Widget HTML #1

Berkenalan Lebih Dekat dengan Ruang Lingkup dan Manfaat Psikologi Agama

Berkenalan Lebih Dekat dengan Ruang Lingkup dan Manfaat Psikologi Agama
Berkenalan Lebih Dekat dengan Ruang Lingkup dan Manfaat Psikologi Agama. Dokpri

Seperti yang kita ketahui bahwasannya ilmu psikologi mengalami berbagai kemajuan seiring dengan munculnya berbagai cabang dari psokologi tersebut. Salah satu cabang dari psikologi tersebut adalah Psikologi Agama. 

Psikologi agama merupakan bagian dari psikologi yang khusus mempelajari masalah-masalah kejiwaan yang lapangan kajiannya menyangkut persoalan-persoalan agama.

Dibandingkan dengan cabang psikologi lainnya maka psikologi agama lebih menitikberatkan pada kajian-kajian dari sudut pandang agamis. 

Psikologi agama dalam kesempatan yang lain disebut juga dengan ilmu jiwa agama yang meneliti pengaruh agama terhadap sikap dan tingkah laku orang atau mekanisme yang bekerja dalam diri seseorang, 

Karena cara seseorang berpikir, bersikap, bereaksi, dan bertingkah laku, tidak dapat dipisahkan dari keyakinannya, karena keyakinan itu masuk dalam konstruksi kepribadiannya. 

Memang kajian-kajian yang khusus mengenai agama melalui pendekatan psikologi ini sejak awal abad ke-19 terus berkembang.

Alhasil ahli psikologi yang bersangkutan yang melalui karya mereka telah membuka 

Berkenalan dengan Psikologi Agama

Sebelum membahas lebih jauh tentang apa itu psikologi agama, kita perlu tahu bahwa psikologi agama itu terbagi atas dua kata, yaitu psikologi dan agama.

Secara etimologis, psikologi diambil dari bahasa Inggris psychology yang berasal dari bahasa Yunani psyche yang berarti jiwa (soul, mind) dan logos  yang berarti ilmu pengetahuan. Dengan demikian psikologi berarti ilmu yang mempelajari tentang jiwa.

Psikologi adalah ilmu yang mempelajari seluk-beluk kejiwaan manusia. Penyelidikan tentang gejala kejiwaan itu sendiri mula-mula dilakukan oleh para filsuf Yunani Kuno. 

Pada waktu itu belum ada pembuktian-pembuktian yang nyata atau empiris, melainkan segala teori dikemukakan berdasarkan argumentasi-argumentasi logis (akal belaka).

Kartini Kartono mendefinisikan psikologi sebagai suatu ilmu pengetahuan tentang tingkah laku dan kehidupan psikis manusia. 

Lain halnya dengan definisi Rita L. Atkinson dkk mendefinisikan psikologi sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan proses mental.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa psikologi adalah suatu bidang keilmuan yang melingkupi pembahasan tentang tingkah laku dan seluk-beluk kejiwaan. 

Sedangkan Agama, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut. 

Kata “agama” berasal dari bahasa Sansekerta āgama yang berarti “tradisi”. Harun Nasution merunut pengertian agama berdasarkan asal kata, yaitu al-Din, religi, (relegere, religare), dan agama. 

Al-Din berarti undang-undang atau hukum. Kemudian dalam bahsa Arab, kata ini mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, balasan, kebiasaan. 

Sedankan dari kata religi (Latin) atau relegare berarti  mengumpulkan dan membaca. Kemudan religare berarti mengikat. Adapun kata agama terdiri dari a= tidak; gam= pergi, mengandung arti tidak pergi, tetap ditempt atau diwarisi turun temurun. 

Bertolak dari pengertian kata-kata tersebut menurut Harun Nasution, intisarinya adalah ikatan. Karena itu agama mengandung arti ikatan yang harus dipegang dan di patuhi oleh manusia. 

Ikatan yang dimaksud berasal dari kekuatan yang lebih tinggi dari manusia sebagai kekuatan gaib yang tak dapat ditangkap dengan panca indera, namun mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap hidup manusia sehari-hari.

Secara definitif, menurut Harun Nasution, agama adalah:

  • Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang harus di patuhi.
  • Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia.
  • Mengikat diri pada suatu bentuuk hidup yang mengandug pengakuan pada suatu sumber yang berada di luar diri manusia dan yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia.
  • Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan cara hidup tertentu.
  • Suatu sistem tingkah lkuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yaku (code of conduct) yang berasal dari sebbuah kekuatan gaib.
  • Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber pada suatu kekuatan gaib.
  • Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah dan perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam alam sekitar manusia. 
  • Ajaran-ajaran yang di wahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang Rasul.

Selanjutnya Harun Nasution merumuskan ada empat unsur yang terdapat dalam agama yaitu:

  • Kekuatan gaib, yang diyakini berada diatas kekuatan manusia. Didorong oleh kelemahan dan keterbasannya, manusia merasa berhajat akan pertolongan dengan cara menjaga dan membina hubungan baik dengan kekuatan gaib tersebut. 
  • Keyakinan terhadap kekuatan gaib sebagai penentu nasib baik dan nasib buruk manusia. Dengan demikian manusia berusaha untuk menjaga hubungan baik ini agar kesejahteraan dan kebahagiannya terpelihara. 
  • Respons yang bersifat emosionil dari manusia. Respons ini dalam realisasinya terlihat dalam bentuk penyembahan karena didorong oleh perasaan takut (agama primitif) atau pemujaan yang didorong oleh perasaan cinta (monoteisme), serta bentuk cara hidup tertentu bagi penganutnya.
  • Paham akan adanya yang kudus (sacred) dan suci. Sesuatu yang kudus dan suci ini adakalanya berupa kekuatan gaib kitab yang berisi ajaran agama, maupun tempat-tempat tertentu.

Sedangkan agama di dalam masyarakat didefinisikan sebagai suatu ciri kehidupan sosial manusia yang universal dalam arti bahwa semua masyarakat mempunyai cara berpikir dan pola-pola perilaku yang memenui syarat untuk disebut agama.

Hampir sama dengan Purwanto J.H Louba menunjukkan agama sebagai cara bertingkah laku, sebagai sistem kepercayaan atau sebagai emosi yang bercorak khusus.

Melihat adanya beragam versi tentang pemaknaan agama, dapat dipahami bahwasannya agama adalah kepercayaan akan hal gaib (Tuhan) yang menghasilkan suatu sistem yang diyakini dan di jalankan sesuai dengan rasional, emosional, dan kemampuan manusia. 

Psikologi agama menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat adalah mempelajari kesadaran agama pada seseorang yang pengaruhnya terlihat dalam kelakuan dan tindakan orang itu dalam hidupnya. 

Sedangkan menurut Kamus Psikologi, psikologi agama berasal dari bahasa Inggris psychology of religion yang merupakan sub-disiplin dalam psikologi yang menyoroti asal-usul agama, peran mereka dalam eksistensi manusia, sifat dari perilaku dan  pengalaman religius.

Lebih jauh, dalam bukunya Sururin, dikatakan bahwa psikologi agama adalah cabang dari psikologi yang meneliti dan menelaah kehidupan beragama seseeorang dan mempelajari seberapa besar pengaruh keyakinan agama itu di dalam sikap dan tingkah laku seseorang.

Atau, bisa dikatakan juga sebagai mekanisme yang bekerja di dalam diri seseorang yang menyangkut tata cara berpikir, bersikap, berkreasi, dan bertingkah laku yang tidak dapat di pisahkan dari keyakinannya.

Intinya psikologi agama adalah sebuah ilmu, cabang dari psikologi yang bergerak khusus dibidang agama, jadi tingkah laku akan dilihat dari segi agama, yang tentunya sesuai dengan kepercayaan terhadap agama sebagai unsur yang faktual. 

Ruang Lingkup Psikologi Agama

Sebagai disiplin ilmu yang otonom, psikologi memiliki banyak ruang lingkup pembahasannya tersendiri yang dibedakan dari displin ilmu yang mempelajari masalah agama yang lainnya. 

Sebagai contoh, dalam tujuannya psikologi agama dan ilmu perbandingan agama memiliki tujuan yang tidak jauh berbeda, yakni mengembangkan pemahaman terhadap agama dengan mengaplikasikan metode-metode penelitian yang bertipe bukan agama dan bukan teologis. 

Bedanya adalah, bila ilmu perbandingan agama cenderung memusatkan perhatiannya pada agama-agama primitive dan eksotis  tujuannya adalah mengembangkan pemahaman dengan memperbandingkan satu agama dengan agama lainnya.

Lebih lanjut, Prof. Dr. Zakiah Daradjat menyatakan bahwa lapangan penelitian psikologi agama mencakup prose beragama, perasaan dan kesadaran beragama dengan pengaruh dan akibat-akibat yang dirasakan sebagai hasil dari keyakinan (terhadap suatu agama, yang dianut). 

Oleh karena itu menurut Zakiah Daradjat, ruang lingkup yang menjadi lapangan kajian psikologi agama meliputi kajian mengenai:

  • Bermacam-macam emosi yang menjalar diluar kesadaran yang ikut menyertai kehidupan beragama orang biasa (umum), seperti rasa lega dan tenteram sehabis sembahyang, rasa lepas dari ketegangan batin sesudah berdoa atau membaca ayat-ayat suci , perasaan tenang, pasrah, dan menyerah setelah berdzkir dan ingat kepada Allah ketika mengalami kesedihan dan kekecewaan yang bersangkutan.
  • Bagaimana perasaaan dan pengalaman seseorang secara individual terhadap Tuhannya, misalnya rasa tenteram dan kelegaan batin.
  • Mempelajari, meneliti, dan menganalisi pengaruh kepercayaan akan adanya hidup setelah mati (akhirat) pada tiap-tiap orang.
  • Meneliti dan mempelajari  kesadaran dan perasaan orang terhadap kepercayaan yang berhubungan dengan surga dan neraka serta dosa dan pahala yang turut memberi pengaruh terhadap sikap dan tingkah lakunya dalam kehidupan.
  • Meneliti dan mempelajari bagaimana pengaruh penghayatan seseorang terhadap ayat-ayat suci kelegaan batinnya.

Semua itu menurut Zakiah Daradjat tercakup dalam kesadaran agama (religious counciousness) dan pengalaman agama (religious experience). 

Yang dimaksud dengan kesadaran agama adalah bagian dari segi agama yang hadir (terasa) dalam pikiran yang merupakan aspek mental dan aktivitas agama. 

Sedangkan pengalaman agama adalah unsur perasaan dalam kesadaran beragama, yaitu perasaan yang membawa pada keyakinan yang dihasilkan oleh tindakan (amaliyah). 

Karenanya, psikologi agama tidak mencampuri segala bentuk permasalahan yang menyangkut pokok keyakinan suatu agama, termasuk tentang benar salahnya atau masuk akal tidaknya keyakinan agama.

Tegasnya psikologi agama hanya mempelajari dan meneliti fungsi-fungsi jiwa yang memantul dan memperlihatkan diri dalam kaitannya dengan kesadaran dan pengalaman agama manusia. 

Kedalamnya juga tidak termasuk unsur-unsur keyakinan yang bersifat abstrak seperti tentang Tuhan, surga dan neraka, kebenaran suatu agama, kebenaran kitab suci dan lainnya, yang tak mungkin teruji secara empiris.

Manfaat Psikologi Agama

Seperti diketahui bahwa psikologi agama sebagai salah satu cabang dari psikologi juga merupakan ilmu terapan. 

Psikologi agama sejalan dengan ruang lingkup kajiannya telah banyak memberi sumbangan dalam memecahkan persoalan kehidupan manusia dalam kaitannya dengan agama yang dianutnya. 

Kemudian bagaimana rasa keagamaan itu tumbuh dan berkembang pada diri seseorang dalam tingkat usia tertentu., ataupun bagaimana perasaan agama itu dapat mempengaruhii ketentraman batinnya, maupun berbagai konflik yang terjadi dalam diri seseorang.

Syahdan, nantinya ia menjadi lebih taat menjalanan ajaran agamanya atau meninggalkan ajaran itu sama sekali. 

Kegunaan atau manfaat psikologi agama meliputi berbagai bidang, antara lain:

Bidang politik

Hal ini dilakukan oleh Snock Hurgronje terhadap para pemuka agama dalam upaya mempertahankan politik penjajahan Belanda di tanah air.

Bidang industri

Sekitar tahun 1950-an di perusahaan minyak Stanvac (Plaju dan sungai Gerong) di selenggarakan ceramah agama islam untuk para buruhnya. Para penceramah adalah pemuka agama setempat. 

Kegiatan berkala ini dilaksanakan atas dasar asumsi bahwa ajaran agama mengandung nilai-nilai moral yang dapat menyadarkan para buruh dari perbuatan yang tidak terpuji dan merugikan perusahaan. 

Hasilnya, pengaruh ini dapat mengurangi kebocoran seperti pencurian, manipulasi maupun penjualan barang-barang perusahaan yang sebelumnya sukar di lacak.

Sebaliknya sekitar tahun 1979, perusahaan tekstil di Majalaya pernah melarang buruhnya menunaikan shalat Jum’at. 

Menurut pimpinan perusahan waktu istirahat siang  dan shalat Jum’at mengurangi jumlah jam kerja dan akan mengurangi produksi. 

Tetapi setelah larangan dilaksanakan, dan buruh dipaksakan tetap bekerja, ternyata produksi menurun secara drastis. Disinilah terlihat hubungan antara tingkat produksi dan etos kerja yang ada kaitannya dengan kesadaran agama.

Bidang pembangunan Negara

Pendekatan ini digunakan oleh Jepang dalam membangun negaranya. Bermula dari mitos bahwa kaisar Jepang adalah Dewa Matahari (Amiterasu Omikami), mereka dapat menumbuhkan jia Bushido, yaitu ketaatan kepada pemimpin. 

Mitos ini telah membangkitkan perasaan agama para prajurit Jepang dalam Perang Dunia II untuk melakukan Harakiri (bunuh diri) dan ikut dalam pasukan kamikaze (pasukan berani mati). 

Dan setelah ussai Perang Dunia II, jiwa Bushido tersebut bergeser menjadi etos kerja dan disiplin serta tanggung jawab moral.

Bidang pendidikan

Yaitu dengan memanfaatkan psikoterapi dalam kehidupan. Dengan keilmuan jiwa yang bersifat spiritual tidak menutup kemungkinan bahwa seseorang akan merasa takut dengan dosa, takut dengan penciptanya. 

Dengan hal seperti itu, maka seseorang bisa menyadari kesalahannya terhadap pencipta.

Sebagai penutup, dapat dikatakan bahwa sebenarnya suatu ilmu baik ilmu apapun itu, dibidang apapun ia bergerak, akan bermanfaat jika digunakan sesuai kebutuhan dan jalurnya.

Taman baca:

Hartati, Netty  dkk. (1996). Islam dan Psikologi. Jakarta: Rajawali Pers.
Jalaluddin. (2011). Psikologi Agama.  Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Kartono, Kartini. (tt). Psikologi Umum. Bandung: Mandar Maju
Purwanto. Pemikiran Masyarakat Sebagai Jiwa Agama: Identitas Keagamaan Suatu Masyarakat.  Jurnal Religio Vol. 1, Maret 2011.
Ramayulis. (2002). Psikologi Agama. Jakarta: Radar Jaya Offset.
Reber , Athur S. dan Emili S. Reber. (2010). Kamus Psikologi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Saleh, Abdurahman. (2004). Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam. Jakarta: Kencana
Sururin. (2004). Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Guru Penyemangat
Guru Penyemangat Guru Profesional, Guru Penggerak, Blogger, Public Speaker, Motivator & Juragan Emas.

Posting Komentar untuk "Berkenalan Lebih Dekat dengan Ruang Lingkup dan Manfaat Psikologi Agama"