Catatan Guru Tentang Kumbang dan Setangkai Bunga
Catatan Guru Tentang Kumbang dan Setangkai Bunga. Foto: Pixabay |
Setangkai bunga itu indah, tidak tersanggahkan. Apapun bentuk, rupa, warna, dan jenisnya semua bunga pasti memiliki karakteristik keindahan.
Entah ia indah saat berkuncup, indah saat mulai mekar, indah saat dihinggapi kupu-kupu, atau manis karena dihampiri kumbang semua mengarah kepada pesona.
Jangankan rupa, nama bunganya saja sudah terlalu indah.
Sebut saja mawar, melati, teratai, anggrek hingga bunga-bunga lainnya. Nama-nama ini sering diperebutkan oleh sebagian besar kekasih halal untuk dijadikan doa dan harapan bagi anak mereka.
Namun, dibalik nama, rupa, bentuk, dan jenis bunga-bunga ternyata tidak sedikit darinya yang menyakitkan.
Dari kejauhan mungkin begitu indah, tapi dari dekat?
Ternyata berduri dan melukai. Lagi-lagi tidak terpungkiri bahwa sesuatu yang indah pasti terlindungi, minimal tiada seekor Kumbang pun yang merusak keindahan itu.
Atau, bunga-bunga itu ingin segera mekar terlebih dahulu?
Mungkin saja, karena bunga-bunga yang bermekaran akan semakin indah dan enak untuk dipandang mata. Apalagi bagi Si Kumbang?
Bagi Kumbang, Bunga Tidak Hanya Setangkai
Bagi Kumbang, Bunga Tak Cuma Setangkai. Foto: Pixabay |
Bahkan, Kumbang akan berebut manisnya mekar bunga antara satu dengan lainnya. Karena keindahan bunga sudah menyebar ke semesta, maka mau tidak mau akan lahir sebuah persaingan.
Ini antara Kumbang-Kumbang yang memperebutkan setangkai bunga. Siapa Kumbang yang paling cepat mendapatkan manisnya mekar, dan siapa Kumbang yang terlebih dahulu bisa memetik setangkai bunga semuanya tak lepas dari takdir.
Kumbang pasti berusaha dengan membuka lahan doa yang luas serta menyediakan rasa dan rupa yang menawan.
Namun, setangkai bunga juga berhak memilih tentang siapa Kumbang terbaik yang bisa memekarkannya hingga di akhir masa.
Setiap Kumbang punya sisi terbaiknya masing-masing bukan?
Tentu saja, seekor Kumbang tidak harus hinggap di satu tangkai bunga. Bahkan, dari banyaknya bunga rampai belum tentu Kumbang bisa memilih setangkai bunga terbaik.
Foto: Pixabay |
Pelajaran.....
Jujur saja, Kumbang bisa mati jika hanya menanti setangkai bunga. Bagaimana tidak, sudah menanti bunga dari kuncup hingga mekar, ternyata malah dihinggapi oleh Kumbang lain. Sakitkah?
Jika Sang Kumbang tahan menanti hingga bunga itu membusuk tentu akan menjadi sakit yang tidak terbantahkan, bahkan tidak bisa terobati. Lalu, bagaimana dengan kita?
Nyatanya, pilihan itu banyak dan harapan itu tidak cuma tentang setangkai bunga.
Ibaratkan seekor Kumbang, kita tidak melulu bisa mematahkan dan memetik setangkai bunga sesuai dengan selera kita.
Di sebalik itu, ada takdir mubram yang kokoh dan seakan menjadi dinding bahwa sejatinya pilihan bunga terbaik sudah diatur sesuai dengan kebutuhan kita.
Jika kita ingin setangkai bunga A dan keinginan itu tertolak, maka mudah saja solusinya. Tinggal berganti keinginan.
Toh, bunga lain juga bertangkai. Bunga lain juga siap mekar. Bunga lain juga bertembar.
Kitanya saja yang tinggal menyeberang dan keluar dari rona sempit perasaan ini. Keluar sembari memetik setangkai bunga terbaik dan akhirnya berjodoh.
Salam.
Posting Komentar untuk "Catatan Guru Tentang Kumbang dan Setangkai Bunga"
Posting Komentar
Berkomentarlah sesuai dengan postingan artikel. Mohon maaf, link aktif di kolom komentar tidak akan disetujui.
Diperbolehkan mengutip tulisan di blog Guru Penyemangat tidak lebih dari 30% dari keseluruhan isi (1) artikel dengan syarat menyertakan sumber. Mari bersama-sama kita belajar menghargai karya orang lain :-)