan Itu Tidak Ada yang Mudah!"